HUT Kemerdekaan RI

Baju Adatnya Dipakai Jokowi di Sidang MPR, Ini Sederet Fakta Suku Baduy: Nihil Kasus Covid-19

Baju adatnya dikenakan Presiden Jokowi saat Sidang Tahunan MPR, ini sederet fakta mengenai Suku Baduy

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
Tangkapan Layar YouTube Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR 2021, Senin (16/8/2021). Baju adatnya dikenakan Presiden Jokowi saat Sidang Tahunan MPR, ini sederet fakta mengenai Suku Baduy 

Mereka lebih memilih memanfaatkan bahan dari alam.

Baca juga: Cerita Penjual Madu Dari Suku Baduy Luar: Berawal Dari Ingin Lihat Monas Hingga Latih Komunikasi

Misalnya, untuk gelas mereka memakai potongan bambu.

Tradisi

Setiap perempuan Suku Baduy diwajibkan bisa menenun.

Para panatua atau sesepuh Suku baduy sedih dengan kondisi Gunung Liman, Desa Cibarani, Kabupaten Lebak, Banten, Kamis (22/4/2021).
Para panatua atau sesepuh Suku baduy sedih dengan kondisi Gunung Liman, Desa Cibarani, Kabupaten Lebak, Banten, Kamis (22/4/2021). (Instagram/ Tribunbanten.com)

Kain tenun yang bertekstur lembut digunakan untuk bahan membuat pakaian sedangkan yang kasar untuk ikat kepala atau ikat pinggang.

Selain digunakan sendiri, kain tenun karya Suku Baduy juga diperjualbelikan sebagai oleh-oleh untuk para wisatawan yang berkunjung.

Selain kain, Suku Baduy juga membuat tas dari kulit pohon terep yang bernama koja atau jarog.

Tas ini digunakan untuk menyimpan segala macam kebutuhan yang diperlukan saat beraktivitas atau dalam perjalanan.

Masyarakat Suku Baduy juga masih menjunjung teguh budaya perjodohan.

Seorang gadis berusia 14 tahun akan dijodohkan dengan laki-laki yang juga berasal dari suku tersebut.

Baca juga: Baduy Minta Dihapus dari Destinasi Wisata: Protes Sampah dan Foto yang Beredar di Internet

Selama perjodohan, orangtua laki-laki bebas memilih wanita yang akan dijadikan menantunya.

Orang Baduy juga dikenal sangat gemar berjalan kaki.

Mereka akan berjalan kaki kemanapun meski jarak yang ditempuh cukup jauh.

Kepercayaan

Suku Baduy percaya bahwa mereka adalah keturunan dari Batara Cikal, yaitu satu dari tujuh dewa yang diutus ke bumi.

Menurut kepercayaan mereka, Suku Baduy bertugas menjaga harmoni dunia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR 2021, Senin (16/8/2021).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR 2021, Senin (16/8/2021). (Tangkapan Layar YouTube Sekretariat Presiden)

Kepercayaan ini disebut juga dengan Sunda Wiwitan yaitu memuja nenek moyang sebagai bentuk penghormatan.

Ada tiga macam alam dalam kepercayaan Sunda Wiwitan seperti disebutkan dalam pantun mengenai mitologi orang Kanekes:

1. Buana Nyungcung: tempat bersemayam Sang Hyang Kersa, yang letaknya paling atas,

2. Buana Panca Tengah: tempat berdiam manusia dan makhluk lainnya, letaknya di tengah,

3. Buana Larang: neraka, letaknya paling bawah.

Konsep ini tak ubahnya bagaikan surga, bumi dan neraka. (3)

Suku Baduy memiliki tradisi berpuasa selama tiga bulan berturut-turut yang disebut Kawulu.

Saat Suku Baduy melakukan Kawulu, penduduk luar dilarang berkunjung ke Suku Baduy Dalam.

Jika tetap ingin berkunjung, hanya diperbolehkan ke perkampungan luar dan tidak boleh menginap.

Bagi Suku Baduy, Kawulu merupakan kegiatan sakral dam tidak boleh diganggu oleh masyarakat luar.

Selama melakukan Kawulu, Suku Baduy akan berdoa kepada nenek moyang agar selalu diberi keselamaran dan panen melimpah.

Nihil Kasus Covid-19

Fakta mengejutkan datang dari Suku Baduy, di tengah situasi genting pandemi Covid-19 yang melanda tanah air.

Satu di antara puluhan ribu desa di Indonesia, yakni Desa Kanekes, Kabupaten Lebak dinyatakan nol kasus Covid-19.

Desa tersebut dihubi oleh masyarakat adat suku Baduy.

Fakta tersebut disampaikan oleh dr. Maytri Nurmaningsih, Kepala Puskesmas Cisimeut Kabupaten Lebak, Banten.

Bertugas di wilayah masyarakat suku Baduy Dalam maupun Baduy Luarm dr. Maytri mengungkap fakta mengejutkan.

Bahwa sejak Maret 2020 hingga Juni 2021, tidak ada sama sekali kasus positif Covid-19 di Baduy.

"Dari pandemi awal Maret 2020 sampai sekarang Juni 2021 ini kita tidak menemukan satu pun kasus positif Covid di Baduy," ujar dr. Maytri dalam tayangan Rosi Kompas TV, Kamis (1/7/2021).

Dikutip TribunnewsBogor.com, dr. Maytri mengurai rahasia mengapa Baduy nol persen kasus positif Covid-19.

dr. Maytri menuturkan pada awal kasus covid di Indonesia Maret 2020, Kabupaten Lebak sudah melakukan PSBB termasuk wilayah Baduy.

Baca juga: Tak Ada Satupun Warga Suku Baduy yang Terpapar Covid-19, Ini Rahasianya

Usai melakukan PSBB, dr. Maytri bersama karyawan puskesmas lain pun berinisiatif membentuk satgas Covid-19.

Tujuannya untuk memberikan sosialisasi kepada seluruh warga Kabupaten Lebak, termasuk masyarakat Baduy.

"Hal-hal yang dilakukan ketika PSBB itu, saya dan karyawan puskesmas membentuk satgas covid yang bekerja sama dengan satgas covid kecamatan dan desa. Setelah itu kami sosialisasi ke masyarakat Baduy mengenai apa itu PSBB, apa itu covid," ungkap dr. Maytri.

Kala itu, dr. Maytri dan jajarannya melakukan sosialisasi mengenai hal-hal dasar mengenai Covid-19.

Terutama kepada masyarakat Baduy, dr. Maytri mengaku harus menjelaskan secara terperinci.

"Waktu itu kita mensosialisasikan virus covid gejalanya seperti apa. Lalu usaha agar tidak tertular covid itu seperti apa. (Penjelasan) masih dasar. Karena masyarakat Baduy itu harus detail sekali," akui dr. Maytri.

Sosialisasi dari dr. Maytri dan pegawai Puskesmas pun dilakukan hingga sekarang.

Sering mendapat sosialisasi, masyarakat Baduy pun kini sudah paham betul tentang bahaya covid.

Masyarakat Baduy lantas mempraktekan cara-cara yang disosialisasikan petugas guna menghindari penyebaran Covid-19. (TRIBUNJAKARTA/TRIBUNNEWS/TRIBUNNEWSBOGOR/TRIBUNNEWSWIKI)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved