Mapolsek Penjaringan Diserang
Sakit Keras, Pemeriksaan Jiwa Hingga Polisi Lanjutkan Kasus Hukum Penyerang Mapolsek Penjaringan
"Sebelumnya suka makan disini, tapi sudah lama juga cuma bawa tempat makannya dirumah, mungkin karena sakitnya itu ngak betah lama diluar," kata Parno
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Wahyu Aji
"Kemudian pelaku turun dan disapa oleh petugas SPK, Brigadir Sihite yang kemudian pelaku langsung menyerang anggota polisi tersebut dengan menggunakan sebilah golok dan pisau babi," ujar Argo saat dikonfirmasi, Jumat (9/11/2018).
Anggota polisi yang mendapat serangan itu menghindar dan meminta bantuan angggota lain yang sedang berjaga di SPK. Meski begitu, pelaku terus mengejar dan menuju ke arah lobi SPK.
Di sana, Kepala SPK, AKP M.A.Irawan berupaya melawan pelaku. Mendapat perlawanan, pelaku terus menyerang dengan membabi buta sambil berteriak.
"Pelaku melempar pisau babi yang dipegang ditangan kirinya dan golok masih dipegang ditangan kanannya. Sambil menyerang petugas kepolisian dan korban terjatuh terkena sabetan golok pelaku dan mengenai tangannya menimbulkan luka ringan," beber Argo.
Usai menyerang Irawan, pelaku kembali mengejar anggota polisi lain yang ad di ruang Reserse Kriminal dan PPA. Anggota Reskrim yang melihat kejadian tersebut langsung mengejar pelaku.
"Lalu pelaku berbalik dan menyerang anggota Reskrim yaitu Aipda Dedi Raharjo dan Aipda Giyarto. Dan pelaku memecahkan pintu kaca ruangan dengan golok yang dipegangnya dan menyerang," jelas Argo.
Aipda Dedi dan Aipda Giyarto telah berupaya meredam aksi pelaku. Namun pelaku tetap melakukan penyerang.
Pada akhirnya, mereka pun memberikan tembakan peringatan. Suara tembakan tidak membuat pelaku takut.
"Kemudian Aipda Giyarto melumpuhkan pelaku dengan menembak pangkal lengan pelaku sehingga golok yang dipegang pelaku terlempar dan pelaku dapat diamankan," kata Argo.
Setelah diterjang timah panas, akhirnya pelaku berhasil diamankan polisi. Hingga kini, yang bersangkutan masih ditahan di Markas Polsek Metro Penjaringan.
5. Penyakit Getah Bening
Kapolsek Metro Penjaringan AKBP Rachmat Sumekar mengatakan Rohandi diduga depresi dikarenakan mengalami penyakit getah bening yang tak kunjung sembuh.
Rohandi, yang tidak bekerja, depresi lantaran tidak memiliki biaya untuk menjalani pengobatan dan operasi menyembuhkan penyakitnya itu.
Dari hasil interogasi, Rohandi sengaja menyerang Mapolsek Metro Penjaringan agar dirinya ditembak polisi dan meninggal dunia seketika.
Rohandi (31), penyerang Mapolsek Metro Penjaringan pada Jumat (9/11/2018) sekira pukul 01.35 WIB. (Istimewa/Dok. Polsek Metro Penjaringan)
"Dia sedang depresi karena operasi getah beningnya tidak sembuh dan tidak bekerja. Makanya dia mau mati tapi dengan cara nyerang polisi supaya ditembak," kata Rachmat.
Aksi penyerangan yang dilakukan Rohandi mengakibatkan Kepala SPK Polsek Metro Penjaringan, AKP M.A. Irawan, mengalami luka ringan.
Rachmat mengatakan insiden penyerangan terjadi saat anggotanya sedang piket.
Pelaku datang secara tiba-tiba dengan mengendarai motor bernomor polisi B 6825 UWC dan memarkirkan kendaraannya di luar gerbang Mapolsektro Penjaringan.
Pelaku pun turun dari motor dan langsung menyerang anggota yang sedang piket.
"Pada saat pelaku turun dan disapa oleh petugas SPK, pelaku langsung menyerang anggota dengan menggunakan sebilah golok dan pisau babi," jelas Rachmat.
Rachmat mengatakan, pelaku yang melakukan penyerangan secara membabi buta berusaha masuk ke ruangan SPK.
AKP Irawan yang berada di ruangan pun melawan pelaku yang terus berupaya menyerangnya dengan golok dan pisau .
"Pelaku melempar pisau babi yang dipegang di tangan kirinya dan golok masih dipegang di tangan kanannya, sambil menyerang petugas. Korban akhirnya terjatuh terkena sabetan golok pelaku yang mengenai tangan dan menimbulkan luka ringan," kata Rachmat.
Tak sampai di situ, Rohandi juga mencoba memasuki ruangan PPA dan menyerang petugas lainnya sembari mengucapkan takbir berulang kali.
Namun, aksinya berhasil dilumpuhkan salah satu petugas Reskrim yang berjaga. Rohandi ditembak di bagian pangkal lengannya.
"Setelah diberikan tembakan peringatan, pelaku tidak mengindahkan sehingga anggota memutuskan untuk melumpuhkan pelaku dengan menembak pangkal lengan pelaku," ujar Rachmat.
Akhirnya, Rohandi pun berhasil diamankan dan golok serta pisau yang ia bawa disita polisi. Pria itu pun kini sudah mendekam di tahanan Mapolsek Metro Penjaringan
6. Surat Bunuh Diri
Rohandi (31), pelaku penyerangan Mapolsek Penjaringan sempat mengirimkan surat kepada kakaknya yang bernama Oman, sebelum menjalankan aksinya.
Pria pengangguran itu menyerang Mapolsek Penjaringan dengan membawa dua buah senjata tajam pada Jumat (9/11/2018) dini hari tadi.
Tujuan Rohandi menyerang kantor polisi, kata Kapolsek Metro Penjaringan AKBP Rachmat Sumekar, supaya dirinya bisa ditembak mati.
Rachmat mengatakan warga Pejagalan itu sudah merencanakan niatnya menyerang kantor polisi.
Bahkan, Rohandi sempat mengirimkan surat kepada kakaknya sebelum menjalankan aksinya.
Surat yang dituliskan Rohandi atau Andi sebelum menjalankan aksinya merupakan surat pamit sebelum dia berusaha bunuh diri di kantor polisi.
"Sudah, sudah buat surat dia, saya minjem motornya nih terakhir. Dia ngirim surat pamit mau bunuh diri," kata Rachmat saat ditemui TribunJakarta.com, di Mapolsek Metro Penjaringan.

Surat itu dituliskan di secarik kertas dengan tinta ballpoint berwarna biru.
Isi suratnya adalah pesan bahwa pelaku sudah tidak ingin menyusahkan kakaknya.
Sebab, pelaku yang tak memiliki pekerjaan selama ini tinggal menumpang pada kakaknya dan selalu menyusahkan kakaknya.
"Oman, motornya Andi pinjam dulu. Insya Allah ini terakhir kalinya Andi nyusahin Oman. Tolong dimaafin," tulis Rohandi dalam suratnya.
Adapun tujuan Rohandi menyerang Mapolsek Penjaringan supaya dirinya bisa ditembak oleh polisi.
Sebab, dirinya yang tak memiliki pekerjaan juga mengalami penyakit getah bening yang tak kunjung sembuh.
Kini, Rohandi telah diamankan di tahanan Mapolsek Metro Penjaringan.
7. Rohandi tak terkait kelompok tertentu
Warga Pejagalan itu takut bunuh diri, sehingga ia menyerang Mapolsek Metro Penjaringan dengan harapan ditembak mati polisi.
"Dia nggak berani bunuh diri akhirnya dia nyerang polisi dengan harapan mau ditembak mati. Dia bawa golok buat nakut-nakutin doang, karna dia ngelewatin polisi yang nggak bawa senjata. Jadi dia nyari polisi yang bawa senjata, lalu sama polisi ditembak tangannya, dia tetep pengen mati," kata Kapolsek Metro Penjaringan AKBP Rachmat Sumekar saat ditemui di kantornya.
Saat menyerang Mapolsek Metro Penjaringan, Rohandi berkali-kali mengucapkan takbir.
Meski pelaku mengucapkan takbir, Rachmat mengatakan hal itu tak ada kaitannya dengan jaringan tertentu.
Rachmat juga menjelaskan, tim Densus 88 telah mendatangi Mapolsek dan memeriksa ke kediaman Rohandi dan memastikan pria itu tak tergabung dalam jaringan teroris tertentu.
Rohandi murni depresi lantaran penyakit getah bening yang dideritanya tak kunjung sembuh.
Apalagi dirinya tak memiliki pekerjaan sama sekali.
"Ada 10 orang Densus datang langsung ke Polsek. Mereka sudah periksa ke rumahnya udah di datangin ya hasilnya dipastikan memang bukan teroris, nggak ada aliran apa apa, pas ditanya keluarganya ternyata memang dia operasi getah bening nggak sembuh-sembuh," kata Rachmat.
6. Depresi Batal Nikah
Rohandi (31) penyerang Mapolsek Metro Penjaringan diduga mengalami depresi berat lantaran dilanda masalah yang tak kunjung reda.
Akibatnya, warga Pejagalan itu nekat menyerang Mapolsek Metro Penjaringan Jumat (9/11/2018) dini hari dengan harapan mati ditembak polisi.
"Ya dia depresi, mau nikah batal, terus sakit juga, nggak kerja, sering dimarahin juga," kata Kapolsek Metro Penjaringan AKBP Rachmat Sumekar sesuai keterangan keluarga Rohandi, Jumat pagi saat ditemui TribunJakarta.com di kantornya.
Rohandi (31) saat dimintai keterangan. (Dok. Polsek Metro Penjaringan)
Rachmat menjelaskan Rohandi memiliki tiga orang kakak yang acap kali memarahinya.
Rohandi yang tinggal bersama kakaknya Oman di Pejagalan kerap dimarahi lantaran tidak memiliki pekerjaan.
Dari keterangan kakaknya, Rohandi juga sering terlihat mengurung diri di kamar.
"Dia depresi kan nggak tahan sama tekanan hidup, nggak tahan sama kakak-kakaknya, bunuh diri secara langsung nggak berani, dia maunya tetep ditembak sama polisi," kata Rachmat.
Oleh sebabnya, sebelum menjalankan aksinya menyerang Mapolsek Penjaringan, Rohandi juga sempat meninggalkan surat kepada kakaknya.
Surat itu dituliskan di secarik kertas dengan tinta ballpoint berwarna biru. Isi suratnya adalah pesan bahwa pelaku sudah tidak ingin menyusahkan kakaknya.
Sebab, pelaku yang tak memiliki pekerjaan selama ini tinggal menumpang pada kakaknya dan selalu menyusahkan kakaknya.
"Oman, motornya Andi pinjam dulu. Insha allah ini terakhir kalinya Andi nyusahin Oman. Tolong dimaafin," tulis Rohandi dalam suratnya.
AKBP Rachmat Sumekar menambahkan, Rohandi berhasil dilumpuhkan setelah polisi menembak pangkal lengannya.
Setelah ditembak, Rohandi hanya berkata bahwa dirinya ingin mati.
"Ditanya pengen balik ke kehidupan normal nggak itu dia jawab nggak mau, cuma pengen mati, orang udah putus asa," kata Rachmat. (Tribunnews.com/TribunJakarta.com)