Kisah Kakek Sumanta Bantu Potong Kambing Hitam dan Putih Sehari Setelah Tragedi Bintaro
Saat tragedi Bintaro yang merenggut nyawa ratusan orang itu terjadi, Sumanta (75), warga sekitar turut membantu mengevakuasi korban.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, PESANGGRAHAN - Saat tragedi Bintaro yang merenggut nyawa ratusan orang itu terjadi, Sumanta (75), warga sekitar turut membantu mengevakuasi korban.
Rumahnya, menjadi salah satu tempat terbaringnya para korban luka-luka maupun tewas saat tragedi maut itu.
Sumanta melanjutkan, selama proses evakuasi kereta sempat mengalami hambatan.
Bahkan, proses evakuasi itu pun turut memakan korban jiwa.
Pasalnya, crane atau alat berat pengangkut gerbong kereta tak kuat mengangkat kepala kereta yang terguling.
Akhirnya, crane itu terjatuh hingga menewaskan satu orang petugas.

Sumanta bersama warga lainnya diminta oleh juru kunci untuk membantu melakukan pemotongan kambing di sekitar lokasi kejadian.
"Saya yang megangin kambing itu, rekan saya yang potong. Kemudian dikubur di sekitar lokasi," katanya kepada TribunJakarta.com pada Senin (21/11/2019) di kediamannya.
Muslih (37) anak bungsu Sumanta, mengatakan seserahan itu sebagai ritual agar proses evakuasi kereta berjalan lancar.
Ia melanjutkan saat itu, dua ekor kambing berwarna hitam dan putih dikurbankan.
"Kemudian dikuburkan bersama telur asin dan kembang di dua tempat, di samping rel dan dekat pohon kelapa" tambah Muslih.
Setelah itu, aku Muslih, proses evakuasi kereta turut ditemani oleh juru kunci dan berlangsung aman hingga selesai.
Sebelumnya, tragedi Bintaro terjadi pada 19 Oktober 1987 sekira kurang lebih pukul 07.00.
Saat itu, kereta api Patas Ekonomi Merak jurusan Tanah Abang - Merak yang berangkat dari Stasiun Kebayoran terlibat tabrakan dengan kereta api Lokal Rangkas jurusan Rangkasbitung - Jakarta Kota yang berangkat dari Stasiun Sudimara.