Vaksin Nusantara: Pengembangan di AS, Uji Coba di Indonesia dan Alasan BPOM Belum Kasih Lampu Hijau

Satgas Penangangan Covid-19 menyebut Vaksin Nusantara dikembangkan di Amerika Serikat. Tetapi uji coba Vaksin Nusantara dilakukan di Indonesia.

TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAN TOHIR
Penyuntikan vaksin Covid-19 di RSU Tangsel, Pamulang, Jumat (15/1/2021). Satgas Penangangan Covid-19 menyebut vaksin Nusantara dikembangkan di Amerika Serikat. 

Penny juga mengatakan, hasil uji klinis fase I terkait keamanan, efektivitas atau kemampuan potensi imunogenitas untuk meningkatkan antibodi belum meyakinkan.

Baca juga: Vaksin Nusantara Disebut Tidak Masuk Kategori Karya Anak Bangsa, Mengapa? Ini Kata BPOM

Baca juga: Baru 2 Persen Masyarakat Kabupaten Tangerang Menerima Vaksin Covid-19

Alasan BPOM Belum Kasih Lampu Hijau

Ketua BPOM Penny Lukito memperlihatkan contoh kosmetik ilegal yang berhasil disita dari gudang penyimpanan kosmetik ilegal yang kini disimpan di BBPOM Jakarta, Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (27/7/2018).
Ketua BPOM Penny Lukito memperlihatkan contoh kosmetik ilegal yang berhasil disita dari gudang penyimpanan kosmetik ilegal yang kini disimpan di BBPOM Jakarta, Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (27/7/2018). (TRIBUNJAKARTA.COM/DIONISIUS ARYA BIMA SUCI)

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum memberikan lampu hijau terhadap vaksin Sel Dendritik atau yang dikenal Vaksin Nusantara untuk melanjutkan proses uji klinik fase II.

Kepala BPOM Penny K Lukito menilai data interim fase 1 yang diserahkan belum cukup memberikan landasan untuk uji klinik ini dilanjutkan ke fase 2.

"Karena ada beberapa perhatian terhadap keamanan dari vaksin, kemampuan vaksin dalam membentuk antibody, dan juga pembuktian mutu dari produk vaksin dendritik yang belum memadai," ungkap Penny dalam keterangannya yang diterima Rabu (14/4/2021).

Selain itu, data pengukuran antibody IgG pada studi preklinik (uji pada hewan) menunjukkan respons antibody yang dihasilkan tidak konsisten dengan dosis vaksin dendritik yang diberikan.

Respons antibodi IgG terlihat meningkat hanya pada kelompok hewan yang diberikan kombinasi vaksin dendritik dengan GMCSF.

Hal ini menimbulkan asumsi peningkatan antibody pada kelompok hewan ini bukan karena vaksin dendritik tapi karena pemberian GMCSF.

"Tapi itu belum dapat dipastikan mengingat dalam studi preklinik ini tidak ada pembandingan dengan GMCSF saja," terang dia.

Untuk itu BPOM menyarankan, penelitian ini dikembangkan dahulu di pre klinik sebelum masuk ke uji klinik untuk mendapatkan basic concept yang jelas.

Sehingga pada uji klinik di manusia bukan merupakan percobaan yang belum pasti.

Kegiatan penelitian pre klinik sebaiknya dilakukan pendampingan oleh Kemenristek/BRIN, hal ini sesuai dengan hasil kesepakatan pada RDP-DPR tanggal 10 Maret 2021.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul BPOM belum memberikan lampu hijau terhadap vaksin Nusantara, Satgas Covid-19: Vaksin Nusantara dikembangkan di Amerika, diujicoba di Indonesia

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved