Refly Harun Sebut Hasan Nasbi Dicopot Bukan Karena Ucapan 'Masak Saja', PCO yang Tak Dianggap?
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun berkomentar mengenai pencopotan Hasan Nasbi oleh Presiden Prabowo Subianto.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Rr Dewi Kartika H
TRIBUNJAKARTA.COM - Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun berkomentar mengenai pencopotan Hasan Nasbi oleh Presiden Prabowo Subianto.
Hasan Nasbi dicopot dari jabatannya Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO).
"Saya mengatakan Hasan Nasbi seperti dipermalukan. Mohon maaf ya bahasanya seperti itu," kata Refly Harun dikutip TribunJakarta.com dari akun Yuoube Refly Harun, Rabu (17/9/2025).
Refly Harun lalu menyinggung sikap Hasan Nasbi yang telah mengundurkan diri dari Kepala PCO beberapa bulan lalu.
Hasan mengaku sudah mengajukan pengunduran diri sejak 21 April 2025.
Surat itu dikirimkan ke Presiden RI Prabowo Subianto melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.
Namun, saat itu, pengunduran diri Hasan Nasbi ditolak Presiden Prabowo.
Kini, Presiden RI Prabowo Subianto memberhentikan empat pejabat Kabinet Merah Putih dalam reshuffle pada Rabu (17/9/2025). Termasuk Hasan Nasbi.
Keempat pejabat yang diberhentikan adalah Menteri BUMN Erick Thohir, Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Sulaiman Umar, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi, dan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) AM Putranto.
Pemberhentian para pejabat itu diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 96/P Tahun 2025 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Menteri dan Wakil Menteri Negara Tahun 2024-2029, yang dibacakan oleh Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretariat Negara, Nunik Purwanti.
"Jadi pengunduran Hasan Nasbi kala itu menurut saya bukan sekadar bahwa dia tidak dia salah dalam memberikan komentar soal teror kepala babi kepada wartawan Tempo," kata Refly Harun.
Saat itu, Hasan Nasbi mengomentari teror kiriman kepala babi kepada seorang jurnalis dan host siniar Bocor Alur Politik Tempo, Francisca Christy Rosana.
Hasan ketika itu berkelakar dengan kalimat "dimasak saja" yang merujuk pada kepala babi yang dikirimkan tersebut.
"Sudah dimasak saja, sudah dimasak saja," ucap Hasan, Jumat (21/3/2025) malam.
Hasan meminta masalah itu tidak dibesar-besarkan mengingat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen terhadap kebebasan pers.
Ia pun menyinggung bagaimana pers saat ini tidak dihalang-halangi dalam peliputan hingga pembuatan berita.
"Ada yang takut enggak sekarang bikin berita? Ada yang dihalang-halangi enggak untuk liputan di Istana? Kan enggak. Itu artinya enggak ada kebebasan pers yang dikekang. Kayak misalnya Tempo masih boleh menulis berita enggak? Boleh kan? Masih boleh siaran Bocor Alus enggak? Tetap boleh kan? Itu artinya pemerintah enggak ikut campur sama sekali, enggak ganggu sama sekali," kata Hasan, saat itu.
Presiden Prabowo Subianto pernah menyentil pernyataan Hasan Nasbi saat mengomentari aksi teror kepala babi terhadap redaksi Tempo.
Menurut Prabowo, pernyataan Hasan Nasbi itu teledor dan keliru.
Prabowo menyebut Hasan Nasbi juga menyesali pernyataannya. "Tapi, benar itu ucapan yang menurut saya teledor, itu ya keliru. Ya, saya kira beliau menyesal," ungkap Prabowo, dikutip dari Youtube Harian Kompas, Senin (7/4/2025).
Prabowo pun meminta maaf atas buruknya pola komunikasi pemerintah selama ia menjabat sebagai presiden.
Tak Ada Chemistry
Refly Harun melihat pencopotan Hasan Nasbi karena tidak ada chemistry dengan Presiden Prabowo Subianto.
Padahal, kata Refly Harun, Kepala PCO harus dekat dengan Presiden. Refly pun menyebut Teddy Indra Wijaya merupakan sosok yang bisa diterima sebagai Kepala PCO.
"Tetapi persoalannya adalah Prabowo sepertinya tidak memberikan ruang kepada Hasan Nasbi untuk mendekat dan Hasan Nasbi pun tidak memiliki chemistry dengan Prabowo. Coba bayangkan setelah dia diangkat lagi tidak banyak peran-peran komunikasinya bahkan sangat minim," kata Refly Harun.
Chemistry dalam hubungan adalah koneksi emosional, fisik, dan intelektual yang terasa kuat, alami, dan nyaman antara dua orang, menciptakan perasaan "klik" atau kecocokan yang mendalam.
Kinerja Hasan Nasbi minim terlihat setelah kembali menjabat Kepala PCO. Refly Harun menyebut posisi juru bicara Istana tidak diserahkan kepada Hasan Nasbi melainkan kepada Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi didampingi Teddy Indra Wijaya.
Prasetyo Hadi bersama Teddy Indra Wijaya terlihat kerap menyampaikan kebijakan pemerintah.
"Jadi kepala PCO enggak dianggap. Sehingga menurut saya dalam kondisi demikian mundur yang kemarin itu jauh lebih baik dan lebih terhormat rasanya ya," imbuh Refly.
Diketahui, posisi Hasan Nasbi digantikan oleh Angga Raka Prabowo yang kini menjabat sebagai Badan Komunikasi Pemerintah.
Refly mengaku belum mengetahui sosok Angga Raka Prabowo. Ia menyoroti usia Angga Raka Prabowo yang masih muda.
"Saya tidak tahu kepala PCO-nya anak muda usia 36 tahun dan kemudian harus membawahi doktor PhD yang usianya jauh lebih senior ya. Karena di situ saya tahu ada Ujang Komarudin, kemudian ada yang dari CSIS itu ya siapa namanya lupa saya," jelasnya.
Profil Hasan Nasbi
Dikututip dari Tribunnews.com, Hasan Nasbi merupakan sosok pengamat dan konsultan politik asal Bukittinggi, Sumatera Barat.
Pria kelahiran 1979 ini diketahui memiliki trah keturunan dari tokoh cendikiawan dan ulama Indonesia, yakni mendiang Buya Syafii Maarif.
Hasan Nasbi pernah mengenyam pendidikan di SMA 2 Bukittinggi dan melanjutkan kuliah ke Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI). Ia juga pernah menjadi wartawan pada 2005-2006.
Pada 2006-2008, Hasan Nasbi bekerja sebagai peneliti di Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia.
Hingga akhirnya, ia mendirikan lembaga survei Cyrus Network.
Dalam perjalanannya sebagai konsultan politik, nama Hasan Nasbi melejit ketika menjadi konsultan politik Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada Pilkada 2012 Jakarta.
Kala itu, Hasan Nasbi sukses membantu mengantarkan Jokowi-Ahok menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta.
Pada 2017, nama Hasan Nasbi juga menjadi perbincangan karena ia menjadi inisiator berdirinya Teman Ahok, organisasi relawan Ahok pada Pilkada 2017 Jakarta yang maju secara independen.
Ia juga menjadi pemodal awal organisasi ini.
Namun, ia menolak bahwa lembaganya, Cyrus Network, sebagai pihak yang memodali Teman Ahok. Sebab, dana yang disumbangkan berasal dari uang pribadinya.
"Jadi, uang saya pribadi, bukan Cyrus," kata dia, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Kamis (17/3/2016).
Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Hasan Nasbi mendukung pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.
Sementara pada Pilpres 2024, ia mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Bahkan, Hasan Nasbi masuk dalam Tim Kampanye Prabowo-Gibran dengan jabatan sebagai juru bicara.
Selama Pilpres 2024, ia sering tampil di televisi nasional maupun podcast, baik dalam rangka debat maupun menyampaikan gagasan mengenai program Prabowo-Gibran.
Menjelang pergantian pemerintahan, Hasan Nasbi juga masuk dalam Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran Bidang Komunikasi. (TribunJakarta.com/Kompas.com/Tribunnews.com)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Rizki Irmansyah Turun Tangan di Kasus Kepala Sekolah di Prabumulih, Terkuak Sosoknya yang Serba Bisa |
![]() |
---|
Hasan Nasbi Dicopot, Refly Harun Anggap Tak Ada Chemistry dengan Prabowo: Seperti Dipermalukan |
![]() |
---|
Prabowo Copot Hasan Nasbi, Pengamat Bongkar 2 Pernyataan Kontroversial: Komunikasi Sangat Buruk! |
![]() |
---|
Di Tengah Reshuffle Kabinet, Relawan Sedulur Jokowi Usulkan Eks Wamendes Paiman Raharjo ke Prabowo |
![]() |
---|
SOSOK Rizki Irmansyah, Ajudan Prabowo yang Singgung Amal Jariyah di Balik Kasus Kepsek Prabumulih |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.