Pilu Kisah Para Sopir Truk Terlantar 2 Bulan di Pelabuhan, Jual Cincin Nikah Demi Bertahan Hidup

Kisah pilu para sopir truk asal Nusa Tenggara Timur yang terlantar di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat demi bertahan hidup. Terpaksa jual cincin nikah.

Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Yogi Jakarta
Dok. VK via TribunLombok.com
Para sopir truk asal NTT yang tertahan di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, sedang menunggu kepastian berangkat, Kamis (2/9/2021). Kisah pilu para sopir truk asal Nusa Tenggara Timur yang terlantar di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat demi bertahan hidup. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kisah pilu para sopir truk asal Nusa Tenggara Timur yang terlantar di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat demi bertahan hidup.

Para sopir truk terpaksa jual cincin nikah hingga tidur di kolong truk.

Mereka kehabisan bekal setelah dua bulan tertahan di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat.

Mereka menjual barang berharga termasuk cincin nikah untuk biaya makan dan kebutuhan sehari-hari.

Hal itu diutarakan sopir truk asal Kabupaten Sumba Timur, NTT bernama Yan Rara Lunggi (23) yang harus menjual cincin nikah.

Baca juga: Polsek Cilandak Ringkus Komplotan Pemeras Sopir Truk yang Beraksi di Jalan Tol

”Mau tidak mau dengan adanya tuntutan kebutuhan rumah tangga, barang yang ada harus kami jual untuk bertahan hidup di sini dan anak istri di rumah,” kata Yan dikutip dari TribunLombok.com, Jumat (3/9/2021).

Pasalnya, hampir seluruh barang berharga miliknya sudah dijual.

Oleh karena itu, dengan terpaksa Yan harus menjual cincin pernikahannya dengan Meryati Tamu Ina (22).

MENUNGGU: Para sopir truk asal NTT yang tertahan di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, sedang menunggu kepastian berangkat, Kamis (2/9/2021). (Dok. VK)
MENUNGGU: Para sopir truk asal NTT yang tertahan di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, sedang menunggu kepastian berangkat, Kamis (2/9/2021). (Dok. VK) (Dok. VK via TribunLombok.com)

Cincin seberat 2 gram tersebut dijual seharga Rp 1,2 juta.

Alasan menjual cincin itu, kata Yan, karena hanya benda itu yang bisa mendatangkan uang cukup untuk kebutuhan sehari-hari di Pelabuhan Lembar.

Sebagian uang hasil penjualan cincin juga dikirim ke istrinya di rumah.

Istri dan anaknya di kampung halaman juga membutuhkan biaya hidup.

”Karena anak masih kecil (dikasi) untuk biaya beliin susu,” katanya.

Menikah dengan Meryati, Yan Rara baru dikaruniai seorang balita berusia 1,9 tahun.

Selama tertahan di Pelabuhan Lembar, dia selalu memikirkan nasib anak istrinya di kampung halaman.

”Soal cincin kawin tidak masalah sih (dijual) yang penting bisa bertahan hidup. Cuma kalau nanti barang yang mau dijual sudah tidak ada, kita mau dapat uang darimana lagi,” katanya.

Baca juga: Sopir Truk Tinja Pembuang Limbah di Saluran Air I Gusti Ngurah Rai Didenda Rp 500 Ribu

Dia pun menjual cincin kawinnya setelah mendapat persetujuan istrinya, Meryati Tamu Ina.

Sebab tidak ada jalan lain, mereka akhirnya menjual cincin tersebut.

“Ini sudah kesepakatan bersama. Karena mau tidak mau, kita mau dapat uang dari mana?” kata Yan.

Yan mengakui akan mendapat bayaran sebagai sopir truk pengangkut barang.

Namun, pemilik barang belum mau membayar jasanya karena barang yang dipesan belum sampai.

”Bagaimana mau kirim uang ongkos kirim barang, barangnya saja masih di sini belum sampai tujuan,” katanya.

Baca juga: Polisi Sebut Sopir Truk Pembawa Galon Tersiksa Tidak Ada Kabar Mediasi Pihak Virnie Ismail

Sehingga para sopir belum bisa menagih ongkos pengiriman barang tersebut.

Yan Rara sendiri membawa barang-barang seperti mebel, bahan bangunan, dan barang rumah tangga titipan orang yang pulang kampung ke NTT.

Yan Rara dan sopir truk lainnya masih tertahan di Pelabuhan Lembar.

Pasalnya, KM Egon yang akan mengangkut dari Pelabuhan Lembar ke Pelabuhan Waingapu, NTT tidak kunjung tiba.

Baca juga: Sempat Buat Sopir Truk Stres, Pencuri Uang Rp 20 Juta di SPBU Ciut Dibekuk Polisi

Kondisi yang sama dialami sopir truk lainnya, Umbu Domu Ninggeding (43), asal Sumba Timur.

Umbu mengungkapkan para sopir yang tertahan di Pelabuhan Lembar saat ini merupakan sopir exspedisi rute Jawa-Bali-Lombok-Sumba, NTT.

Dia membawa paket bantuan yang harusnya sudah disalurkan ke NTT.

Karena tidak ada kapal, bantuan tersebut kini ikut tertahan bersamanya di Lembar.

Umbu mengaku sudah dua bulan berada di parkiran Pelabuhan Lembar.

Ilustrasi truk
Ilustrasi truk (Pixabay)

Para sopir sudah kehabisan makanan, serta kesulitan tempat tinggal.

”Terpaksa kami tidur di bawah kolong mobil,” keluhnya.

Untuk bisa bertahan hidup di Lembar, mereka terpaksa menjual murah barang milik pribadi.

Tidak adanya kepastian jadwal KM Egon

”Dari pihak Pelni juga tidak ada yang pantau kita,” katanya.

Sore kemarin, Kamis (2/9/2021), pukul 17.00 keluar jadwal KM Egon, rencananya kapal yang ditunggu-tunggu akan datang Sabtu (4/9/2021), besok.

”Tapi kami masih meragukan karena sering kali jadwalnya keluar pada saat hari yang ditentukan batal lagi,” ujarnya.

Baca juga: 2 Rampok Gasak Rp20 Juta dan HP Sopir Truk Lagi Isi Solar di Duri Kosambi: Duit Mau Disetor ke Bos

Para sopir kini hanya bisa berharap melalui media massa, pemerintah tahu apa yang mereka alami.

Sehingga aspirasi sopir, sebagai pengguna jasa sampai kepada pihak yang berwewenang.

Ke depan, mereka berharap tidak lagi terjadi seperti saat ini.

Ketika KM Egon sedang berhalangan untuk berlayar atau docking (pemeliharaan), harusnya ada kapal pengganti sebagai alternatif.

”Kalau bisa sekarang kami minta kepda bapak ibu yang bewewenang agar tambahkan kapal satu lagi,” harapnya.

ILUSTRASI Truk angkut gas elpiji
ILUSTRASI Truk angkut gas elpiji (TRIBUNJATIM.COM)

Saat ini sekitar 96 orang sopir truk dan kenek tertahan di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat.

Terkait hal itu, Kapolsek Kawasan Pelabuhan Lembar Iptu Irvan Suharman yang dikonfirmasi menjelaskan, mereka merupakan penumpang tujuan Waingapu, NTT.

”Kapalnya masih docking, dalam perbaikan info dari Pelni,” katanya, saat dikonfirmasi TribunLombok.com.

Ia mejelaskan, jadwal kapal yang mengangut penumpang dengan kendaraan rute Lembar - Waingapu hanya 1 kapal, yaitu KM Egon.

”Kalau hanya menangangkut penumpang orang ada kapal KMP Tilong Kabila,” katanya.

Pengerjaan docking kapal sendiri tergatung perawatan kapalnya.

Terkait teknis perawatan, hal itu bisa tanyakan ke pihak kapal sendiri.

”Memang docking kapal KM Egon sudah satu bulan dari Juli 2021 lalu,” jelasnya.

Hingga saat ini pihaknya masih berkoordinasi dengan Pelni terkait kapan KM Egon berangkat.

Artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Cerita Sopir NTT Telantar di Pelabuhan Lembar, Tidur di Kolong Mobil hingga Jual Cincin Kawin,

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved