Pemilu 2019
Suka Duka Petugas PPK di Pemilu 2019, Kurang Tidur, Tak Pulang ke Rumah Hingga Jarang Mandi
Cerita Panitia Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Matraman, Jakarta Timur, Eko Yuwanto yang harus membawa perlengkapan baju untuk 3 hari selama Pemilu
Penulis: MuhammadZulfikar | Editor: Erik Sinaga
Usai melayani warga yang mencoblos, Bonet pun masih mengerjakan tugas pencatatan surat suara dan pekerjaan lainnya.
Buntutnya, sekira pukul 00.00 WIB seluruh proses pemungutan suara, penghitungan suara, selesai dan langsung ia serahkan ke Kantor Kelurahan Kedaung sesuai intruksi.
"Pokoknya selesai itu pukul 00.00 WIB. Setelah semua selesai langsung diserahkan ke Kantor Kelurahan Kedaung sesuai instruksi," tutur Bonet.
Meski tenaga dan pikirannya terkuras habis, ia menuturkan tidak kapok dan bangga bisa ikut berkontribusi dalam perhelatan pesta demokrasi ini.
Honor yang dijanjikan padanya sebagai petugas TPS pun langsung dibayarkan, usai seluruh pekerjaannya selesai.
"Kalau ditanya kapok atau tidaknya saya pribadi sih tidak kapok. Karena saya bangga bisa berkontribusi untuk negara ini," pungkasnya.
Panggilan Jiwa
Berbagai suka dan duka telah dirasakan Rizki Masipan (39) selama setahun menjalani tugas negara sebagai anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Tahun ini, di Pemilu Serentak 2019, adalah kedua kalinya Rizki menjadi anggota PPK.
Sebelumnya, lulusan S1 Fakultas Hukum UI itu sudah lebih dulu mengemban tugas yang sama ketika Pilkada DKI Jakarta 2017.
Menurutnya, menjadi anggota PPK adalah panggilan jiwa, dan tidak semua orang mampu melakukannya.
Ia pun merasa bangga karena telah diberikan amanah untuk ambil bagian dalam penyelenggaraan Pemilu.
"Buat saya ini panggilan jiwa untuk bisa menyukseskan pesta demokrasi," ujarnya saat ditemui TribunJakarta.com di Balai Rakyat Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (18/4/2019).
"Tidak bisa dikejar dari uang. Kalau tidak punya hati yang besar, susah untuk ikut di sini," tambahnya.
Bertugas di Pemilu 2019, kata Rizki, lebih berat ketimbang Pildaka DKI 2017.
Menurutnya, Pilkada DKI lebih simpel lantaran hanya satu provinsi. Sedangkan, Pemilu 2019 bertaraf nasional.
