Mengobati Pasien Aritmia dengan Teknologi HD Grid 3D Mapping System

Beberapa faktor risiko yang menyebabkan aritmia antara lain seperti hipertensi, diabetes, kelainan katup jantung dan penyakit jantung koroner.

Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Muhammad Zulfikar
Istimewa/dok. Heartology Cardiovascular Center
dr Sunu Budhi Raharjo, Sub Spesialisasi Intervensi Elektrofisiologi dari Heartology Cardiovaskular Center, Brawijaya Hospital memperkenalkan teknologi baru dalam menangani pasien aritmia 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Aritmia, merupakan suatu kondisi dimana telah terjadi kelainan pada irama jantung.

Penderita aritmia, biasanya akan merasa irama jantung berdetak terlalu kencang, terlalu lambat, atau bahkan tidak teratur.

Beberapa faktor risiko yang menyebabkan aritmia antara lain seperti hipertensi, diabetes, kelainan katup jantung dan penyakit jantung koroner.

Namun selain kondisi medis, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat.

Seperti tidak dapat mengelola stres dengan baik, kurang tidur, merokok, konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan dan penyalahgunaan NAPZA.

Pada kasus-kasus yang berat, gangguan aritmia ini dapat berbahaya.

Nah seiring dengan perkembangan teknologi di dunia kedokteran, kini metode pengobatannya pun juga semakin canggih.

"Dahulu, satu-satunya cara untuk mengatasi aritmia adalah dengan meresepkan obat-obatan. Sayangnya 
efektivitas obat-obatan untuk pengobatan aritmia tidak terlalu tinggi dan perlu pemantauan yang ketat," kata dr Sunu Budhi Raharjo, Sub Spesialisasi Intervensi Elektrofisiologi dari Heartology Cardiovaskular Center, Brawijaya Hospital, dalam keterangannya, Minggu (10/1/2021).

Baca juga: Operasi SAR Sriwijaya Air SJ-182 Hari Ketiga Fokus Evakuasi Korban, Pencarian Mengarah ke Pesisir

Baca juga: Turbin Sriwijaya Air SJ-182 Tiba di Dermaga JICT, Terdeteksi Sonar Tiga Dimensi KRI Rigel

Baca juga: Gubernur Anies Sampaikan Belasungkawa atas Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182

Selain obat-obatan, ada metode lain yang bisa dilakukan untuk mengobati aritmia.

Misalnya pada beberapa dekade terakhir, pasien memilih untuk menjalani tindakan ablasi, karena tingkat keberhasilan yang tinggi dan pasien bisa bebas obat.

Tindakan ini merupakan tindakan intervensi non-bedah dengan menggunakan kateter yang dapat dimanfaatkan untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal pada jantung seseorang.

Kekinian, teknologi baru diperkenalkan oleh dr Sunu dengan ablasi 3 dimensi menggunakan HD Grid 3D Mapping system dari Heartology Cardiovascular Center, Brawijaya Hospital.

Teknologi HD Grid 3D Mapping system ini dinilai memberikan paradigma baru dalam pemetaan aritmia, termasuk pada pasien aritmia Fibrilasi Atrium (FA).

Menurut dr Sunu, Fibrilasi Atrium ini merupakan salah satu jenis aritmia yang kompleks.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved