G30S PKI
Kisah Putra Ahmad Yani Lihat Langsung Ayahnya Dijemput, Ditembak Lalu Diseret Pasukan Tjakrabirawa
Eddy bercerita kepada para pengunjung Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Jenderal TNI A Yani.
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Setelah melihat ratusan foto yang ditempel di dinding, pengunjung akan diarahkan untuk menuju kesebuah lorong yang ujungnya akan mengarah kesebuah pintu. Dipintu itulah, Jenderal Ahmad Yani diberondong 7 buah timah panas oleh pasukan Cakrabirawa menggunakan senapan semi otomatis Thompon Cakrabirawa buatan Amerika Serikat.
Bekas tembakan tersebut juga masih terlihat di kaca yang ada di pintu tersebut.
"Disini Jenderal Ahmad Yani diberondong tembakan. Bahkan dari 7 peluru, 5 peluru diantaranya tembus ke badan Jenderal karena jarang penebak hanya 1,5 meter," lanjut Apror menceritakan detail peristiwa.
Tak jauh dari pintu, tepatnya dibagian dalam rumah terdapat sebuah marmer yang bertuliskan ' Di sinilah gugurnya pahlawan revolusi Djenderal TNI A Yani pada tanggal 1 Oktober 1965, djam 04.35, Djakarta, 1 Djanuari 1970". Ditempat itulah, Jenderal Ahmad Yani tersungkur tertungkup usai ditembaki.
Tak jauh dari tempat tersebut, tepatnya diruang yang dijadikan ruang makan keluarga, disitu tengah asik berbincang-bincang anak-anak dari Jenderal Ahmad Yani yakni Putri Pertama, Indriah Ami Yani, putri ke-4 Elina Lilik Yani, putri ke-5 Widna Ami Yani, putri ke-6, Remi Tha Yani, putra ke-7, Untung Murfeni Yani dan paling bungsu Irawan Sura Eddy Yani.
Sedangkan putri kedua Jenderal Ahmad Yani yakni Herliyah Ami Yani diketahui telah meninggal dunia sedangkan putri ketiga, Ameliah A Yani sedang bertugas sebagai Duta Besar di Bosnia.
Tribunnews berkesempatan duduk dan berbincang bersama anak-anak Jenderal Ahmad Yani di meja makan berukuran 2x1 meter tersebut.
Pantauan Tribunnews, suasana perbincangam mereka terbilang sangat cair dan hangat. Sesekali mereka bercerita tentang keluarga. Selain itu, mereka cuka memperhatikan beberapa pajangan yang berada didalam ruanģ meseum tersebut.
"Kayanya patung bapak yang itu tidak berwarna coklat seperti sekarang,"
"Iya ya, sepertinya dulu berwarna agak keemasan. Kenapa sekarang jadi coklat ya,"
Ditengah canda dan perbincangan, sesekali mereka menyantap panganan rebusan singkong dan pisang rebus yang tersedia diatas meja.

"Ayoo silakan mas dimakan," ucap Indriah Ami Yani sembari menyodori panganan singkong rebus.
Saat mendengar tawaran tersebut, awak Tribunnews teringat kata pemandu museum, Apror yang mengatakan bahwa Jenderal Ahmad Yani semasa hidupnya lebih suka memakan panganan rebusan seperti singkong.
Bahkan, jatah beras yang diterima Jenderal Ahmad Yani selalu dibagikan kepada warga sekitar rumah yang membutuhkan.
"Bapak (Jenderal Ahmad Yani) lebih suka berkebun makannnya beliau lebih suka pangan rebusan. Ya, sampai sekarang putra putrinya juga lebih suka makan rebus-rebusan," ujar Apror.