Hasil Pilkada Serentak, Kekuatan Oposisi Kini Mampu Imbangi Kekuatan Pro Pemerintah
Hasil hitung cepat atau quick count dari Litbang Kompas mengindikasikan kekuatan oposisi mampu mengimbangi kekuatan partai pro pemerintah
Kedua, faktor isu-isu berupa narasi fakta negatif, hoaks dan ujaran kebencian. Toto menjelaskan, fakta negatif, hoaks dan ujaran kebencian berdampak signifikan bagi pilihan politik masyarakat.
• Meski Pernah Ciptakan Lagu, Emil Dardak Bukanlah Sosok Romantis di Mata Arumi Bachsin
Sebab, sebagian masyarakat yang tak memiliki literasi kuat, mudah terpengaruh oleh hal-hal tersebut.
"Di mana isu, berita, informasi itu langsung masuk dari point to point, person to person, itu langsung bisa menciptakan perubahan preferensi," kata dia.
Kondisi itu bisa diperparah jika mendapatkan legitimasi dari otoritas sosial, seperti orang tua, guru, tokoh masyarakat atau tokoh agama.
"Sehingga kombinasi antara hal yang laten dengan hal yang sifatnya sporadik itu menciptakan kondisi lebih dinamis daripada perkiraan kita. Jadi pilkada sekarang basisnya dinamis dia," katanya.
Toto juga mengungkapkan, masih ada indikasi permainan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) pada pilkada kemarin.
Ia khawatir perubahan preferensi politik masyarakat dengan isu SARA ini akan terulang pada Pemilu 2019 nanti. Sebab, isu SARA mencoreng persaingan sehat dalam sebuah kontestasi politik. (Dylan Aprialdo Rachman)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Berkaca dari Pilkada 2018, Oposisi Mulai Menyaingi Kekuatan Koalisi Pemerintah
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/prabowo-subianto-sohibul-iman-eddy-soeparno_20180628_121409.jpg)