Polisi Tembak Polisi
Polda Metro Jaya Periksa Lima Saksi Dalami Kasus Polisi Tembak Polisi di Depok
Polda Metro Jaya telah menangkap oknum polisi yang menembak polisi di Depok. Lima saksi telah diperiksa.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Brigadir RT Terancam Hukuman Seumur Hidup Hingga Hukuman Mati

Brigadir RT terduga pelaku penembakan Bripka Rachmat Efendy, akan menjalani proses hukum yang tegas atas aksi brutalnya tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kakor Polairud Baharkam Polri Irjen Pol Zulkarnain di rumah duka di Permata Tapos Residences, Cimanggis, Kota Depok.
"Dengan sendirinya, sanksi selalu saya katakan ada tiga aturan yang dilanggar, pidana umum, menghilangkan nyawa orang lain," ujar Zulkarnain, Jumat (27/6/2019).
Zulkarnain juga mengatakan, Bripka RT akan menjalani proses disiplin terkait penggunaan senjata api diluar dinas atau indisipliner dan etika profesi menghilangkan nyawa orang.
"Itu tidak beretika, polisi diatur perundangan secara hukum," tambahnya.
Untuk pidana umum, Zulkarnain mengatakan menghilangkan nyawa orang lain pelaku bisa terancam hukuman seumur hidup.
"Bisa seumur hidup atau hukuman mati itu Pasal 338 KUHP, dan bila direncanakan Pasal 340 KUHP. Etika profesi diberhentikan tidak hormat atau dipecat," katanya.
Untuk diketahui, terduga pelaku Brigadir RT tega menghabisi nyawa Bripka Rahmat Efendy pada Kamis (25/7/2019) malam di Ruang SPK Polsek Cimanggis.
Ayah Bripka Rahmat Effendy Tak Menyangka Anaknya Jadi Korban Pembunuhan

Keluarga besar Bripka Rahmat Effendy (41) harus merelakan kepergian almarhum yang gugur dihujam timah panas di ruang SPKT Polsek Cimanggis, Kamis (25/7/2019) sekira pukul 20.30 WIB.
Arsyad Muhammad Zailani (70), ayah Bripka Rahmat mengaku terpukul dan tak menyangka putranya jadi korban pembunuhan Rangga Tianto (32).
"Merasa terpukul sekali, karena dia sehat. Sehari-hari biasa tapi dengan tiba-tiba kehilangan, seolah merasa kehilangan. Benar-benar kehilangan, terpukul lah," kata Arsyad di Tapos, Kota Depok, Jumat (26/7/2019).
Dia menyesalkan tindakan Rangga tak hanya karena tega meletuskan tujuh peluru ke anaknya, tapi karena pelaku merupakan anggota Ditpolair Korpolairud Baharkam Polri.
Menurutnya seorang aparat tak seharusnya berbuat hal semacam itu karena lebih mengerti hukum dibanding warga sipil.