Yati Tewas Diterkam Saat Mandi, Deretan Kasus Buaya Vs Manusia di Bangka Barat hingga Mitos Leluhur
Tewasnya Yati (36) diterkam buaya bukanlah kasus pertama yang terjadi di Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung.
TRIBUNJAKARTA.COM, BANGKA - Tewasnya Yati (36) diterkam buaya bukanlah kasus pertama yang terjadi di Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung.
Konflik antara buaya dan manusia sudah terjadi beberapa tahun terakhir akibat telah rusaknya habibat hewan predator itu.
Berikut kasus konflik antara buaya dan manusia yang terjadi di Kabupaten Bangka Barat yang telah memakan sejumlah korban.
Kepala Resort Bangka, BKSDA Sumsel, Septian Wiguna mengatakan, lokasi tewasnya Yati yang diterkam buaya merupakan aliran sungai yang telah tergerus oleh aktivitas pertambangan timah.
Dikatakannya, hal ini menjadi salah satu indikasi kuat bahwa adanya fragmentasi habitat buaya.
"Sehingga menimbulkan tumpang tindih ruang aktivitas manusia dengan buaya dan juga semakin sedikitnya pakan alamiah buaya, berdasarkan kondisi tutupan lahan indikasinya mengarah kesana," ucap Septian.
Baca juga: Wijin Lemas saat Pertama Tahu Soal Video Syur Gisel, Ini Alasannya Tetap Setia dengan Eks Gading
Hal itu membuat habitat buaya terpotong dengan adanya aktivitas manusia.
Diketahui, habitat asli buaya berada di sungai. Namun apabila keberadaannya di Kolong eks tambang, itu menunjukan adanya fragmentasi habitat buaya yang emakin tergerus.
Pihaknya pun tak memungkiri masih kesulitan untuk upaya konservasi.
Idealnya, lanjut dia, ada satu lokasi sebagai zona hidup buaya yang dialokasikan khusus dan jauh dari jangkauan atau aktivitas manusia.
Baca juga: Dana Pensiun PNS Cair Hari Ini, Pengembalian Dana Taperum Langsung Ditransfer ke Rekening, Cek Saldo
Baca juga: Rekan Dikeroyok di Kebayoran Lama, Puluhan Driver Ojol Datangi Tempat Ini, Buru Pengendara Fortuner
Baca juga: Warga Depok Positif Covid-19 Tewas Setelah Ditolak 10 RS, Wali Kota Bereaksi
"Namun di Bangka Belitung ini rata-rata sungai yang ada merupakan wilayah hidup masyarakat juga. Itu yang menjadi kesulitan kami," lanjutnya.
Rusaknya DAS
Ketua Yayasan Konservasi Pusat Penyelamatan Satwa Alobi Foundation Bangka Belitung, Langka Sani mengatakan kerusakan daerah aliran sungai (DAS) atau kerusakan habitat hidup buaya menjadi faktor utama konflik antar manusia dan buaya.
"Di Kepulauan Bangka Belitung kita ketahui sendiri bahwa sangat sulit sekali menemukan daerah aliran sungai (DAS) yang belum terjamah oleh aktivitas pertambangan ilegal," kata Langka, Senin (17/1/2021).
Baca juga: Jangan Bersedih Hati, Yuk Baca Doa saat Galau Disertai Artinya
Padahal, diakuinya juga hampir seluruh konflik buaya dan manusia terjadi rata-rata ada tambang yang sedang aktif maupun bekas tambang timah.