Kisah Madun: Usai Jadi Sopir Taksi 20 Tahun Pindah Dagang Tahu Bulat

Pengalamannya telah puluhan tahun berada di jalanan membawa aneka ragam penumpang dari berbagai taksi yang pernah ia bawa.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ilusi Insiroh
TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas
Madun, menjajakan tahuny di Halte Universitas Pancasila, Jakarta Selatan. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA - Pengalamannya telah puluhan tahun berada di jalanan membawa aneka ragam penumpang dari berbagai taksi yang pernah ia bawa.

Namun, semenjak keberadaan angkutan umum dalam jaringan (Daring) yang kian menjamur menghiasi berbagai sudut Ibukota, membuat pekerjaannya kian tergerus oleh persaingan.

Ia pun di akhir tahun 2015, harus banting setir menjadi seorang penjual tahu bulat yang berkeliling menjajakannya di jalanan.

Baca: Ini Pelayanan SIM Keliling di Hari Sabtu di Jakarta

Begitulah kenangan Mamad atau akrab disapa Madun, pria asal Pondok Gede, mengisahkan sekelumit hidupnya mengenai perjalanan karirnya yang tak pernah ia sangka sebelumnya.

"Saya udah malang melintang di taksi 20 tahun lebih. Mulai dari Steady Safe, Blue Bird, hingga Express pernah saya bawa," kata Madun seraya menunjukkan tanda pengenal Steady Safenya tempo dulu pada TribunJakarta.com, Jumat (7/4/2018) di halte Universitas Pancasila, Jakarta Selatan.

Namun, keberadaan ojek online membuat ia beralih pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

"Driver online makin banyak tahun 2015. Sewaktu awal-awal demo supir taksi saya ikutan juga. Tapi ah sudahlah keluar aja persaingan ini ngerugiin taksi. Kemudian saya pindah jadi tukang tahu bulat," keluh bapak yang memiliki empat orang anak ini.

Tapi bukan berarti sewaktu ia pindah pekerjaan dagang tahu bulat, penghasilannya lebih baik.

Baca: Jantung Sering Berdebar Usai Minum Kopi? Begini Penjelasannya

Pasalnya, penghasilan Madun tak pernah pasti bahkan kini kian menurun drastis.

"Dari magrib sampai jam 12 malam disini. Awal-awal ngantongin 200 sampe 300 ribu. Sekarang 50 sampe 60 ribu aja. Menurun drastis," tutur Madun.

Jumlah tahu yang ludes terbeli pun kian menurun, bahkan ia acapkali membawa sisa tahu bulat yang belum digoreng pulang.

"Dulu bawa 3000 tahu ludes sehari. Sekarang 1000 tahu paling sisa 250 tahu. Drastis banget penurunannya," ucapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved