Bom di Mapolrestabes Medan
Ungkapan Kesedihan Sang Ayah 3 Anaknya Jadi Terduga Teroris Bom Medan, Rudi: Kok Jadi Begini Kalian
Tiga anaknya, yaitu Aris (28), Andri (25), dan Fadli (23). Polisi menyebutkan, gubuk tersebut digunakan untuk merakit bom bunuh diri yang meledak.
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, MEDAN - Pandangan mata Rudi Suharto (52) tak begitu jelas saat menyaksikan tayangan televisi yang menyiarkan aksi teror bom di Mapolrestabes Medan, Rabu (13/11/2019) sekitar pukul 15.00 WIB.
Walaupun layar televisi goyang-goyang, Rudi mengenali pelaku bom bunuh diri sebagai teman anak-anaknya.
Rudi bercerita bahwa pria yang disebut pelaku bom bunuh diri itu sering datang ke rumahnya dalam tiga bulan terakhir.
"Saya tahulah orangnya. Kenal di jalanlah saya. Sering ke sini dia, sekitar tiga bulanan terakhirlah. Dia datangnya siang. Dia dibawa kemungkinan karena satu pengajianlah," katanya.
Rudi mengaku memiliki gubuk di tambak yang ia jaga.
Tambak itu untuk budidaya kepiting dan ikan.
Gubuk tersebut berada di ujung kampung dan berbatasan langsung dengan laut.
Namun, jalannya sudah terbuat dari semen. Jarak lokasi tersebut dengan Kota Medan sekitar 30 km.
Untuk menuju ke gubuk tersebut, harus melewati jalan-jalan kecil dan tambak milik warga.
Tiga anaknya, yaitu Aris (28), Andri (25), dan Fadli (23), serta rekan-rekannya sering duduk-duduk di gubuk tersebut.
Polisi menyebutkan, gubuk tersebut digunakan untuk merakit bom bunuh diri yang meledak di Mapolrestabes Medan.
Pergoki anaknya bereskan baju dan pergi
Kamis (14/11/2019) malam, Rudi membawa dua anaknya, Aris (28) dan Fadli (23), ke rumah Kepala Ligkungan (Kepling) Jehadun Bahar (52).
Ia melakukan itu setelah melihat tayangan televisi dan Kepling mencari informasi tentang anaknya.
"Saya ajak ke rumah Kepling karena kepling yang cari informasi. Cemana lah kok sampai kek gini kalian," katanya.