Sisi Lain Metropolitan
Kisah Kasbani 44 Tahun Hidup Dari Tempe, Mampu Sarjanakan Anak-anaknya dan Bangun 2 Rumah di Depok
Waktu menunjukan pukul 12.50 siang, Kasbani (72) nampak semringah menanti pembeli di lapak tempenya yang berada di Pasar Kemiri Muka, Beji, Depok.
Penulis: Dwi Putra Kesuma | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma
TRIBUNJAKARTA.COM, BEJI – Waktu menunjukan pukul 12.50 siang, Kasbani (72) nampak semringah menanti pembeli di lapak tempenya yang berada di Pasar Kemiri Muka, Beji, Kota Depok.
Beberapa potong tempe yang masih hangat dengan beragam ukuran masih tersedia lengkap di lapaknya, ia menyebut tempe tersebut baru dikirim dari langganannya.
“Baru dikirim ini makanya masih hangat,” kata Kasbani yang tampak antusias menunggu pembeli saat dijumpai TribunJakarta, Kamis (24/2/2022).
Bukan tanpa sebab Kasbani cukup bersemangat hari ini.
Pasalnya, ia baru kembali berjualan setelah sempat mogok tiga hari sebelumnya sejak tanggal 20-23 Februari 2022.
Baca juga: Pedagang Tempe di Depok Kembali Beraktivitas Setelah Tiga Hari Mogok Berjualan
Ia mengatakan cukup rindu dengan aktivitas jual beli tempe yang telah dilakoninya sejak tahun 1978 silam.
“Ya namanya saya jualan dari tahun 78 (1978) di sini, yaitu pasti (rindu) karena kan tiga hari kemarin gak ngapa-ngapain,” bebernya.
Untuk informasi, Kasbani bersama ratusan pedagang dan perajin tempe lainnya di Kota Depok mogok dagang musabab melambungnya harga kacang kedelai di Kota Depok.
Kasbani menceritakan, profesi yang ia tekuni selama kurang lebih 44 tahun inilah yang membuat dirinya bisa menyekolahkan anak pertama dan keduanya hingga lulus jenjang S1 di perguruan tinggi ternama.
Namun ia tak menampik, keberhasilan anak pertama dan keduanya lulus dari universitas juga terbantu oleh beasiswa berkat prestasi anak-anaknya.

Diceritakan olehnya, menjadi seorang pedagang tempe sudah lah pasti mengalami yang namanya pasang surut penjualan.
Namun semua itu bisa dilalui dengan ketekunan, konsistensi, dan ikhtiar setelah semua usaha dilakukan.
“Usaha itu ya pasti pasang surut. Tapi jangan ketika kita lagi sepi terus putus asa, jangan. Konsisten ya tetap jualan, usaha, sesudahnya ikhtiar,” tuturnya.
Baca juga: Tempe dan Tahu Dijual Lagi di Pasar Kramat Jati, Ada Kenaikan Harga Rp 1 Ribu
Ia mengungkapkan, satu faktor yang tak bisa lepas dari keberhasilan dirinya hingga saat ini adalah ibadah yang rutin.