Blak-blakan! Germo Prostitusi Online: Niat Berhenti, Tarif Wanita Sampai Pelanggan Pejabat
Andre mengungkapkan dirinya pernah berniat ingin berhenti menjajakan para wanitanya kepada pria hidung belang.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, BANDA ACEH - MRS alias Andre (28) ditangkap personel Unit PPA Polresta Banda Aceh, Rabu (21/3/2018) sekitar pukul 23.00 WIB dari salah satu hotel di Jalan Soekarno-Hatta, Aceh Besar.
Andre adalah germo atau muncikari praktik prostitusi online
Andre mengungkapkan dirinya pernah berniat ingin berhenti menjajakan para wanitanya kepada pria hidung belang.
Tapi, karena desakan ekonomi serta permintaan para pemesan yang terus menerus, sehingga pria asal Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara (Sumut) itu tidak dapat membendung niatnya tersebut.
Baca: Keluarga Probosutedjo Sewa 200 Spring Bed untuk Alas Tidur Selama 3 Hari
"Saya pernah berniat sekali berhenti pada saat Andra Irawan (24) ditangkap pada 22 Oktober 2017 lalu, di sebuah hotel di Jalan T Imuem Luengbata, Banda Aceh. Tapi, karena kondisi kantong kempes dan permintaan juga ada, sehingga saya menghubungi kembali rekan-rekan saya (wanita diduga PSK)," kata MRS yang diwawancarai khusus bersama tiga media lainnya di ruang Kanit PPA Polresta, Banda Aceh, Senin (27/3/2018).
Menurutnya sejak itu, dirinya kembali menekuni bisnis haramnya tersebut, di samping MRS juga punya sebuah usaha rak mi ayam kaki lima di Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.
Andre Bongkar Alasan Wanita Rela Gabung Prostitusi Online

Senin (26/3/2018) Serambinews.com berkesempatan mewawancarainya secara khusus bersama tiga media lainnya di ruang Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reskrim Polresta Banda Aceh, Ipda Septia Intan Putri STK.
Dalam kesempatan itu, banyak hal yang dakui Andre sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Termasuk salah satunya, soal pelanggan Andre yang ternyata dari berbagai kalangan, termasuk para pejabat dan deretan pengusaha.
Bersama Andre malam itu, polisi juga menciduk tujuh wanita pekerja seks komersil (PSK) dalam bisnis syhawatnya tersebut.
Ketujuh wanita itu adalah Ay (28) asal Simeulue, MJ (23) Aceh Tengah, dan RM (23) asal Bireuen. Sedangkan empat wanita lainnya merupakan warga Kota Banda Aceh, masing-masing berinisial CA (24), DS (24), RR (21), dan IZ (23).
Baca: Ternyata, Remaja Tanggung Gemari Cemilan Kemasan yang Dijual di Warung Kelontong
Ditanya apa sebenarnya alasan para wanita itu hingga rela begabung dengan bisnis prostitusi yang dijalani Andre kurang lebih selama tiga tahun terakhir tersebut.
Menurut Andre, alasan utama adalah faktor ekonomi.
"Kebanyakan orang ini ngeluhnya soal uang sewa rumah atau kost, juga kredit sepeda motor," katanya.
Ia juga mengaku bahwa para wanita tersebut tidak direkrut oleh Andre, tapi para wanita itu datang sendiri ke Andre lalu menawarkan diri untuk ikut dalam bisnis syahwat Andre tersebut.
"Orang itu datang sendiri, 'Ndre aku nggak ada uang, untuk bayar ini, kamu kasih aku ini ini' ya biasa untuk kebutuhan bayar kredit morot atau sewa rumah," kata Andre mempraktikkan pembicaraannya dengan para wanita saat meminta ikut bergabung dengannya.
Andre juga mengaku, tarif untuk seorang wanita sekali 'show' mencapai Rp 2 juta.
"Untuk long time Rp 2 juta, untuk short time Rp 1 juta. Dua juta bersih untuk kami, itu di luar biaya hotel, Rp 500 untuk saya," pungkasnya.
Andre Jalani Bisnis Prostitusi Online Selama 2 Tahun
Prostitusi online yang melibatkan germo atau mucikari berinisial MRS alias Andre (28) pria asal Tanjung Pura Langkat, Sumatera Utara (Sumut), yang 'mengelola' 7 perempuan yang diduga PSK, telah menjalankan bisnis haramnya itu selama 2 tahun.
Untuk proses 'penyerahan' para wanitanya kepada pelanggan, pria hidung belang, MRS berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel lainnya, tergantung hotel tersebut aman atau tidak untuk bisnis haram yang dijalannya itu.
Baca: Ditutup Selimut, Meli Tewas Bersimbah Darah di Kamar Kos
Tapi, Rabu (21/3/2018) sekitar pukul 23.00 WIB, menjadi akhir dari perjalanan pria asal Sumut tersebut yang tertangkap basah usai menyerahkan seorang wanita 'binaannya' pada petugas kepolisian yang menyamar dalam mengungkap bisnis esek-esek tersebut.
Terkait MRS telah menjalankan bisnisnya itu selama dua tahun, disampaikan Kapolresta Banda Aceh, AKBP Trisno Riyanto SH didampingi Kasat Reskrim AKP M Taufiq dalam konferensi pers di Mapolresta, Jumat (23/3/2018).
Tersangka MRS ditangkap setelah mengantar Ayu kepada pelanggannya (polisi yang menyamar) di salah satu hotel di Jalan Soekarno-Hatta, Aceh Besar, Rabu (21/3/2018) malam tersebut.
Baca: Pelaku Jual Beli Motor Bodong di Facebook Terciduk, Diduga Buat Balap Liar
"Dalam kasus prostitusi online ini, kami mengamankan MRS alias Andre yang diduga germo atau mucikarinya. Lalu mengamankan tujuan perempuan yang diduga PSK. Selain dari Banda Aceh para wanita ini juga berasal dari sejumlah Simeulue, Bireuen, dan Aceh Tengah," kata AKBP Trisno.
Ketujuh wanita itu masing-masing berinisial Ayu (28), asal Simeulue, MJ (23) Aceh Tengah dan RM (23) asal Bireuen.
Lalu, empat wanita lain merupakan warga Kota Banda Aceh, masing-masing, CA (24), DS (24), RR (21), dan IZ (23).
Tarif Wanita

Sementara dari pesan whatsapp yang diterima Serambinews.com, disebutkan pengungkapan kasus esek-esek itu berawal dari laporan yang diterima Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reskrim Polresta.
Setelah menerima laporan itu, penyelidikan pun dimulai dan petugas pun diturunkan untuk mencari nomor Hp MRS yang diduga sebagai germo dalam kasus prostitusi online itu.
Nomor Hp MRS ditemukan dan petugas yang menyamar itu pun akhirnya terlibat chatting melalui whatsapp dengan MRS.
Kesepakatan pun dicapai, setelah MRS menyebutkan tarif 'mengontrak' sebesar Rp 2 juta untuk seorang wanita.
Baca: Respon Pengacara Usai MA Tolak PK Ahok
Ini disertakan mengirimkan sejumlah foto wajah wanita-wanita yang diinginkan.
Dua petugas polisi yang menyamar itu pun memesan dua wanita dengan tarif Rp 4 juta.
Selanjutnya sesuai jadwal yang telah disepakati, pelaku MRS pun mengantar dua wanita ke hotel di wilayah Aceh Besar itu, menggunakan sepeda motor.
Baca: Jika Utang Dibayar, Warga Aceh Pemegang Obligasi Nasional Akan Wakafkan ke Masjid dan Naik Haji Lagi
Lalu MRS pun membawa masuk kedua wanita itu ke dalam salah satu kamar hotel.
Transaksi pun dimulai dengan disertai penyerahan uang sebesar Rp 4 juta yang dilakukan oleh petugas yang menyamar.
Setelah transaksi itu, dua wanita itu pun langsung ditinggal di dalam kamar bersama dua anggota yang menyamar itu.
Kemudian MRS yang bermaksud pulang langsung dicegat oleh petugas yang telah siaga di lokasi.
Dalam pengungkapan kasus prostitusi online itu, petugas mengamankan MRS, seorang pria yang diduga germo atau mucikarinya.
Lalu di dalam pesan whatsapp itu juga terlihat 7 wanita yang ikut diamankan.
Andre Punya Segudang Pelanggan
MRS alias Andre (28), germo prostitusi online saat ini harus meringkuk di tahanan Polresta.
Termasuk salah satunya, soal pelanggan Andre yang ternyata dari berbagai kalangan, termasuk para pejabat dan deretan pengusaha.
Bisnis prostitusi yang dijalankan oleh MRS alias Andre (28), ternyata memiliki seabrek pelanggan dari berbagai kalangan di Banda Aceh.
Baca: Wasiat Sang Ayah, Warga Aceh Ungkap Surat Utang Pembelian Pesawat RI, Begini Isinya
Ia membeberkan para pelanggan 'wanita sewaannya' itu saat diwawancarai Serambinews.com, Senin (26/3/2018) di Mapolresta Banda Aceh.
Andre mengaku, para pelanggan atau lelaki hidung belang yang memesan perempuan-perempuannya selama ini, dari berbagai kalangan.
"Kalau mahasiswa sekali-kali aja, pengusaha iya, semua kalangan ada," kata Andre.
Andre juga membeberkan, bahkan para pejabat atau birokrat pernah menjadi pelanggannya. "Ada itu sudah lama, 2016 gitulah," katanya.
Ditanya pejabat apa yang sering menjadi pelanggannya, Andre mengaku dia tidak terlalu tahu terkait detail pekerjaannya di mana.
"Itu saya kurang paham. Tadi saya sudah bilang, apakah (kerja) di kantor gubernur, apakah di bappeda, apakah di DPRA, apakah di gedung wali kota, itu menurut saya orang-orang pejabat, itu pemerintahan namanya ya?" cetus Andre.
Ia juga mengatakan, para pelanggan yang dinilainya sebagai pejabat itu biasanya memilih perempuan-perempuannya yang high class.
"Mereka (pejabat) milih yang putih dan yang bersih," pungkasnya.(Serambinews.com)