Jakob Oetama Meninggal Dunia
Perjalanan Karier Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama, Meninggal Dunia di Usia 88 Tahun
Jakob Oetama (88) meninggal dunia di RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Rabu (9/9/2020).
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Siti Nawiroh
Oudejans, Pastor tersebut menasihatinya bahwa guru sudah banyak namun wartawan tidak.
Saat itulah yang menjadikan titik balik Jakob untuk fokus menggeluti dunia jurnalistik.
Pada awal 1960-an Jakob aktif menjadi pengurus Ikatan Sarjana Katolik Indonesia bersama Petrus Kanisiun (PK) Ojong.
Persahabatan Jakob dan Ojong berasal dari kesamaan pandangan politik dan nilai kemanusiaan yang dianut.
Pada April 1961, PK Ojong mengajak Jakob untuk mendirikan sebuah majalah.
Majalah tersebut diberi nama Intisari mengenai perkembangan dunia ilmu pengetahuan.
Majalah Intisari yang didirikan oleh Jakob Oetama dan PK Ojong Bersama J. Adisubrata dan Irawati SH pertama kali terbit pada 17 Agustus 1963.
Majalah ini bertujuan untuk memberi bacaan bermutu dan membuka cakrawala masyarakat Indonesia.
Intisari juga dibuat sebagai pandangan politik Jakob dan Ojong yang menolak belenggu terhadap masuknya informasi dari luar.
Dalam penerbitannya, Intisari juga melibatkan banyak ahli di antaranya adalah ahli ekonomi Prof. Widjojo Nitisastro, penulis masalah-masalah ekonomi terkenal seperti Drs. Sanjoto Sasstromohardjo, dan sejarawan muda Nugroho Notosusanto.
Berkat pergaulan PK Ojong yang sangat luaslah Intisari berhasil terbit.
Saat itu Intisari terbit dengan tampilan hitam putih dan tanpa sampul.
Intisari mendapat respon yang baik dari para pembaca dan beroplah 11.000 eksemplar.
Dilansir oleh TribunnewsWiki dari Kompas.com pada (14/5/2019), kehadiran Intisari dianggap belum cukup.
Di tahun 1965 Jakob Bersama PK Ojong mendirikan Surat Kabar Kompas.
Saat itu Indonesia sedang berada pada masa pemberontakan PKI.
Kemudian didirikanlah Surat Kabar Kompas yang dimaksudkan untuk menjadi pilihan alternatif dari banyaknya media partisan yang terbentuk dari kondisi politik Indonesia pasca Pemilu 1995.
Nama Kompas sendiri merupakan pemberian dari Presiden Soekarno yang berarti penunjuk arah.
Sebelumnya, nama yang akan dipilih adalah ‘Bentara Rakyat’ yang berarti koran itu ditujukan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat rakyat.
Moto yang dipilih pun “Amanat Penderitaan Rakyat”.
Namun Presiden Soekarno saat itu kurang setuju dan mengusulkan nama “Kompas”.
Kemudian dari perkembangan Kompas inilah berdiri kelompok usaha Kompas Gramedia.
Mengutip dari Kompas.com, dalam perjalanan membesarkan Intisari dan Kompas, Jakob Oetama dan PK Ojong berbagi tugas.
Jakob bertanggung jawab atas editorial sedangkan Ojong bertanggung jawab atas bisnis.
Jakob dan Ojong selalu menanamkan pentingnya nilai kemanusiaan dan etika jurnalistik yang tinggi dalam setiap laporan yang ditulis Kompas.
Pengembangan bisnis harus sejalan dengan kepercayaan pembaca.
Maka dari itu Kompas selalu mengedepankan rasa kepercayaan dari masyarakat.
Pada 1980, setelah 15 tahun Bersama PK Ojong mengembangkan Kompas, Ojong meninggal dalam tidurnya.
Hal ini membuat Jakob yang awalnya hanya berfokus pada editorial harus mengurus Kompas dalam aspek bisnis juga.
Dengan sifat penuh kerendahan hati, akhirnya Jakob berhasil mengembangkan Kompas Gramedia Group dalam berbagai sektor bisnis.
Jakob juga aktif dalam berbagai organisasi dalam maupun luar negeri.
Beliau pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Anggota DPR Utusan Golongan Pers, Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia, Anggota Dewan Penasehat PWI, Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journax (FIEJ), Anggota Asosiasi Internasional Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai.
(TRIBUNJAKARTA/KOMPAS)
Ketika Mufidah Jusuf Kalla Sibuk Perbaiki Masker Sang Suami Saat Diwawancarai Awak Media |
![]() |
---|
Jusuf Kalla Meminta Jurnalis Muda Ikuti Jejak Jakob Oetama |
![]() |
---|
Jakob Oetama Wafat, Jusuf Kalla: Kami Kehilangan Tokoh Besar Bangsa |
![]() |
---|
Jenazah Jakob Oetama Dimakamkan, Jusuf Kalla Letakkan Karangan Bunga |
![]() |
---|
Herman Darmo Kenang Ucapan Jakob Oetama: Kita Tak Butuh Orang Pintar, Kita Butuh Orang Jujur |
![]() |
---|