Warga Cipinang Melayu Keluhkan Debu Imbas Pengerjaan Proyek Kereta Api Cepat
Septian menuturkan sedikitnya warga harus dua kali menyapu dan mengepel bila ingin rumahnya bersih dari debu imbas proyek.
Penulis: Bima Putra | Editor: Muhammad Zulfikar
"Ini kan hajat negara, untuk kepentingan umum. Makannya selama ini kita enggak mengeluh, tapi ya karena enggak pernah mengeluh itu juga mereka jadi seperti kebablasan," ujarnya.
Meski tak pernah mengeluh, Jumain mengatakan tak ada warga RW 12 yang mendapat uang ganti rugi sepeserpun dari PT KCIC.
Warga baru melayangkan protes karena rumah mereka kebanjiran, padahal mereka terakhir merasakan banjir tahun 2007 silam.
"Enggak pernah, enggak pernah kita minta uang ganti rugi. Kita maklum karena ini proyek untuk kepentingan umum, baru pas banjir kemarin kita protes," tuturnya.
Sebagai informasi, banjir dengan ketinggian sekitar 60 sentimeter yang merendam permukiman warga RW 12 akibat debit air tertahan dua tanggul tanah di Kali Sunter.
Tanggul tersebut dibangun sebagai akses jalan alat berat dan dump truck yang dikerahkan dalam proyek pembangunan Kereta Api Cepat.
Baru setelah warga protes tanggul yang menghambat arus air dari permukiman ke Kali Sunter dibongkar PT KCIC yang diwakili PT Wika.
"Baru semalam dibongkar, setelah gundukan tanah dibongkar banjir langsung surut. Di bawah tanggul dikasih pipa air untuk akses air, jadi debit air mampet," sambung Septian.