Sisi Lain Metropolitan
Menguak Kisah Horor dari Penghuni Rumah Tua Abad ke-19 di Senen: Pernah Bertemu Sosok Ini di Genteng
Di tengah perkembangan kota Jakarta yang kian berkembang, rumah tua sejak zaman Belanda ini masih bertahan.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Rumah ini, cerita Herni, tadinya luas. Pintu-pintu serta jendela tua panjang kelihatan.
"Semenjak disekat-sekat jadinya sudah tak kelihatan," tambahnya.
Di rumah Herni terdapat dua pintu yang berukuran panjang.
Pintu di bagian depan dan pintu menuju dapur.
Herni bercerita dua pintu itu memiliki kusen dengan ornamen yang sudah ada sejak rumah itu berdiri.
Di dalam rumah Herni dibangun satu kamar berdinding tripleks dan kamar mandi dekat dapur.
Ia memiliki tiga lemari kayu tua yang diperkirakan sudah ada sejak zaman Belanda.
"Tiga lemari itu sudah tua tapi sudah diplitur. Dulu sempat ada yang mau beli tapi saya enggak jual," katanya kepada TribunJakarta.com di rumah itu pada Kamis (9/6/2022).
Rumah Kartini
Sedangkan di lantai atas rumah klasik itu, ditinggali oleh Kartini. Ruangan lantai atas lebih luas ketimbang yang ditinggali Herni.
Untuk menuju ke lantai atas, TribunJakarta diarahkan masuk lewat warung nasi yang letaknya di bagian depan rumah. Dulunya, warung nasi itu merupakan teras bawah bagian depan rumah.
Sebelum naik ke atas tangga, terdapat pintu masuk sebagai penanda rumah Kartini.
Anak-anak tangga menuju tempat tinggal Kartini masih terbuat dari kayu jati. Katanya, kayu-kayu itu masih asli.
Berbeda dengan tempat tinggal Herni yang sudah beralaskan ubin, lantai di tempat tinggal Kartini masih beralaskan kayu jati.
Serambi rumah itu dijadikan sebuah dapur dan ruang tamu.