Dedi lalu meminta stafnya untuk mencarikan tiket kapal feri dari Jakarta ke Makassar.
Tak jadi diongkosi
Namun, publik bertanya-tanya kenapa Adrian bersama keluarganya pulang lewat Surabaya, bukan Jakarta.
Ternyata sopir tersebut batal diongkosi pulang oleh Dedi Mulyadi.
Ia pun memberikan klarifikasinya.
Hal itu disebabkan karena kesalahan dari staf Dedi Mulyadi bernama Agung.
"Terkait dengan masalah itu memang bapak sudah arahkan ke Pak Agung staf bapak untuk mengurus tiket kami dari Tanjung Priok ke Makassar, namun Pak Agung mengurus tiket tersebut hanya ngurus tiket tiga orang, saya, istri dan anak sementara mobil kami tidak termasuk," katanya.
Menurut Adrian, kondisi itu memperberatnya karena dia harus mengeluarkan ongkos lagi untuk biaya angkut mobil ke kapal di Tanjung Priok.
"Jauh lebih besar anggarannya, dibandingkan saya mengarah ke Surabaya. Jadi karena kesalahan teknis dari Pak Agung, yang hanya membeli tiket untuk kami sementara mobil tidak."
"Dan kalau tahu dari awal saya harus membeli tiket untuk itu mungkin sekitar 8 jutaan mungkin dari Tanjung Priok ke Makassar, saya ralat mendingan ke Surabaya saya hanya mengeluarkan dana sekitar Rp 5 juta sudah plus mobil kami," jelasnya.
Adrian sudah meminta kepada Agung untuk membatalkan tiket kapalnya dari Tanjung Priok ke Makassar.
Namun, belum ada jawaban.
"Jawaban Pak Agung, nanti saya coba batalkan, karena tidak informasi selanjutnya dari Pak Agung ke kami sehingga kami ambil keputusan berangkat, karena kalau menunggu lagi nanti disangka lagi niat kami datang ke sana menunggu bantuan dari Pak Dedi," katanya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya