Ramadan Story
Cerita Benyamin Davnie, Beli Telur Dekat Penjara Hingga Buka Puasa Tak Bisa Lepas Sambal & Ikan Asin
Benyamin Davnie memiliki cerita tersendiri tentang makanan berbuka favoritnya. Ia menyebut, ikan asin, sambal dan telur sebagai santapan kesukaannya.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT - Menu santap berbuka selalu menjadi selera masing-masing setiap umat muslim yang menjalani puasa.
Kebiasaan memilih sajian pun bisa didasari berbagai alasan dari mulai kecocokan lidah hingga cerita menarik di baliknya.
Wakil Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie, memiliki cerita tersendiri tentang makanan berbuka favoritnya.
Orang nomor dua di Tangsel itu spontan langsung menyebut, ikan asin, Sambal dan telur sebagai santapan kesukaannya.
"Kalau sekarang ini, saya tuh enggak pernah lepas, ikan asin sama Sambal. Apa saja dari dulu itu ya. Sama telur," kata Benyamin di Kantor Pemkot Tangsel, Jalan Maruga, Ciputat, Jumat (16/4/2021).

Ben, sapaan karibnya, menceritakan latar belakang di balik tiga menu favoritnya itu.
Semasa kecil, Benyamin sering diminta ibunya untuk membeli telur yang lokasinya dekat dengan Lapas Pemuda.
Baca juga: Asal Usul Masjid dan Makam Keramat Kampung Bandan: Pusara 3 Penyebar Islam hingga Perbudakan VOC
Baca juga: Paguyuban Pegawai Harap Proses Seleksi Kepala ANRI Berjalan Adil dan Transaparan
Baca juga: Izinkan Tempat Ibadah Dibangun di Atas RTH, Wagub DKI: Demi Kepentingan Masyarakat
Lapas tersebut lokasinya cukup jauh dari rumah Ben, walaupun masih sama-sama di kawasan Kota Tangerang.
Jika disuruh membeli telur, Ben selalu mengajak temannya.
"Telur itu punya cerita. Jadi waktu kecil itu dari rumah saya, ibu saya suka 'eh kamu beli telur', cukup jauh, saya jalan kaki sama teman saya si Bali namanya kalau enggak Tria. Cukup jauh ke penjara pemuda," kata Ben
Setelah perjalanan jauh, Ben dan temannya mendapat upah dari sang ibu berupa telur goreng.
Setelah lelah berjalan jauh, menikmati sepiring nasi dengan telur goreng hangat membuat Ben tak bisa melupakannya.
"Nah pulang dari beli telur, upahnya digorengin telur sama ibu saya, makan berduatuh sama teman. Dari situ saya doyan banget sama telur," ujarnya.
Sementara, Ben mengungkapkan, dirinya sudah terbiasa menyantap ikan asin sejak kecil.
Dalam kondisi serba keterbatasan, ikan asin selalu menjadi pilihan utama yang nikmat dimakan bersama keluarga.
"Nah sekarang ikan asin sama sambal. Nah saya ingin selalu ada itu. Ikan asinnya tembang. Dari dulu ya. Dulu zaman susah kali ya, bapak saya tentara, makan sama ikan teri, dicampur-campur, nikmat banget," ujar Ben sambil menengadahkan kepalanya.
Baca juga: Izinkan Tempat Ibadah Dibangun di Atas RTH, Wagub DKI: Demi Kepentingan Masyarakat
Dalam hal makanan, Ben memang tidak pemilih. Kendati memiliki sejumlah menu favorit, ia tidak pernah keberatan dengan apapun yang tersedia.
Namun, Ben tidak boleh makan tanpa unsur pedas. Jika sambal tidak ada, cabe mentahpun jadi.
"Cuma saya pengin selalu ada, kalau enggak ada sambel saya minta cabai, cabai mentah gitu cabai merah saya gigit saja, jadi harus pedas gitu," ujar Ben.
"Sayur saya hobi banget sayur asam, sayur lodeh. Kalau lalapan, petai sama jengkol muda, sama pare, yang pahit itu, justru makin pahit makin suka saya," tambahnya.
Sementara, untuk minuman saat berbuka, Ben menaruh es timun suri pada daftar paling atas.
Baca juga: Asal Usul Masjid dan Makam Keramat Kampung Bandan: Pusara 3 Penyebar Islam hingga Perbudakan VOC
Campuran timun suri yang cenderung tawar dan teksturnya lembut yang lembut selalu menggoda dengan campuran sirup yang manis.
"Saya tuh timun suri sama sirupnya, enak banget dulu mah sirup sarangsari, sirup-sirup zaman dulu, enak banget. Timun suri itu dari dulu itu. Apa lagi waktu zaman ngerokok, begitu buka duk duk duk duk (suara beduk), kopi, ngerokok dulu, timun suri saya hajar, gelas gede gitu ya. Makan itu habis tarawih," tandas Ben.