JADWAL Demo di Jakarta Hari Ini: Monas dan Gedung DPR Bakal Diserbu Massa, Ibu-ibu Suarakan MBG
Jakarta kembali dipenuhi gelombang massa yang melakukan unjuk rasa pada hari ini, 1 Oktober 2025, dengan memunculkan tiga aksi kelompok massa.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Jakarta kembali dipenuhi gelombang massa yang melakukan unjuk rasa pada hari ini, 1 Oktober 2025.
Terdapat tiga agenda penting yang disuarakan kelompok massa yang akan memadati dua titik strategis Jakarta Pusat yakni kawasan Monumen Nasional (Monas) dan depan Gedung DPR/MPR RI.
Unjuk rassa dijadwalkan berlangsung pada siang hari dan massa dikabarkan tengah bersiap berdatangan ke lokasi yang sudah ditentukan.
Aksi demo yang dilakukan hari ini berasal dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa, buruh, hingga ibu-ibu rumah tangga yang membawa spanduk dan poster menyuarakan tuntutan mereka.
Suasana di lapangan berlangsung semarak namun tetap terkendali, dengan aparat keamanan bersiaga di berbagai sudut lokasi guna memastikan jalannya aksi tetap kondusif.
Kepala Seksi Humas Polres Metro Jakarta Pusat, Iptu Ruslan Basuki, mengatakan pihaknya telah menggelar Tactical Wall Game (TWG) dan apel pengamanan pada pukul 09.00 WIB serta 11.00 WIB.
Polisi menyiapkan pengamanan untuk mengantisipasi potensi kerawanan dan dampak terhadap arus lalu lintas.
Langkah itu dilakukan sebagai persiapan pengendalian situasi di lapangan.
“Untuk lalu lintas masih bersifat situasional, melihat ekskalasi jumlah massa di lapangan,” kata Ruslan Basuki Rabu (1/10/2025) dikutip dari Kompas.com.
3 Aksi Demo
Ruslan menyebut, aksi pertama digelar oleh Barisan Rakyat 1 Juni bersama sejumlah elemen masyarakat di kawasan Silang Selatan Monas, Gambir, Jakarta Pusat.
Aksi kedua datang dari Koalisi Nasional Reforma Agraria (KNRA) yang menggelar unjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta.
Sementara itu, Jaringan Solidaritas Keadilan Korban Kanjuruhan menggelar demonstrasi di kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM RI), Jakarta Pusat.
Polisi mengimbau masyarakat yang melintas di sekitar titik-titik aksi untuk mengantisipasi kemungkinan kepadatan lalu lintas.
Selain itu, aksi lain juga berlangsung di area kawasan parkir IRTI Monas yang digelar kelompok Suara Ibu Peduli MBG dan turut diamankan aparat kepolisian pada siang hari.
Seruan Ahli Gizi
Sederet kasus keracunan MBG menyedot perhatian pakar gizi, salah satunya dokter Tan Shot Yen. Ia menyuarakan kritik keras program MBG saat rapat bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (22/9/2025).
Di komisi yang membidangi kesehatan, ketenagakerjaan, dan jaminan, Tan Shot Yen menyoroti menu MBG serta keterlibatan ahli gizi dalam program tersebut.
Pelibatan ahli gizi penting untuk memastikan peningkatan status gizi peserta didik yang disesuaikan dengan standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian.
Ia menyebut Ahli Gizi dalam program MBG disebut masih fresh graduate atau baru lulus kuliah.
Fakta ahli gizi MBG yang statusnya baru lulus itu diketahui saat senior-seniornya mengecek langsung ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
"Banyak masyarakat menanyakan, 'Dok, emang di SPPG nggak ada ahli gizi?' Ada, tapi setelah teman-teman kami yang lebih senior datang ke SPPG, Ya Allah ahli gizinya baru lulus," ungkapnya.
Bahkan, kata dr Tan, para ahli gizi MBG yang baru lulus itu tidak tahu soal Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) saat ditanya.
HACCP merupakan sistem manajemen keamanan pangan berbasis ilmiah dan pencegahan, yang mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya keamanan pangan melalui penetapan titik kendali kritis dalam setiap tahap proses produksi.
Sistem ini berfokus pada pencegahan kontaminasi untuk menjamin keamanan produk pangan bagi konsumen dan meningkatkan kepercayaan pasar.
Ia mengatakan, para ahli gizi yang baru lulus itu tidak tahu tentang HACPP karena belum memiliki banyak pengalaman atau jam terbang tinggi.
"Dan lebih lucu lagi, mereka nggak ngerti kalau ditanya apa itu HACCP, 'hah? HACCP hewan apa itu?' Loh ya ahli gizi ora ngerti (tidak tahu), ya emang jam terbangnya masih kurang. HACCP mereka nggak ngerti ya," paparnya.
Selain tak tahu soal HACCP, dr Tan juga menyebut ahli gizi itu tidak paham dengan Ultra-Processed Food (UPF).
UPF merupakan makanan Ultra-Olah yang telah melalui proses industri panjang dan mengandung banyak bahan tambahan sintetik, seperti pewarna, perasa, dan pengemulsi, serta memiliki kandungan gula, garam, dan lemak tidak sehat yang tinggi.
Konsumsi UPF dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, sehingga disarankan untuk membatasi dan menggantinya dengan makanan segar atau real food.
Ini menjadi alasan kenapa SPPG biasanya hanya menampilkan hitung-hitungan kalorinya, pada menu-menu MBG.
"Kemudian apalagi bicara tentang UPF. Jadi kenapa Anda lihat itu yang seringkali ditayangkan oleh SPPG itu biasanya cuman hitung-hitungan kalori. Kalorinya cukup tapi kualitasnya?" ucapnya.
Atas hal tersebut, Dokter Tan pun meminta pemerintah untuk menghentikan penggunaan UPF dalam program MBG.
Dia pun mewanti-wanti agar hal ini jangan sampai menjadi sorotan internasional, meskipun sekarang ini media asing sudah menyoroti terkait kasus keracunan MBG yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia.
"Hentikan distribusi makanan kering yang mengacu pada produk industri sebagai UPF. Ya, jangan sampai ini diliput dan sudah sebetulnya, tapi yang diliput baru tentang keracunan ya di media ABC (Australian Broadcasting Corporation) dari Australia dan Reuters (Inggris), itu media asing sudah menyorot nih, malu kita semua," katanya.
Berita Update
- Baca juga: UPDATE 3 Siswa Masih Istirahat di Rumah Pasca-Insiden Keracunan MBG SDN Gedong 01 Pasar Rebo Jaktim
- Baca juga: Tubuh Membengkak, Sopir Taksi Online Ditemukan Tewas di Dalam Mobil di Pasar Minggu
- Baca juga: Kecelakaan di Sudirman: Insiden Tragis Mobil Taksi Seruduk Motor, 2 Orang Jadi Korban Luka
Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.