Viral di Media Sosial

Jessy Nirmala Bongkar Momen Oknum Polisi Catcalling Dirinya, Murka Setelah Dipanggil "Cici, Cici"

Seorang perempuan, Jessy Nirmala, naik pitam setelah mengalami catcalling dari seorang polisi berseragam. 

TikTok Jessy Nirmala
AKSI CATCALLING - Seorang perempuan, Jessy Nirmala, meluapkan kekesalannya ketika menjadi korban pelecehan seksual oleh oknum polisi saat berjalan di trotoar. (TikTok Jessy Nirmala). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Seorang perempuan, Jessy Nirmala, naik pitam setelah mengalami catcalling dari seorang polisi berseragam. 

Momen itu terjadi ketika Jessy sedang berjalan kaki pulang dari tempat pilates. 

Saat berjalan kaki di trotoar, ia bertemu dengan sejumlah polisi berseragam. 

Jessy sudah merasakan ada yang tidak enak ketika dirinya melintas di hadapan mereka. 

"Ketika aku jalan, itu ada gerombolan polisi berseragam. Sebenarnya dari tatapannya aja udah kerasa sih. Kamu pasti ngerti kalau yang udah pernah di-catcalling. Dari cara melihatnya aja udah tidak mengenakkan ya," katanya lewat unggahan video di TikToknya pada Rabu (29/10/2025). 

Sebenarnya, ia mengaku sudah terbiasa menghadapi catcalling di Jakarta. 

Akan tetapi, kali ini ia benar-benar murka karena pelakunya ialah seorang polisi. 

Godaan itu awalnya berupa suara-suara aneh. 

"Terus ada suara-suara semacam kayak kikiw-kikiw. Jadi, tuh sebenarnya dia udah bersuara-suara tapi aku hiraukan. Terus ada suara lagi tambahan "Cici,Cici' di situ aku udah enggak bisa terima lagi sih, karena dia udah spesifik nih Cici Cici. Berarti kan sudah menargetkan aku untuk digodain ya," jelasnya. 

Jessy langsung melotot ke arah oknum polisi tersebut lalu menegurnya. 

"Langsung lah aku melotot ke dia. Heh, kamu tuh polisi ya. Dia kaget, langsung semua teman-temannya pada terdiam tuh. kamu tuh polisi, masa kamu goda-godain orang. Akhirnya aku kepikir ngeluarin kamera dan videoin. Kadang-kadang orang-orang yang catcalling itu, betapa pengecutnya mereka, mereka tuh suka untuk bersuara-bersuara aneh aja, aku tuh sering mengalami aja. Kita tahu lah itu tujuannya apa," ujarnya.  

Jessy memutuskan untuk merekam kejadian tersebut sebagai protes terhadap perilaku tidak pantas seorang aparat penegak hukum. 

"Gimana kita bisa merasa aman kalau misalkan polisinya aja kelakuannya begini. Dan lihat ini pakaian aku ya, ini pakaian yang sangat-sangat tertutup, sangat-sangat tidak ada lekukan, tidak ada godaan apa-apa. Saya tidak dandan hari ini. Saya bener enggak habis pikir," pungkasnya. 

Apa itu catcalling?

Komisioner Komnas Perempuan Rainy Hutabarat menjelaskan, catcalling merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual dalam bentuk kekerasan verbal atau kekerasan psikis.

"Terdapat nuansa seksual dalam ucapan, komentar, siulan, atau pujian, kadang-kadang disertai kedipan mata. Korban merasa dilecehkan, tak nyaman, terganggu, bahkan terteror," katanya.

Pujian atau sapaan bernuansa seksual, selama ini dianggap biasa saja.

Padahal, perilaku semacam ini merupakan salah satu bentuk pelecehan.

Catcalling merupakan bentuk pelecehan seksual di ruang publik, biasanya dilakukan di jalanan atau fasilitas umum lainnya.  

Menurut Rainy, ada pengaruh relasi kuasa pada perilaku catcalling.

"Pelaku merasa berada pada posisi superior sehingga berhak melakukan sesukanya tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain,"kata Rainy.

Pelakunya bisa siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, sendiri atau beramai-ramai.

Catcalling juga dapat dialami siapa saja tanpa pandang jenis kelamin.

Akan tetapi, kata Rainy, korban terbanyak adalah perempuan. 

"Walau laki-laki bisa jadi korban catcalling, namun korban terbanyak perempuan," kata dia.

Bukan karena penampilan

Rainy mencontohkan, kasus catcalling yang terjadi pada malam hari terhadap perempuan yang sendirian menunggu bus di halte.

Ketika terjadi catcalling, korban justru disalahkan.  

"Jadi (yang disalahkan) bukan pelaku yang mengenakan lensa patriarkis dalam memandang perempuan," ujar Rainy.

Rainy menegaskan, pelecehan tejadi bukan karena penampilan atau apa yang dipakai korban, tetapi memang kultur si pelaku pelecehan.

Ia juga menekankan, tindakan seperti ini tak bisa dibenarkan.

Pada tingkatan tertentu, Rainy mengungkapkan, dampak catcalling dapat menimbulkan trauma berkepanjangan terhadap korbannya.

Korban jadi membatasi mobilitasnya jika tidak ditemani saat keluar rumah, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dan menghambat perkembangan pribadinya.

"Segala bentuk pelecehan seksual tak boleh dibiarkan, apalagi atas nama perbuatan iseng, bila kita ingin membangun masyarakat tanpa kekerasan," kata Rainy.

Sebagian artikel diambil dari sumber: https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/08/060400765/apa-itu-catcalling-dan-mengapa-termasuk-pelecehan-?page=all

Berita terkait

Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved