Marto Ingin Umrah dari Hasil Jual Bingkai dan Cermin Keliling di Jakarta, Ini Kisah Hidupnya

Marto, belasan tahun pernah sukses sebagai bos ukiran kayu jati. Berpuluh-puluh tahun kemudian ia menjual bingkai dan cermin keliling Jakarta.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Y Gustaman
Marto Ingin Umrah dari Hasil Jual Bingkai dan Cermin Keliling di Jakarta, Ini Kisah Hidupnya - marto-penjual-bingkai-dan-kaca-keliling-jakarta-timur-1.jpg
Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Marto, penjual bingkai dan kaca keliling Jakarta Timur, Kamis (12/12/2019)
Marto Ingin Umrah dari Hasil Jual Bingkai dan Cermin Keliling di Jakarta, Ini Kisah Hidupnya - marto-penjual-bingkai-dan-kaca-keliling-jakarta-timur.jpg
Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Marto, penjual bingkai dan kaca keliling Jakarta Timur, Kamis (12/12/2019)
Marto Ingin Umrah dari Hasil Jual Bingkai dan Cermin Keliling di Jakarta, Ini Kisah Hidupnya - marto-penjual-bingkai-dan-kaca-keliling-jakarta-timur-4.jpg
Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Marto, penjual bingkai dan kaca keliling Jakarta Timur, Kamis (12/12/2019)

Ia enggan berlebihan memeras energi dan lebih mementingkan kesehatannya.

Suasana ketika matahari tepat di atas Kakbah pada Selasa (16/7/2019) pukul 12.30 Waktu Arab Saudi. Peristiwa ini bisa digunakan umat Islam untuk meluruskan arah Kiblat.
Suasana ketika matahari tepat di atas Kakbah pada Selasa (16/7/2019) pukul 12.30 Waktu Arab Saudi. Peristiwa ini bisa digunakan umat Islam untuk meluruskan arah Kiblat. (Tribunnews/Muhammad Husain Sanusi/MCH2019)

Baginya, pekerjaan yang ia lakukan saat ini bukanlah pekerjaan pokok.

Marto tak lupa kapan kembali pulang menemui istri, anak dan cucunya di rumah.

Tak melulu mencari uang untuk hari tuanya, sebagai manusia Marto tak lupa dari mana ia berasal.

Sekeras apapun mencari uang untuk dinimati di sisa umurnya, sebulan sekali ia menyempatkan pulang menemui istri dan keluarganya

"Meski sibuk kerja buat hari tua, kita harus ingat untuk pulang. Setiap 20 hari kerja pasti saya pulang."

"Intinya sesibuk apapun harus ingat keluarga di rumah," kata Marto.

Ia tahu porsi sebagai suami, sekalipun bekerja harus ingat keluarga.

Selama 20 hari di kampung, Marto curahkan untuk bersama keluarga tanpa beraktivitas.

"Makanya saya kerja begini cuma untuk hari tua saja," katanya.

Satu kali uang tabungannya sudah mencapai ratusan juta.

Uang sebanyak itu ia gunakan untuk memberangkatkan istrinya umrah dan renovasi rumah.

"Mumpung uangnya ada jadi digunakan untuk itu dulu. Nanti juga saya yang nikmati hasilnya kan."

"Paling sekarang sisa Rp 20-30 juta aja," ungkapnya.

Dengan sisa tenaganya di usia yang semakin menua, ada keinginan Marto yang belum kesampaian.

Sebelum dijemput ajal dan badan masih sehat, ia membayangkan bisa menggunakan ihram, berkeliling Kakbah dan berlari-lari kecil dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah.

"Selama sehat saya masih terus jualan bingkai dan kaca. Saya punya niat umrah makanya harus lebih giat lagi kerjanya."

"Jadi ibadahnya dapat dan hari tuanya sudah punya persiapan," jelasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved