Pilpres 2019
Titiek Soeharto Impikan Indonesia Balik ke Era Orde Baru, Mantan Menteri Singgung Hitler
Cuitan Titiek Soeharto rupanya berbuntuk panjang.Tiga menteri di era Soeharto bahkan sampai angkat bicara.
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Rr Dewi Kartika H
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Titiek Soeharto berharap Indonesia dapat kembali ke era kepemimpinan Presiden ke RI Soeharto.
Hal tersebut disampaikan Titiek Soeharto melalui media sosial Twitter pada Rabu 14 November 2018 silam.
Cuitan mantan istri Prabowo Subianto tersebut viral.
Pantauan TribunJakarta.com cuitan Titiek Soeharto tersebut sudah disukai lebih dari 5000 kali.
"Sudah cukup. Sudah saatnya Indonesia kembali seperti waktu era kepemimpinan Bapak Soeharto, sukses dengan swasembada pangan
Mendapatkan penghargaan internasional dan dikenal dunia," tulis Titiek Soeharto.
Cuitan Titiek Soeharto rupanya berbuntut panjang.
Tiga menteri era Soeharto sampai angkat bicara, yakni mantan Menteri Sekretaris Negara Akbar Tanjung, mantan Menteri Lingkungan Hidup Sarwowo Kusumaatmadja, dan mantan Menteri Tenaga Kerja Cosmas Batubara.
Ketiganya menyinggung soal kebebasan berekspresi, bahkan Sarwono menyebut nama pimpinan Partai Nazi Adolf Hitler.
• Atas Perintah Soeharto, Prabowo Subianto Akui Pernah Ditugaskan Kejar Amien Rais
• Momen saat Prabowo-Titiek Soeharto Jadi Perhatian Ribuan Relawan
TONTON JUGA
Hal tersebut disampaikan ketiganya saat menjadi narasumber di Rosi Kompas TV.
Awalnya, ketiga mantan menteri itu membeberkan hal positif di masa orde baru yang menurut mereka bisa diaplikasikan di zaman sekarang.
Akbar Tandjung mengatakan pemerintah sekarang dapat meniru soal pembangunan di era Orde Baru.
"Pelajaran penting apa yang mau kita lakukan, pembangunan kita persiapkan secara baik, dan secara konsiten kita laksanakan," kata Akbar Tandjung dikutip TribunJakarta.com dari saluran YouTube Kompas TV, pada Jumat (23/11/2018).
"Secara kuantitatif dapat kita liat perkembangannya,"
"Semangatnya itu teratur, tersistem, lalu stabilatas, program dapat berjalan secara efektif," tambahnya.

• Sederet Fakta Gedung Granadi yang Disita: Milik Keluarga Soeharto Hingga Komentar Partai Berkarya
• Gedung Granadi Milik Keluarga Soeharto Sudah Disita, Bakal Dilelang
Menurut Cosmas Batubara di era orde baru, masyakart Indonesia diajarkan soal pemilu dan partai politik yang sebelumnya tidak ada.
"Kita diajari misalnya DPR membahas anggaran belanja, zaman Soekarno dulu tidak dibahas," ucap Cosmas Batubara.
"Pak Harto mengajarkan kita pemilu, mengajarkan kita partai politik," tambahnya.
Sementara itu, Sarwono mengatakan Indonesia beruntung memiliki pemimpin terdahalu yang masih memiliki sisi positif.
Ia lantas membandingkan dengan masyarakat Jerman.

• Sambil Menangis, Tutut Soeharto Cerita Sempat Bohongi Pasangan Mantan Jenderal Orde Baru Ini
• Saat Berada di Lingkaran Soeharto, Yusril Ihza Mahendra Ungkap Fakta Ini
Menurut Sarwono masyarakat Jerman tak memiliki kenangan baik dengan pemimpinnya, Adolf Hitler.
"Kita beruntung bisa mempunyai kenangan baik dengan pemimpin," kata Sarwono.
"Kita lebih beruntung dari orang Jerman, mereka tidak pernah punya kenangan baik dengan Adolf Hitler,"
"Semua pemimpin kita itu bisa dikenang baiknya," tambahnya.
Kemudian ketiganya membeberkan hal yang tak baik dari kepemimpinan Soeharto sehingga tak relevan jika diterapkan saat ini.
Akbar Tandjung dan Cosmas Batubara sepakat saat di era Soeharto praktik kekuasaan membuat kebebasan ekspresi masyarakat Indonesia terkekang.
"Adanya praktik kekusaaan yang mengakibatkan orang tidak bisa mengekspresikan pikirannya," ucap Akbar Tandjung.
Cosmas Batubara menyebut ketidakbebasan tersebut tidak dapat kembali diteruskan di era sekarang.
Pasalnya generasi dulu dan sekarang begitu berbeda.
"Tapi yang perlu tidak kita teruskan, kebebasan dulu yang agak terbatas," terang Cosmas Batubara.
"Karena generasi dulu berbeda dengan generasi sekarang," tambahnya.
Prabowo-Sandiaga Ingin Hidupkan Zaman Keemasan Orde Baru
Zaman keemasan Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto akan dibangkitkan lagi oleh Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno kelak menang di Pilpres 2019.
Calon presiden dan calon wakil presiden 02 itu menggarisbawahi, mereka tidak sepenuhnya mengadopsi program Orba.
Hanya program-program yang sukses dan memberikan dampak sosial kepada masyarakat, seperti swasembada pangan dan swasembada energi.
Berikut TribunJakarta.com himpun sejumlah fakta program-program Presiden Soeharto yang akan diadopsi Prabowo-Sandiaga untuk menjawab lima tahun kepempimpinan nasionalnya.
Pengakuan Sandiaga
Calon wakil presiden Sandiaga Uno mengaku bakal mengadopsi warisan program Presiden Soeharto.
Contoh hal yang menjadi perhatian Sandiaga adalah swasembada pangan dan swasembada energi. Kedua program ini di era Orba terbukti sukses.
"Menurut saya yang bisa kita adopsi swasembada pangan, swasembada energi," ungkap Sandiaga kepada wartawan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (15/11/2018) malam.
"Kita juga lihat zaman Pak Harto produksi beras kita baik, produksi bahan-bahan pangan kita juga baik, itu bisa kita adopsi," Sandiaga menambahkan.
Tak semua program Orba akan dipakai kubu Prabowo-Sandiaga.
Menurut Sandiaga, asal berdampak baik bagi rakyat Indonesia maka akan dilakukan.
Saat ini, kata Sandiaga, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga tengah memantapkan program-program tersebut untuk dilebur ke dalam rancangan resmi program nasional untuk 2019-2024.
"Lagi dalam pemantapan. Tapi visi dan misi kita sudah kita sampaikan dan visi-misi kita ini terus kita sosialisasikan," ungkap mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu.
Tak takut dikritik
Kekuasan 32 tahun Presiden Soeharto memimpin Indonesia menyisakan sisi gelap.
Sandiaga mengaku sama sekali tidak takut pilihan menjadikan sejumlah program era Soeharto akan memunculkan kekhawatiran masyarakat.
Orban bagi sebagian orang masih meninggalkan trauma.
Namun, Sandiaga masih memiliki cara untuk meyakinkan masyarakat terkait hal tersebut.
"Kita sampaikan bahwa kita sudah melewati periode reformasi dengan sekarang demokrasi yang lebih baik, lebih banyak check and balance, lebih banyak masyarakat civil society yang ikut partisipatif, kolaboratif," ucap Sandiaga.