Macan Tutul di Sanggabuana Terkam Puluhan Domba Warga, Kang Dedi Penasaran Berapa Lama Dia Laparnya
Macan tutul Jawa yang tinggal di Gunung Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat diketahui kerap menerkam domba ternak milik warga.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Macan tutul Jawa yang tinggal di Gunung Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat diketahui kerap menerkam domba ternak milik warga yang tinggal di kaki gunung.
Hal itu dikatakan Kang Dedi usai mengecek kamera trap yang dipasangnya yang merekam adanya macan tutul Jawa di Gunung Sanggabuana.
Diduga macan tutul Jawa itu hendak turun ke wilayah peternakan warga untuk menerkam domba ternak.
Pasalnya, ada laporan bahwa sudah nyaris 30 ekor domba warga mati diterkam macan dari Gunung Sanggabuana.
"Dimungkinkan dia lewat tanggal 10 September, kejadian domba mati 2 ekor tanggal 11 (September), jadi ini dia turun," ujar Leader Sanggabuana Wildlife Expedition yang juga peneliti satwa liar, Bernard T Wahyu Wiryanta dilansir dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Selasa (21/9/2021).
Baca juga: Biasanya Butuh Waktu 3 Bulan, tapi Kang Dedi Hanya 21 Hari untuk Buktikan Keberadaan Macan Tutul
Sebelumnya Kang Dedi memang mendapatkan laporan adanya ternak warga yang diserang macan dan dia pun langsung mengecek hal itu ke lokasi.
Karenanya, Kang Dedi langsung meminta kamera trap yang baru dipasang 21 hari itu untuk dicek rekamannya untuk membuktikan dugaan warga.
Benar saja dari rekaman itu terlihat ada macan tutul Jawa yang terekam.

Rekaman yang paling jelas terlihat pada 10 September 2021 pukul 05.16 WIB di mana seekor Macan tutul Jawa yang diperkirakan betina mengorek-ngorek tanah tepat di depan kamera trap dipasang.
Kang Dedi Mulyadi alias KDM tak bisa menutupi kegirangan bahwa macan tutul Jawa yang bagi masyarakat Sunda disebut maung itu masih ada populasinya.
Apalagi, dia menyebut bahwa Gunung Sanggabuana adalah salah satu tempat pertilasan Prabu Siliwangi yang sosoknya begitu disegani di masyarakat Sunda.
Karenanya, usai memastikan bahwa macan tutul Jawa masih ada di Gunung Sanggabuana, Kang Dedi langsung mempersilahkan hewan karnivora itu untuk memangsa ternak domba yang dipelihara warga di kaki gunung.
Sebelumnya, Kang Dedi memang sudah memberikan 10 ekor domba kepada warga sebagai ganti rugi lantaran hewan ternak mereka mati diterkam macan.
Kala itu Kang Dedi menyebut penyebab macan penghuni Sanggabuana menerkam domba bukanlah salah sang maung.
Baca juga: Usai Macan Tutul, Kang Dedi Ingin Buktikan Harimau Jawa Masih Ada dengan Berbekal Cara Ini
Pasalnya, Kang Dedi menyebut hal itu dilakukan karena ekosistem alam di hutan sudah banyak dirusak manusia.
Apalagi saat Kang Dedi bahwa tempat beternak warga sudah digunduli oleh mereka sendiri.
Kang Dedi menduga hal itu yang membuat macan marah hingga akhirnya menerkam ternak warga.
Mantan bupati Purwakarta itu menyebut bahwa macan adalah hewan yang begitu pendendam kepada mereka yang jahat kepadanya.

Sebaliknya, hewan itu justru bisa sangat baik kepada mereka yang berbuat baik kepadanya.
Apalagi, kata Kang Dedi, area ternak warga itu sejatinya memang bukan diperuntukan untuk tempat tinggal warga dan beternak karena masih di wilayah perbatasan hutan Sanggabuana.
"Pokoknya kalau mau turun lagi dombanya sudah saya siapin.
Ambil aja tapi jangan banyak-banyak.
Cukup satu aja, nanti kalau laper ambil lagi," kata Kang Dedi berpesan kepada macan tutul Jawa penghuni Gunung Sanggabuana seperti dilansir dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Selasa (21/9/2021).
Baca juga: Sigapnya Kang Dedi Soal Macan di Sanggabuana buat Kaget Pecinta Alam: Saya Aktivis, Bukan Pejabat
Penasaran Berapa Lama Macan Lapar
Kang Dedi pun menanyakan berapa hari sekali biasanya macan tutul Jawa memburu mangsanya untuk keperluan dia makan.
"Dia makannnya satu ekor untuk berapa hari?," tanya KDM.
"Dia kalo enggak pakai anak sih bisa 1-2 minggu lagi baru cari mangsa.

Biasanya kalau kenyang disimpan di pohon," ujar aktivis yang ikut bersama Kang Dedi mengecek rekaman kamera trap di Gunung Sanggabuana.
Menurut Kang Dedi, turunnya macan tutul Jawa ke area ternak warga karena dia meminta haknya.
"Dia (macan) ngambil haknya (domba) karena haknya diambil manusia," kata Kang Dedi.
Tak Hanya Macan Tutul
Selain macan tutul Jawa yang keberadaanya disambut girang, sejumlah satwa endemik ditemukan hidup di Gunung Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat.
Leader Sanggabuana Wildlife Expedition yang juga peneliti satwa liar, Bernard T Wahyu Wiryanta mengatakan, satwa yang terekam dari kamera trap di Gunung Sanggabuana juga cukup beragam.
Baca juga: Kang Dedi Siapkan Domba Warga untuk Macan Tutul Jawa: Dia Ambil Hak karena Haknya Dirampas Manusia
"Kita temukan macan tutul Jawa disini, owa Jawa, lutung Jawa dan elang Jawa.
Ini semua endemik Jawa," kata dia.
Empat spesies satwa endemik jawa ini banyak ditemukan di Gunung Sanggabuana, yang notabene bukan kawasan konservasi.
Kemudian, satwa lain seperti babi hutan, musang, dan tikus hutan yang merupakan pakan alami macan tutul juga terlihat di kamaera trap yang dipasang di Gunung Sanggabuana.

Selain itu, kamera trap juga mengidentifikasi suara dan visual sebanyak 40 jenis burung yang ada di Sanggabuana, 3 jenis primata, dan 3 raptor.
Mengetahui masih beragamnya satwa yang tinggal di Gunung Sanggabuana, Kang Dedi yang menjadi wakil Komisi IV DPR RI berencana menjadikan kawasan itu sebagai taman nasional.
"Akan saya usulkan menjadi kawasan konservasi menjadi Taman Nasional Sanggabuana," janji Kang Dedi.