Saat Tangsel Naik Kelas Predikat Kota Layak Anak, Siswanya Dibully hingga Meninggal Dunia
Tangerang Selatan (Tangsel) baru saja naik kelas menerima predikat kota layak anak, dan kini siswa SMPNnya dibully hingga meninggal dunia.
TRIBUNJAKARTA.COM - Tangerang Selatan (Tangsel) baru saja naik kelas menerima predikat kota layak anak dengan kategori utama. Di saat bersamaan, seorang siswa SMPN di kota satelit Jakarta itu justru menjadi korban perundungan alias bullying berbulan-bulan hingga meninggal dunia.
Siswa malang itu berinisial MH, usia 13 tahun, meninggal dunia pada Minggu (16/11/2025) setelah sekira sepekan menjalani perawatan medis di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan.
Sebelum mengehembuskan napas terakhirnya, korban mengaku kepada ibunya, ia dibenturkan kepalanya dan dipukul pakai bangku oleh teman sesama siswa di sekolah pada Selasa (21/10/2025).
Sebelumnya, korban mengaku berulang kali dibully selama berbulan-bulan sejak masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) pada pertengahan Juli 2025 lalu.
Naik Kelas Kota Layak Anak
Tangsel meraih predikat kota layak anak kategori utama 2025 dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia.
Kategori Utama ini salah satu yang tertinggi menunjukkan bahwa daerah tersebut telah mencapai tingkat pemenuhan hak dan perlindungan anak yang signifikan. Tangsek mengalami kenaikan peringkat yang sebelumnya di Kategori Nindya.
Penghargaan bergengsi ini diserahkan langsung oleh Menteri PPPA Arifah Fauzi kepada Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan yang mewakili Wali Kota Benyamin Davnie, pada seremoni di Jakarta, Jumat (8/8/2025).
"Alhamdulillah tahun ini Tangerang Selatan bisa mendapatkan penghargaan kategori utama merupakan salah satu yang tertinggi se-Nasional. Dan kami terus berkomitmen untuk melaksanakan berbagai program aksi dalam menjadikan Tangsel kota yang ramah terhadap anak," ujar Pilar.
Pilar menjelaskan, penilaian KLA mencakup sejumlah kluster, di antaranya hak sipil dan kebebasan, lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, kesehatan dasar, pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya, hingga perlindungan khusus bagi anak.
Pemerintah Kota Tangsel, lanjut Pilar, melalui berbagai pemangku kepentingan yang dimotori Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan KB (DP3AP2KB), gencar melakukan perlindungan dan advokasi terhadap korban kekerasan serta pelecehan anak.
Selain itu, Pemkot Tangsel juga membangun ruang publik dan sarana bermain serta belajar yang nyaman, aman, dan menyenangkan, serta langkah-langkah lainnya dalam memperjuangkan kebutuhan tumbuh kembang anak.
"Terima kasih atas penghargaan ini, piagam ini bukanlah akhir dari perjuangan Pemkot Tangsel dalam memajukan kesejahteraan anak. Tetapi ini merupakan cambukan bagi kami untuk membuat langkah program yang lebih nyata dan baik lagi ke depannya," kata dia.
Kritik Wakil Ketua DPRD
Wakil Ketua DPRD Tangsel, M. Yusuf menyoroti kasus perundungan berujung kehilangan nyawa itu.
Menurutnya, Tangsel harus benar-benar memiliki sistem perlindungan anak yang memadai sesuai predikatnya.
Jangan sampai kota layak anak Tangsel malah menjadi kota yang kehilangan masa depan karena perundungan.
"Tangerang Selatan harus menjadi kota layak anak, bukan kota yang kehilangan masa depan karena perundungan," jelas Yusuf kepada TribunJakarta, Senin (17/11/2025).
Politikus PKS itu bahkan tak menutup kemungkinan akan memanggil pihak terkait sekolah hingga yang bersangkutan dengan sektor pendidikan untuk memastikan perundungan tak terjadi berulang.
"Kami di DPRD siap memanggil pihak-pihak terkait untuk memastikan kejadian seperti ini tidak akan pernah terulang. Memperkuat kebijakan perlindungan anak di sekolah."
"Peristiwa tragis ini harus menjadi momentum memperkuat SOP penanganan bullying di seluruh sekolah, pengawasan guru dan konselor, pendidikan karakter, empati, dan anti-kekerasan serta saluran pelaporan aman bagi siswa yang merasa terancam," kata Yusuf.
Yusuf menegaskan, jika bullying terbukti berkontribusi pada meninggalnya MH, pelaku harus mempertanggungjawabkannya secara pidana.
"Saya meminta dan mendesak pihak Kepolisian segera melakukan penyelidikan menyeluruh dan mengungkap fakta secara transparan. Pihak Sekolah SMPN 19 melakukan audit internal, mengevaluasi sistem pengawasan, dan memberikan penjelasan terbuka kepada masyarakat. Dinas Pendidikan Kota Tangsel untuk turun langsung, memastikan perlindungan psikologis bagi siswa lain dan melakukan perbaikan sistemik," desaknya.
Yusuf juga berkomitmen akan mengawal kasus perundungan di level anak-anak ini.
"Saya berkomitmen akan mengawal proses hukum hingga tuntas, mendorong kebijakan pengawasan dan pembinaan sekolah yang lebih ketat dan melakukan rapat kerja dengan Dinas Pendidikan dan instansi terkait untuk mengantisipasi kasus serupa," tegasnya.
Yusuf pun mengutarakan bela sungkawanya kepada keluarga almarhum MH.
"Saya, atas nama pribadi dan sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang Selatan, menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya ananda Hasyim, siswa SMPN 19 Tangerang Selatan, yang diduga menjadi korban perundungan (bullying) oleh teman-temannya."
"Peristiwa ini adalah tamparan keras bagi kita semua. Tidak ada alasan apa pun yang dapat membenarkan tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan tempat yang seharusnya menjadi ruang aman bagi anak-anak kita untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi," ujarnya.
Kegagalan Pemkot
Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, menilai kasus perundungan berat terhadap MH menunjukkan sekolah sedang dalam darurat kekerasan.
Terlebih, perundungan yang dialami MH sudah terjadi berbulan-bulan, hal itu menunjukkan adanya pembiaran.
Ubaid mengkritik Pemkot Tangsel sebagai representasi negara telah gagal dalam memastikan sekolah sebagai tempat yang aman untuk anak.
"Fakta bahwa kekerasan yang mematikan ini terjadi di lingkungan sekolah, yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak, menunjukkan kegagalan sistemik negara dalam melindungi peserta didik."
"Lebih tragis lagi, tindakan kekerasan ini ternyata bukan kejadian baru. Informasi yang muncul mengindikasikan bahwa praktik perundungan telah berlangsung sejak Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada bulan Juli, dan tidak ada intervensi nyata dari sekolah maupun satgas pencegahan kekerasan. Sekarang sudah bulan November, artinya ada pembiaran selama berbulan-bulan sebelum akhirnya anak tersebut kehilangan nyawanya."
“Ini bukan sekadar kelalaian, tetapi bentuk nyata kegagalan negara memastikan sekolah aman. Anak kehilangan nyawa, dan itu terjadi setelah berbulan-bulan pembiaran,” tegas Ubaid dalam keterangan resminya, Senin (17/11/2025).
Ubaid juga mendesak pemerintah pusat hingga Pemkot Tangsel mengevaluasi kinerja Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan yang berada di tiap sekolah.
“Selama ini kinerja Satgas tidak jelas. Anggotanya menerima fasilitas dan anggaran, tetapi hasil kerjanya tidak terlihat. Kasus-kasus kekerasan justru meningkat. JPPI meminta agar tidak ada lagi pejabat yang makan gaji buta dalam isu yang menyangkut keselamatan anak,” ujar Ubaid.
“Jika TPPK bekerja sebagaimana mestinya, tidak mungkin kita terus melihat korban berjatuhan seperti sekarang. Ini kejadian tidak hanya terjadi di Tangsel, tapi banyak terjadi di berbagai daerah. Jadi jangan sampai tambah banyak korban berjatuhan,” tambahnya," tambahnya.
Sang Ibu Ungkap Penderitaan Anaknya
Sebelumnya diberitakan, Ibunda MH, Y (38), mengungkap penderitaan bully yang dialami anaknya.
MH menceritakan selalu dibully sejak awal masuk, Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), pada Juli 2025.
"Pertama kali itu awalnya pas MPLS. Awal dari MPLS udah kena juga dia, ditabokin sampai tiga kali," ujar Y saat ditemui Kompas.com di Serpong, Tangsel, Senin (10/11/2025).
"Sering ditusukin sama sedotan tangannya. Kalau lagi belajar, ditendang lengannya. Asal nulis ditendang, sama punggungnya itu dipukul," sambung dia.
Menurut Y, tindakan yang diduga bullying itu terus berlanjut hingga Oktober 2025. Puncak kejadian pada Senin (20/10/2025).
Saat itu, kata dia, sang anak mengaku dipukuli oleh orang yang sama dengan kursi besi hingga mengalami benjol di bagian kepalanya.
Namun, korban tidak langsung bercerita kepada keluarga karena takut. Terlebih, kondisi Y yang saat itu baru saja pulang dari ICU karena harus rawat jalan.
"Dia enggak langsung bilang karena hari itu saya juga habis keluar dari ruang ICU, dia takut," kata Y.
Korban baru mengakui yang dialaminya, Selasa (21/10/2025). Saat itu, sang ibu melihat gerak gerik korban yang aneh.
Korban disebut sering linglung saat berjalan, bahkan ia melihat ada yang aneh pada gerak gerik matanya.
Y berusaha menggali peristiwa pembullyan yang sebenarnya, sampai akhirnya sang anak terbuka bercerita.
"Saya mikir, kok dijedotin tapi ada di tengah ubun-ubun gitu. Terus dia bilang, 'bukan dijedotin mah tapi dipukul pakai bangku', bangku yang kursi sekolah besi itu," kata dia. Kaget dengar pernyataan sang anak, Y langsung mengadukan hal tersebut ke pihak sekolah.
Pihak keluarga korban sudah bertemu dengan keluarga pelaku. Kesepakatan sempat didapat bahwa biaya pengobatan korban akan ditanggung.
Namun pada prosesnya, saat MH masih dirawat di RSUP Fatmawati, keluarga pelaku lepas tangan.
"Awalnya pihak pelaku mau tanggung jawab penuh. Tapi waktu korban dibawa ke RS Fatmawati, keluarga pelaku malah lepas tangan, sampai nyuruh orangtua korban cari pinjaman uang sendiri,” kata RF (29), kakak sepupu korban.
Pihak keluarga hanya ingin MH bisa kembali sembuh seperti sedia kala.
“Kondisinya lemah, agak linglung. Sejak Jumat dia sempat pingsan dan belum sadar penuh,” kata dia.
“Yang kami inginkan sekarang cuma kesembuhan adik saya. Itu saja,” harapnya.
Kepala Sekolah SMP tersebut, Firda, membenarkan, pihaknya telah melakukan mediasi pada 22 Oktober 2025. Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak disebut sudah mencapai kesepakatan.
“Sudah ada kesepakatan, pihak pelaku bertanggung jawab untuk biaya pengobatan korban,” ujar Firda.
Kini kasus perundungan almarhum MH ditangani Polres Tangsel.
Berita Terkait
- Baca juga: Siswa SMPN Korban Bullying di Tangsel Meninggal Dunia, Wakil Ketua DPRD Bakal Panggil Pihak Terkait
- Baca juga: Jadi Korban Bully Berbulan-bulan, Siswa SMP Negeri di Tangsel Meninggal Dunia
-
Baca juga: Siswa SMPN Tangsel Berbulan-bulan Jadi Korban Bullying Meninggal, Wali Kota: Sudah Menderita Tumor
Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita
| Beda dari Wali Kota Tangsel, KPAI Perkuat Pengakuan Keluarga soal Sebab Kematian Siswa Korban Bully |
|
|---|
| Siswa SMPN di Tangsel Dibully hingga Meninggal, JPPI Nilai Pemkot Gagal Pastikan Sekolah Aman |
|
|---|
| Siswa SMPN Tangsel Berbulan-bulan Jadi Korban Bullying Meninggal, Wali Kota: Sudah Menderita Tumor |
|
|---|
| Siswa SMPN Korban Bullying di Tangsel Meninggal Dunia, Wakil Ketua DPRD Bakal Panggil Pihak Terkait |
|
|---|
| Jadi Korban Bully Berbulan-bulan, Siswa SMP Negeri di Tangsel Meninggal Dunia |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/DIBULLY-SAMPAI-MENINGGAL.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.