Kisah Cepi Penjual Koran Keliling di Usia Senja: Pernah Stroke Ringan, Tak Punya Istri dan Anak
"Untungnya ya ada. Kalau enggak ada, saya enggak akan bertahan jualan koran. Minimal Rp 1 ribu lah untungnya untuk satu koran," katanya. Tak Miliki A
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Hingga akhirnya stroke tersebut membuat langkahnya sulit dan kakinya menjadi sering sakit ketika berjalan terlalu lama.
"Lupa tahunnya kapan, waktu itu kena struk. Makanya jalannya jadi begini. Semenjak begini saya jualannya cuma kuat sekitaran Stasiun Duri aja. Ya bolak-balik di situ aja," ungkapnya.
Kendati demikian, semangatnya masih terus bergejolak dan enggan untuk mengharap belas kasih.
Menurutnya, stroke ringan hanyalah sedikit cobaan yang dialaminya.
Sebab sebelumnya ia pernah merasakan cobaan yang lebih berat, yakni saat kepergian sang istri tercinta, Ayu pada tahun 1990.
Kepergian Ayu merupakan pukulan terbesar baginya. Saat dirinya mendambakan kehadiran seorang anak, Ayu justru lebih dulu dipanggil sang pencipta akibat penyakit paru-paru yang sudah lama diidapnya.
"Istri saya sudah meninggal dan saya enggak punya anak. Jadi sendirian aja selama ini. Tapi alhamdulillah saya enggak pernah putus asa dan tetap setia jualan koran," ungkapnya.
Selepas kepergian sang istri, Cepi memutuskan tinggal bersama adik dan keponakannya di Gang Gerindo RT 3/4 Nomor 46, Kelurahan Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat.
Kehadiran keponakan dan suasana ramai di rumah teraebut nyatanya mampu mengusir rasa kesepian yang dialaminya.
"Satu rumah itu ada 12 orang. Saya mau ngeluh juga enggak mungkin. Begitu pulang suasana ramai jadi sudah bersyukur aja. Makanya selama saya masih mampu, saya etap jualan koran karena saya juga ingin bagi (uang) ke keponakan," jelasnya.
Makan Sekedarnya
Hidupnya memang terbiasa susah sejak kecil. Bahkan di usia mudanya, ia harus merasakan kehilangan istri tanpa adanya buah hati.
Cobaan demi cobaan selalu berhasil di lewati oleh Cepi dengan rasa ikhlas dan syukur.
Sehingga ketika koran-korannya tak laku terjual, ia mengatakan lebih sering makan hanya sekedarnya alias tak menentu.
Jika korannya tersisa banyak, Cepi berusaha menghemat pengeluarannya dengan makan sekali sehari.