Marto Ingin Umrah dari Hasil Jual Bingkai dan Cermin Keliling di Jakarta, Ini Kisah Hidupnya

Marto, belasan tahun pernah sukses sebagai bos ukiran kayu jati. Berpuluh-puluh tahun kemudian ia menjual bingkai dan cermin keliling Jakarta.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Y Gustaman
Marto Ingin Umrah dari Hasil Jual Bingkai dan Cermin Keliling di Jakarta, Ini Kisah Hidupnya - marto-penjual-bingkai-dan-kaca-keliling-jakarta-timur-1.jpg
Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Marto, penjual bingkai dan kaca keliling Jakarta Timur, Kamis (12/12/2019)
Marto Ingin Umrah dari Hasil Jual Bingkai dan Cermin Keliling di Jakarta, Ini Kisah Hidupnya - marto-penjual-bingkai-dan-kaca-keliling-jakarta-timur.jpg
Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Marto, penjual bingkai dan kaca keliling Jakarta Timur, Kamis (12/12/2019)
Marto Ingin Umrah dari Hasil Jual Bingkai dan Cermin Keliling di Jakarta, Ini Kisah Hidupnya - marto-penjual-bingkai-dan-kaca-keliling-jakarta-timur-4.jpg
Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Marto, penjual bingkai dan kaca keliling Jakarta Timur, Kamis (12/12/2019)

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR REBO - Belasan tahun pernah sukses sebagai bos ukiran kayu jati, berpuluh-puluh tahun kemudian Marto menjadi penjual bingkai dan cermin.

Orang melihat sekilas tak menyangka Marto sudah 70 tahun, tapi otot lengannya masih kencang dan perawakannya tegap, berjalan pun masih bertenaga.

Pria asal Brebes, Jawa Tengah ini pernah merasakan hidup tak melulu di atas, tapi juga harus lanjut meski di bawah.

Klimaksnya, usaha ukiran kayu jati asal Jepara bangkrut saat krisis ekonomi menghantam Indonesia pada 1997, setahun sebelum kekuasaan Orde Baru tumbang.

Diperparah bahan baku dan ongkos produksi saat itu semakin mahal.

"Saya jual kayu asli Jepara. Dulu ramai, tapi lama kelamaan harga kayu mahal. Kita juga bingung jualnya," cerita Marto kepada TribunJakarta.com saat ditemui di Jakarta Timur, Kamis (12/12/2019).

Tak ada yang bisa diselamatkan dari bisnis yang dirintisnya sejak 1980 itu.

Jika dipertahankan pun percuma, karena produknya jika dijual terlalu mahal sulit laku.

"Ya sudah, jadinya ditutup saja," kata Marto pendek.

Tanpa pekerjaan, Marto didatangi seorang teman sekampung yang mengajaknya ke Jakarta berjualan bingkai kayu dan cermin.

Tawaran itu langsung disambarnya tanpa pikir panjang, ketimbang menganggur tanpa melakukan apa-apa.

"Begitu merantau ke Jakarta langsung buka usaha," ungkap Marto, "Malah awet sampai sekarang kerja begini."

Hampir 22 tahun berjualan bingkai dan cermin keliling menggunakan gerobak, Marto dan pedagang lainnya punya aturan.

Tiap-tiap pedagang tak bisa seenaknya berjualan karena sudah punya wilayah masing-masing.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved