KPAI Ingatkan Anak Harus Diedukasi agar Tak Jadi Korban Provokasi Demonstrasi
KPAI telah membentuk tim pencari fakta untuk menyelidiki keterlibatan anak dalam aksi-aksi demonstrasi yang marak terjadi belakangan ini.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, mengingatkan agar anak-anak tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab dalam aksi demonstrasi.
Hal itu disampaikannya saat diskusi bersama mahasiswa Universitas Trilogi, yang membahas keterlibatan anak dalam penyampaian pendapat di ruang publik.
Menurut Jasra, KPAI bersama lembaga negara lain seperti Komnas HAM, Komnas Perempuan, dan Komisi Nasional Disabilitas telah membentuk tim pencari fakta untuk menyelidiki keterlibatan anak dalam aksi-aksi demonstrasi yang marak terjadi belakangan ini.
Tim tersebut akan bekerja hingga Desember 2025 dan menyampaikan hasil temuan secara terbuka kepada publik.
“KPAI melakukan pengawasan, termasuk mengumpulkan data anak-anak yang ditahan oleh kepolisian serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah pusat dan daerah agar peristiwa ini tidak terulang,” ujar Jasra Putra, Selasa (28/10/2025).
Berikan Edukasi
Ia menegaskan pentingnya upaya pencegahan yang masif, terutama terkait penyebaran informasi bohong atau hoaks yang dapat memprovokasi anak untuk ikut turun ke jalan.
Pemerintah dan masyarakat, kata Jasra, harus aktif memberikan edukasi agar anak tidak mudah terpengaruh isu yang tidak benar.
Jasra menegaskan, anak memang memiliki hak untuk menyampaikan pendapat sebagaimana diatur dalam Konvensi Hak Anak dan Undang-Undang Perlindungan Anak.
Namun, ia mengingatkan jika hak tersebut harus dijalankan dengan aman dan terarah.
“Pendamping anak harus menjelaskan secara jujur apakah demonstrasi itu benar-benar berkaitan dengan kepentingan anak atau hanya kepentingan orang dewasa,” ujarnya.
Jasra mengingatkan, anak juga perlu diberikan pemahaman dan pelatihan mengenai cara menyampaikan pendapat secara damai.
Selain itu, aksi yang melibatkan anak harus dilakukan di tempat yang aman, jauh dari potensi kekerasan atau tindakan anarkis.
“Yang tak kalah penting, pendapat anak harus ditanggapi oleh pengambil kebijakan. Jangan sampai anak sudah turun ke lapangan, tapi suaranya tidak didengar,” tegasnya.
Anak Kerap Terlibat Aksi karena Terprovokasi
Berdasarkan temuan sementara KPAI, banyak anak yang ikut dalam demonstrasi bukan karena kesadaran politik, melainkan akibat ajakan teman, provokasi di media sosial, hingga janji palsu dari pihak tertentu.
“Ada yang awalnya diajak nonton bola atau konser, tapi ternyata malah diturunkan di lokasi demonstrasi,” ungkap Jasra.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.