Dihujat dan Dipuja, Zaadit At Taqwa

Banyak yang memuji tindakan berani Zaadit, namun tidak sedikit juga yang menghujat dirinya.

zoom-inlihat foto Dihujat dan Dipuja, Zaadit At Taqwa
https://www.instagram.com/zaaditt/
Zaadit Taqwaa Beserta Rekan BEMnya.

TRIBUNJAKARTA.COM - JAKARTA Siapa yang tidak tahu peristiwa kartu kuning Jokowi? Jumat (2/2/2018) saat Presiden ke- 7 itu memasuki ruangan Balairung Universitas Indonesia saat menghadiri Dies Natalis ke-68 UI, tetiba Zaadit At Taqwa Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UI meniupkan peluit dan memberikan kartu kuning yang ia arahkan langsung kepada sang presiden.

Kartu kuning dan pluit di ruang itu merangkum kritik yang dialamatkan kepada Presiden Jokowi, meski Zaadit baru menjelaskan maksudnya usai diamankan satuan personel Pasukan Pengamanan Presiden.

Banyak yang memuji tindakan berani Zaadit, namun tidak sedikit juga yang menghujat dirinya.

"Ini kritikan yang sudah halus dan elegan terhadap pemerintah," begitu nilai Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago, seperti dilansir dari Kompas.com.

Di instagram pribadi Zaadit Taqwa, tak sedikit netizen yang menghujat dirinya.

Namun sepertinya netizen lupa, dalam Tridharma Perguruan Tinggi yang diatur dalam Undang-undang (UU) No. 12 Tahun 2012, pasal 1 Ayat 9. Bahwa tugas dari seorang mahasiswa adalah mengabdi kepada masyarakat.

"Memang tugas mahasiswa untuk menyampaikan keresahan yang dialami oleh masyarakat, apa yang dilakukan Zaadit adalah lakon, tahap solusi dari permasalahan yang dihadapi masyarakat", ujar Wafa Wahidah anggota Forum Perempuan BEM UNJ yang dihubungi TribunJakarta.com, Kamis (8/2/2018).

Dalam Program Mata Najwa yang mengangkat tema, Kartu Kuning Jokowi diskusi pada Rabu (8/2/2018) malam.

Baca: Cuma 5 Menit , Waktu Berharga Keluarga Jenguk Tahanan di Polres Jakbar

Perwakilan mahasiswa yang Najwa hadirkan, Obed Ketua BEM UGM, menyedot perhatian karena pandangan soal bagaimana seharusnya mahasiswa.

"Orang sekarang antara dia mengkritik pemerintah lalu dikatakan sebagai anti pemerintah. Sedangkan orang yang sering kali mengatakan dia mendukung apa yang dikatakan pemerintah, dia dikatakan sebagai pro pemerintah."

Menuru Obed mahasiswa itu harus menjadi intermediate aktor  mana bisa jadi jembatan antara keduanya. Ketika dia mengkritik pemerintah, bukan berarti dia anti pemerintah. Itu pun sebaliknya. Ketika dia mendukung pemerintah, bukan berarti mahasiswa itu pro pemerintah dan melupakan rakyat.

"Lalu apa yang membuat mahasiswa itu bisa jadi intermediate aktor? yaitu rasa kemanusiaan yang dibangun melalui hasil belajar kami hidup bersama masyarakat. Ngobrol di angkringan, di burjo, dsb. Itu cara-cara kami belajar menghirup bau dari masyarakat itu sendiri. Terimakasih," ujar Obed.

Pernyataan Obed ini disambut oleh tepuk tangan hadirin, tak sedikit mereka yang mengangguk-angguk seperti dilansir dari TribunWow.com.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved