Virus Corona di Indonesia
Warga Tolak Jenazah Perawat Positif Corona, Sang Suami Cerita Detik-Detik Kejadian: Perih Hati Saya
Suami seorang perawat berinisial NK (38), Joko Wibowo menceritakan detik-detik ketika jenazah sang istri ditolak oleh warga.
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Muji Lestari
TRIBUNJAKARTA.COM - Suami seorang perawat berinisial NK (38), Joko Wibowo menceritakan detik-detik ketika jenazah sang istri ditolak oleh warga.
Hal tersebut disampaikan Joko Wibowo saat menjadi narasumber di acara Mata Najwa, pada Rabu (15/4/2020).
Diwartakan sebelumnya perawat RSUP Kariadi berinisial itu dinyatakan meninggal dunia setelah terinfeksi corona.
TONTON JUGA
Sedianya perawat tersebut akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sewakul, Ungaran Timur.
Meski liang lahat telah digali, rupanya sebagian warga menolak.
Joko Wibowo menjelaskan berniat memakamkan NK di TPU Sewakul lantaran ingin mendekatkan NK dengan mending sang ayah.
"Itu sebenarnya inisiatif dari kami sekeluarga, memang kondisi istri saat itu sudah masuk ICU aya tidak bisa ketemu jadi intinya kami dari keluarga yang berinsisitif untuk mendekatkan dengan ayah tercintanya di pemakaman itu," jelas Joko Wibowo, dikutip TribunJakarta.com dari YouTube Mata Najwa pada Kamis (16/4/2020).
• Penerapan PSBB di Suatu Wilayah Butuh Izin Kemenkes, Ahli Epidemologi: Bisa Diketawain Dunia
TONTON JUGA
Joko Wibowo menceritakan sejak NK masuk ICU ia tak bisa bertemu dengan sang istri.
Hari-harinya dipenuhi kesedihan, hal tersebut diperparah dengan dirinya yang juga harus dikarantina dan tidak bisa bertemu dengan anak-anaknya.
• Tercium Alkohol dan Kahilangan Kendali, Pengendara Sedan Tabrak 6 Pekerja Perbaikan Tol JORR
Di hari pemakaman NK pun, Joko Wibowo harus kembali menelan duka mendalam.
"Saya sangat kecewa saat itu, sudah tidak ketemu istri sekian lama memikirkan kondisinya," ujar Joko Wibowo.
"Kemudian saya juga tidak ketemu anak-anak sampai saya dinyatakan negatif, karena saya juga diperiksa swab,"
"Dan istri meninggal hanya ingin memepatkan pada posisi di liang lahat kok susah, saya rasanya perih," tambahnya.
Sambil menahan tangis, Joko Wibowo menjelaskan saat itu ia hanya ingin segera memakamkan sang istri.
• Kematian Akibat Corona Capai 469 Orang, Ahli Epidemiologi Ragu: Kita Terlena Sampai Sekarang
Peristiwa penolakan yang dilakukan warga sungguh membuat hatinya terluka.
"Sudah habis perasaan ini, cuma ada keinginan supaya istri cepat mendapatkan tempat," ucap Joko Wibowo.
"Namun ada beberapa orang yang menolak, itu rasanya sungguh sakit sekali," imbuhnya.
Joko Wibowo kemudian menceritakan detik-detik penolakan yang dilakukan warga Ungaran.
• Nekat Berdagang Demi Menyambung Hidup, Ibu Penjual Pakaian Dalam: di Rumah Kami Mati Kelaparan
Pria yang berprofesi sebagai perawat itu mengatakan jenazah sang istri masih berada sekitar 500 menter dari TPU Sewakul saat peristiwa tak manusiawi terjadi.
Melalui sambungan telepon Joko Wibowo diberitahu bahwa warga menolak jenazah NK dimakamkan di TPU tersebut.
"Sebenarnya untuk jenazah masih dalam rombongan masih sekitar 500 meter dari pemakamam, saya tidak tahu secara langsung hanya melalui telepon," jelas Joko Wibowo.
"Ada suara yang kacau, ada protes warga," imbuhnya.
• Jenazahnya Ditolak Warga, Pengorbanan Perawat di Semarang Saat Hidup Diungkap Suami: Sakit Pun Kerja
Joko Wibowo menjelaskan sebenarnya selama perjalanan menuju TPU rombogan sudah tiga kali berhenti.
Hal tersebut lantaran terdengar kabar adanya penolakan besar-besaran.
Joko Wibowo kemudian tetap melanjutkan perjalanan, dan tak menyangka kabar tersebut menjadi nyata.
"Dari Semarang sudah tiga kali dihentikan, ada kabar sekelompok warga tak ingin jenazah istri saya dimakamkan di situ," kata Joko Wibowo.
Simak Videonya:
Jenazah Dokter Dikubur Tanpa Peti Mati
Jenazah seorang dokter yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 dimakamkan tanpa peti, di Taman Pemakaman Umum (TPU) Padurenan di Kecamatan Mustikajaya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pemakaman pada Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Kota Bekasi, Yayan Sopian, mengatakan, protokoler tetap (portap) pemakaman pasien Covid-19 biasanya dilakukan menggunakan peti mati.
TONTON JUGA
"Selain petugas yang gali kubur pakai APD (alat pelindung diri), jenazah pasti pakai peti mati walaupun dia muslim atau non-muslim," kata Yayan di TPU Padurenan, Jumat, (10/4/2020).
Yayan mengungkapkan, sudah ada 55 jenazah yang dimakamkan di TPU tersebut.
Namun hanya jenazah dokter tersebut yang tiba di pemakaman tanpa peti mati.
Yayan bercerita mulanya ia menerima telepon dari RSUD Kota Bekasi.
Pihak rumah sakit meminta Yayan dan timnnya untuk menyiapkan satu liang lahat.
• Bareng Nagita Slavina Bahas Maia Estianty yang Ikut Rapid Test, Luna Maya Keceplosan Ucap Ini: Ehh
TONTON JUGA
"Ada satu jenazah waktu itu dimakamkan tanggal 26 Maret 2020, saya dapat telfon dari RSUD Kota Bekasi kalau ada satu jenazah yang mau dikirim, saya disuruh siapkan liang," jelas dia.
Ketika ambulan tiba membawa jenazah yang ditunggu, Yayan bersama petugas pemakaman dibuat kaget.
"Ambulan datang sopir yang bawa jenazah pakai pakaian APD langkap, anak-anak tukang gali juga udah siap pakai APD, tapi pas dibuka enggak ada petinya," ujar dia.
Tak sesuai dengan protap Covid-19, Yayan langsung menghubungi RSUD Kota Bekasi.
• Imbau Pakai Masker Kain saat Keluar Rumah, Ridwan Kamil Pinjam Ini ke Syahrini: Misalkan Kalau Bosan
Bukan tanpa alasan, RSUD Kota Bekasi mengatakan peti mati sudah tak tersedia lagi di tempatnya.
Tak ingin keselamatan petugas pemakaman terancam, Yayan berinisiatif mencari peti mati untuk jenazah tersebut.
Namun usaha Yayan tersebut tak berbuah manis, beberapa yayasan yang ia hubungi juga kehabisan peti mati.
"Saya udah coba cari hubungi beberapa yayasan yang punya peti mati atau pembuatnya enggak ada, kosong sama sekali," ujarnya.

• Suara Dentuman Misterius Terdengar saat Dini Hari, Mbah Mijan Ketakutan: Merinding Parah Banget!
Terkait masalah jenazah tersebut sudah positif virus corona atau belum, Yayan mengaku tak tahu menahu.
"Kita tidak tahu menahu, rumah sakit cuma bilang harus dimakamkan sesuai protap Covid-19, jenazahnya juga sudah dibungkus rapi tapi beda enggak ada peti matinya," ujar dia.
Pada saat pemakaman, keluarga dari sang pasien pun tidak ada sama sekali yang mengantar.
Padahal menurut dia, peran keluarga amat sangat penting ketika dalam kondisi seperti ini.
• Sudah Siapkan Gaji Ratusan Karyawan hingga Bulan Desember, Raffi Ahmad: Jangan Sampai Ada PHK
Yayan menduga kejadian yang dialami jenazah ketujuh tersebut disebabkan kurangnya perhatian keluarga atau ahli waris yang ditinggalkan.
"Keluarga enggak ada sama sekali, rumah sakit sudah menyerahkan sepenuhnya ke kita, saya langsung telfon anak buah saya (tukang gali kubur), makamkan bagaimana cara tapi tetap pikirkan keselamatan," paparnya.
Manfaatkan Tali dan Bambu
Yayan kala itu cukup dibuat pusing bagaimana cara memakamkan jenazah 'terduga Covid-19' itu, ia juga harus tetap memikirkan keselamatan para pegawai pemakaman.
Para petugas makam akhirnya mencari jalan terbaik, mereka yang dirundung ketakutan selama proses pemakaman pasien Covid-19 akhirnya memilih untuk menggotong jenazah menggunakan tambang dan bambu.
"Temen-temen akhirnya pakai bambu sama tambang, jenazah kita letakkan ke liang menggunakan itu tidak kita sentuh secara langsung, setelah sudah dimasukkan langsung kita kuburkan," ucapnya.
Setelah jenazah ketujuh itu, Yayan memastikan tidak ada lagi ditemukan pasien yang dimakamkan sesuai protap Covid-19 tanpa mengguna peti mati.
• Bukannya Physical Distancing saat Corona, 14 Remaja di Makassar Terciduk Polisi Sedang Pesta Seks
"Sampai saat ini belum ada lagi, semua pasti pakai peti mati, dari rumah sakit juga sudah dalam kondisi siap dimakamkan," tuturnya.
Diwartakan TribunJakarta.com, Taman Pemakaman Umum (TPU) Padurenan di Kecamatan Mustikajaya dipilih Pemerintah Kota Bekasi sebagai lokasi penguburan jenazah pasien kasus Covid-19.
Hingga saat ini, sudah ada 55 jenazah yang dimakamkan di TPU tersebut dengan protokoler tetap (portap) penguburan sesuai standar pasien positif Covid-19.