Sabam Sirait Dinilai Layak jadi Pahlawan Nasional, Ini Penjelasan Sejarawan
Sabam Sirait merupakan sosok panutan dan teladan bagi kemajuan demokrasi di Indonesia. Almarhum dianggap layal menjadi pahlawan nasional.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA Sejarawan dari Pusat Riset Politik BRIN Prof. Dr. Asvi Warman Adam menilai tokoh nasional almarhum Sabam Sirait merupakan sosok panutan dan teladan bagi kemajuan demokrasi di Indonesia.
Sehingga, Sabam Sirait layak ditetapkan pemerintah menjadi Pahlawan Nasional.
Prof Asvi tujuan pengangkatan pahlawan nasional sejak tahun 1959 adalah menampilkan tokoh bangsa yang dapat diteladani dan jadi panutan masyarakat
Prof Asvi, biasa dia disapa sepakat dengan ungkapan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri tahun 2006 bahwa Sabam Sirait adalah sosok panutan dan teladan.
"Dunia perpolitikan Indonesia sesungguhnya memiliki tokoh-tokoh yang bisa dijadikan panutan dan teladan. Sosok Sabam Sirait termasuk di dalamnya," ungkap Megawati Soekarnoputri mengenai sosok Sabam Sirait pada tahun 2006.
Sabam Sirait juga diakui kawan dan lawan. Presiden Joko Widodo pada 2013 juga menyatakan, "Keteladanan yang ditunjukkan Sabam Sirait dalam menjalankan prinsip-prinsip politik yang baik dan lurus, sangatlah berarti banyak."
Baca juga: Dukungan Pahlawan Nasional untuk Sabam Sirait Mengalir dari Berbagai Lapisan Masyarakat
Begitu juga dengan tokoh PAN A.M Fatwa. “Awal 1980-an saya dipecat Pemda DKI karena kasus Tanjung Priok. Saya mengadu ke DPR, tidak ada yang menerima kecuali Sabam Sirait. Ketika saya masuk penjara, ia beberapa kali bezuk saya.”
Sejumlah alasan lainnya mengapa Sabam Sirait menjadi pahlawan Nasional.
Menurut Prof Asvi, Sabam berpolitik sepanjang hayat. Sabam Sirait (1936-2021) berpolitik sejak muda, aktivis organisasi kemahasiswaaan, anggota dan pengurus partai serta wakil rakyat.
"Menjadi anggota DPR RI selama 6 periode, DPA RI dua periode dan anggota DPD RI dua periode," kata Prof Asvi dalam Seminar Nasional Pengusulan Sabam Sirait Menjadi Pahlawan Nasional RI Tahun 2022 di Gedung Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan, Selasa, (08/02/2022).
Dalam organisasi, Sabam Sirait aktif di GMKI, PARKINDO (1961), PDI (1973) dan PDIP (1998). Dalam praktik demokrasi Sabam mendukung penuh Megawati Soekarnoputri maju sebagai Ketua Umum di kongres PDI.
Baca juga: Sabam Sirait Terus Didorong Masyarakat Jadi Pahlawan Nasional
Saat itu, Sabam menyatakan, “Mega didukung mahasiswa dan tukang becak”. Diprotes Budi Hardjanto, yang memilih di kongres adalah cabang. Sabam pun menjawab Budi Hardjanto.
“Betul itu, yang memilih adalah cabang. Tetapi boleh kan unsur masyarakat mendukung,” timpal Sabam waktu itu.
Pada Peringatan 90 Tahun Bung Karno, sebuah diskusi pun dilarang Mendagri waktu itu karena diadakan Yayasan Pendidikan Sukarno.
Alasan pemerintah melarang diskusi saat ini karena anggaran dasarnya ada kata “Marhaenis”.
