Bukan saja karena hidupnya yang sebatang kara, tetapi karena di penghujung usianya ia tak memiliki cukup pemasukan.
Untuk biaya listrik dan air saja, Mak Mben kerap menunggak.
Tetangga Mak Mben bernama Mega lah yang menalangi seluruh biaya Mak Mben.
"Air ledeng Mak Mben ada tunggakan, kalau listrik saya sempat bayarin. Dia sudah enggak bisa bayar listrik dan air. Enggak ada pemasukan sama sekali," kata Mega.
Meski banyak warga yang bertanggung jawab terhadapnya, tetapi kehidupan Mak Mben tetaplah memilukan.
Pemerintah perlu hadir untuk memberikan rumah yang layak terhadapnya.
Warga lainnya, Ela, menaruh harapan agar pemerintah bisa memperbaiki rumah Mak Mben yang tak layak huni.
"Harapannya dibikin layak rumahnya sama pemerintah. Sama air dan listrik tolong dibantu untuk digratiskan misalnya. Kasihan Mak Mben," kata Ela yang menangis tak kuat melihat kondisi hidup Mak Mben.
Ditinggal anak dan cucu di penjara
Mak Mben sudah ditinggal oleh anak tunggalnya berinisial B, yang harus mendekam di balik jeruji besi akibat kasus pelecehan seksual terhadap sejumlah bocah di Tambora, Jakarta Barat.
Malangnya, B hanya sebentar merasakan dinginnya meringkuk di jeruji besi. Ia tewas di dalam tahanan.
Semenjak ditinggal B, Mak Mben tinggal bersama cucu semata wayangnya berinisial A.
Namun, A ialah seorang pecandu narkoba jenis sabu.
Tanpa sepengetahuan Mak Mben, pria berusia sekitar 35 tahun tersebut suka mengisap sabu di rumah yang tak layak itu.
Ia akhirnya terkena batunya. Untuk kesekian kalinya, A ditangkap oleh anggota buser.