Sisi Lain Metropolitan
Kisah Kasbani 44 Tahun Hidup Dari Tempe, Mampu Sarjanakan Anak-anaknya dan Bangun 2 Rumah di Depok
Waktu menunjukan pukul 12.50 siang, Kasbani (72) nampak semringah menanti pembeli di lapak tempenya yang berada di Pasar Kemiri Muka, Beji, Depok.
Penulis: Dwi Putra Kesuma | Editor: Jaisy Rahman Tohir
“Tadinya Rp 800 ribu per kwintal, sekarang jadi Rp 1.125.000 per kuintal. Ini yang bikin kami mogok bersama karena sudah gak kuat lagi,” katanya saat ditemui TribunJakarta.
Rasjani tak pernah mengetahui faktor apa yang membuat bahan baku tempe ini mahal. Bahkan, ia menyebut kenaikan harga tempe sempat terjadi sebanyak tiga kali dalam sehari.

Padahal, menurutnya stok kacang kedelai di Kota Depok dalam kondisi aman.
“Kacang selalu standby ada, gak pernah kurang stok kedelai. Tapi harganya melambung terus,” keluhnya.
Lebih lanjut, Rasjani menuturkan saat ini para perajin tempe di Kota Depok tak lagi memiliki modal untuk produksi.
“Jadi luar biasa ya drop ekonominya. Jualan buat belanja kacang. Jadi modal keluar untung gak ada. Bahkan sampai gak punya modal,” kata Rasjani.
Ketika ditanya apakah ada anggotanya yang beralih profesi, Rasjani mengatakan hal tersebut nampaknya sulit untuk dilakukan.
Bukan tanpa sebab, Rasjani sendiri mengaku tak tahu harus beralih ke profesi apa bila meninggalkan profesinya yang sekarang, karena tak memiliki keahlian yang lainnya.
“Belum sih (ada anggotanya yang beralih profesi). Kami hanya berharap pemerintah bisa mengambil tindakan untuk menstabilkan harga kacang. Juga agar masyarakat tahu bahwa harga kacang memang sedang tinggi,” pungkasnya.