Ada Oknum RT Nakal Potong Bansos Tunai Milik Warga, Anak Buah Anies: Buat Ongkos Jalan

Pemprov DKI melalui Dinas Sosial mengakui adanya penyunatan Bantuan Sosial Tunai yang menjadi hak warga terdampak pandemi Covid-19 oleh oknum Ketua RT

Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Ilustrasi warga penerima Bantuan Sosial Tunai (BST) - Pemprov DKI melalui Dinas Sosial mengakui adanya penyunatan Bantuan Sosial Tunai yang menjadi hak warga terdampak pandemi Covid-19 oleh oknum Ketua RT 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Dinas Sosial DKI Jakarta mengakui ada bantuan sosial tunai (BST) hak warga terdampak pandemi Covid-19 disunat oleh oknum Ketua RT.

Meski demikian, Dinsos DKI Jakarta tak membeberkan besaran potongan tersebut.

Lantaran disunat, penerima manfaat tak mendapatkan bansos tunai secaar utuh sebesar Rp 300 ribu.

Kepala Dinsos DKI Jakarta Premi Lasari, mengatakan oknum RT tersebut memotong bansos dengan alasan ongkos jalan.

"Cuma untuk ongkos jalan saja," ucapnya, Kamis (25/3/2021).

Baca juga: Maut di Depan Pintu, Ini Kisah Nanang dan Nenek Salmi Lihat Api Berkobar di Kontrakan Gang Buntu

Menurut Premi, kasus ini pertama kali terkuak berkat laporan masyarakat.

Mereka mengeluh tak bisa mendapatkan bansos tunai secara utuh.

Warga RT01 RW01 Kelurahan Pejuang penerima BST mendapatkan kembali uang yang sempat ditarik pengurus lingkungan setempat, Senin (18/1/2021).
Warga RT01 RW01 Kelurahan Pejuang penerima BST mendapatkan kembali uang yang sempat ditarik pengurus lingkungan setempat, Senin (18/1/2021). (Istimewa/Lurah Pejuang)

Mendengar aduan tersebut, jajaran Dinsos DKI Jakarta langsung mengecek.

Terbukti, ternyata ada oknum Ketua RT menyunat bansos tunai untuk warga yang berhak.

Baca juga: Anies Sebut Motor Jadi Sebab Utama Kebakaran Maut di Matraman, Polisi Periksa Kabel Hangus dan Arang

Baca juga: Suplai Vaksin Berebut dengan Negara Lain, Menkes Budi Gunadi: Kita Saja Belum Semua

Baca juga: Maut di Depan Pintu, Ini Kisah Nanang dan Nenek Salmi Lihat Api Berkobar di Kontrakan Gang Buntu

Agar peristiwa ini tak terulang lagi, Premi meminta warga melapor bila bansos tunai disunat oknum-oknum tak bertanggungjawab.

"Memang kemarin saya sampaikan ya, kalau ada temuan-temuan warga kami dari Dinsos itu membuka call center WA (WhatsApp) pengaduan itu ditindaklanjuti," ujarnya.

Ia menegaskan, laporan tersebut bakal langsung ditindaklanjuti agar tak ada lagi korban penyunatan bansos. 

Baca juga: Kisah Deden dan Alip Ba Ta, Sukses Sihir Banyak Musisi Dunia, Dream Theater hingga Avenged Sevenvold

"Warga ada yang mengadu kami akan melakukan pengecekan, kami minta lurah melakukan pengecekan di lapangan," tuturnya.

Sebelumnya, Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta Rany Maulani mengaku mendapat banyak pengaduan dari masyarakat soal penyaluran BST Pemprov DKI disunat oknum.

PPSU Kelurahan Balekambang saat mendistribusikan paket bansos susulan tahap II dari Pemprov DKI Jakarta, Rabu (27/5/2020)
PPSU Kelurahan Balekambang saat mendistribusikan paket bansos susulan tahap II dari Pemprov DKI Jakarta, Rabu (27/5/2020) (ISTIMEWA/Dokumentasi Kelurahan Balekambang)

Ia menyebut, banyak masyarakat yang mengeluh bansos tunai Rp 300 ribu yang diterima tak bisa seluruhnya dinikmati.

Usut punya usut, dana tersebut disunat oleh oknum RT/RW yang meminta jatah bansos tunai dengan berbagai alasan.

"Banyak laporan ke kami juga memang masih banyak oknum dari pihak wilayah RT dan RW  yang  melakukan pemotongan dana BST ini," ucapnyapada Kamis (11/3/2021).

Meski demikian, Rany tak menjelaskan lebih rinci lokasi penyunatan dana bansos oleh oknum RT/RW tersebut.

Selain itu, politikus Gerindra ini menyebut, banyak penerima manfaat yang tak menggunakan dana bansos tunai dengan bijak.

Bahkan, banyak masyarakat yang memanfaatkan dana bansos untuk membayar cicilan kendaraan mereka.

Hal ini tentu bertolak belakang dengan imbauan pemerintah yang meminta mereka menggunakan dana bansos tunai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Pada kenyataannya memang ada dana tersebut yang dipakai bukan untuk kebutuhan sehari-hari."

Baca juga: Anies Sebut Motor Jadi Sebab Utama Kebakaran Maut di Matraman, Polisi Periksa Kabel Hangus dan Arang

"Kebanyakan juga dipakai untuk membayar cicilan kendaraan dan lain-lain," ujarnya dalam diskusi virtual.

Terakhir, Rany mengatakan, banyak warga mengeluh soal keterlambatan pencairan dana bansos tahap kedua pada Februari lalu.

Bahkan, penerima manfaat sampai awal Maret ini belum mendapat bansos tunai yang biasanya ditransfer lewat rekening Bank DKI.

"Banyak aduan ke kami yang ATM-nya itu kosong belum ada isinya," kata Rany. 

Melihat banyaknya keluhan dari masyarakat, Rany meminta Pemprov DKI atau dalam hal ini Dinas Sosial untuk segera berbenah.

Tujuannya agar tidak ada lagi oknum yang menyunat jatah yang seharusnya diterima masyarakat.

"Jadi memang sebaiknya bantuan tunai dievaluasi supaya ada perbaikan kedepannya," tuturnya.

Jadi AJang Perkaya Diri

Fenomena bansos disunat juga dilakukan oleh kepala desa di Sumatera Selatan.

Askari, Kepala Desa Sukowarna, Kecamatan Sukakarya, Musirawas, Sumatera Selatan, menyunat dana bantuan Covid-19 buat 156 warganya.

Baca juga: 5.000 WNA Tinggal di Tangerang Raya, Terbanyak Berasal dari Cina: Mayoritas Bekerja di Pabrik 

Ia langsung mengambil seluruh dana bantuan warganya yang terdampak itu selama tiga bulan.

Dana tersebut ternyata oleh Askari hanya diberikan kepada warganya untuk alokasi sebulan.

Pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada 2.460 warga Ciledug yang terdampak Covid-19 di SMPN 28 Kota Tangerang, Minggu (3/5/2020).
ILUSTRASI: Pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada 2.460 warga Ciledug yang terdampak Covid-19 di SMPN 28 Kota Tangerang, Minggu (3/5/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/EGA ALFREDA)

Sedangkan alokasi dana bantuan untuk bulan kedua dan ketiga digunakan untuk foya-foya dan berjudi.

Jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri Lubuk Linggau Sumar Heti menjelaskan, total dana bantuan Covid-19 yang dikorupsi oleh Askari diketahui sebesar Rp 187,2 juta.

Dalam sidang perdana, Askari didakwa jaksa Sumar Heti dengan pasal berlapis, yakni Pasal 2 ayat 2 juncto Pasal 18 ayat 3, subsider Pasal 3 juncto Pasal 18 dan Pasal 8 tentang Korupsi.

Dengan pasal yang disangkakan tersebut, terdakwa terancam hukuman mati.

"Dalam Pasal 2 itu hukuman maksimal adalah hukuman mati, nanti akan dilihat dalam fakta persidangan yang mana akan dikenakan kepada terdakwa oleh hakim," ujarnya, Selasa (2/3/2021)

Modus Kepala Desa

Dana bantuan dari pemerintah tersebut diambil Askari melalui rekening Bank Sumsel Babel.

Menurut Sumar Heti, terdakwa hanya sekali membagikan jatah bansos untuk warganya.

Baca juga: Gagal Naik Pesawat, 1 Keluarga Korban Kebakaran di Matraman Dibawa ke Pariaman Pakai Mobil Ambulans

"Satu orang sebesar Rp 600.000. Sisanya digunakan terdakwa untuk kepentingan pribadi, seperti membayar utang dan bermain judi," jelasnya.

Saat penarikan dana Covid-19 selama tiga bulan itu tanpa diketahui oleh warga.

Aksi Askari tersebut terungkap setelah polisi menerima laporan dari masyarakat.

Kapolres Musi Rawas AKBP Efrannedy mengatakan, sebanyak 156 Kepala Keluarga (KK) di desa tempat tersangka menjadi korban.

Di mana setiap KK yang semestinya mendapatkan BLT Dana Desa tedampak Covid-19 sebesar Rp 600.000 yang dimulai April, Mei dan Juni dilarikan oleh Askari.

Pada tahap pertama pembagian BLT, Askari membagikannya kepada masyarakat.

Pada tahap dua dan tiga, yakni periode Mei dan Juni, uang itu ternyata tak dibagikan lagi lantaran telah habis digunakannya untuk bermain judi menyewa perempuan.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved