Cerita Kriminal
Rohimah Jadi Tulang Punggung Keluarga, Merantau ke Bandung Jadi ART Malah Disekap & Dianiaya Majikan
Merantau ke Bandung dengan harapan memperbaiki nasib, Rohimah malah menjadi korban kekerasan majikan.
Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Asisten rumah tangga alias ART di Bandung bernama Rohimah merupakan tulang punggung keluarganya di kampung.
Merantau ke Bandung dengan harapan memperbaiki nasib, Rohimah malah menjadi korban kekerasan dan penyekapan yang dilakukan dua majikannya, Yulio Kristian (29) dan Loura Francilia (29).
Rohimah kini sudah pulang ke kampung halamannya di Kabupaten Garut, walau kondisinya belum sepenuhnya pulih.
Rohimah babak belur terutama mengalami luka serius pada bagian mata dan kepala akibat penganiayaan yang dilakukan Yulio dan Loura.
Penyiksaan itu dilakukan Yulio dan Laura di kediamannya di Perumahan Bukit Permata, RT 04/22, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, KBB.
Kejahatan pasangan suami istri tersebut kemudian terbongkar setelah warga mengevakuasi Rohimah di rumah pelaku.
Baca juga: ART yang Disiksa Pasutri di Bandung Akhirnya Pulang, Anak Nangis Menjerit Lihat Kondisinya: Mamah!
Yulio dan Loura akhirnya resmi menjadi tersangka lantaran terbukti menyekap dan menganiaya Rohimah.
Anggota Jabar Quick Response (JQR), Rini Marlina mengatakan, korban ini merupakan tulang punggung keluarga.
Rohimah harus membiaya seorang anak dan orangtuanya yang sudah sepuh.
"Ayah serta ibunya sudah tua dan kakak serta adiknya belum bekerja juga. Anak dari ibu Rohimah baru berusia 8 tahun yang sedang duduk dibangku sekolah kelas 2 SD," ujar Rini dikutip dari TribunJabar, Kamis (3/11/2022).
Untuk sehari-hari, orangtua Rohimah mengandalkan penghasilan dari bertani saja.
Kemudian orangtua Rohimah menunggu kiriman dari anak yang bekerja menjadi ART tersebut.
"Kami memberikan perhatian khusus terhadap kasus tersebut. Berdasarkan hasil survey tim yang mewakili Gubernur Jawa Barat, memberikan bantuan dana untuk kebutuhan sehari-hari," kata Rini.
Saat ini, kata Rini, kondisi Rohimah masih dalam tahap pemulihan baik secara fisik maupun psikologis.
Pihaknya memastikan Pemprov Jabar dan Pemkab Garut akan terus mendampingi Rohimah.
"Korban telah pulang ke kediamannya di Kabupaten Garut,"
"Pulangnya diantar menggunakan kendaraan ambulance sambil pengobatan rawat jalan," ujar Rini.
Baca juga: Babak Belur Rohimah Disiksa Majikan di Bandung: Hancur Hati Ibunda Korban, Pelaku Cuma Bisa Nunduk
Rohimah Jadi Tulang Punggung Keluarga, Merantau Jadi ART di Bandung Malah Disekap & Disakiti Majikan
Disambut jeritan anak
Video kepulangan Rohimah beredar dan viral di media sosial.
Berdasarkan video yang viral kepulangan Rohimah di kampungnya disambut isak tangis keluarga dan tetanga.
Melihat kondisi Rohimah sesaat diturunkan dari ambulans, anak wanita 29 tahun tersebut, AP (8) menangis sambil menjerit.
"Mamah mamah!" teriak AP (8).
Sementara Rohimah masih terlihat sangat lemas, ia hanya bisa terbaring diatas ranjang rumah sakit.
Dikutip dari TribunJabar, tetangga Rohimah terdengar ikut menangis.
Bahkan beberapa di antara mereka menghardik tingkah jahat Yulio Kristian dan Loura Francilia kepada Rohimah.
"Manusia biadab," ucap salah satu tetangganya.
Hingga sore tamu terus berdatangan, beberapa diantara mereka mengajak Rohimah berkomunikasi tentang apa yang selama ini terjadi di rumah majikannya.
Rohimah ditempatkan di ruang tengah di kediaman orangtuanya.
Ayahanda Rohimah, Amid (69) mengucapkan rasa syukur sang anak sudah kembali pulang dengan selamat.
Ia mengaku sudah beberapa hari kekurangan tidur memikirkan anak kesayangannya itu.
Baca juga: PRT Korban Penyiksaan Majikan ASN di Jakarta Timur Belum Bisa Jalan Normal
"Nyai sudah pulang, saya mengucap rasa syukur dan berdoa kebaikan bagi yang sudah membantu kami selama ini," ujar Amid kepada Tribunjabar.id.
Rohimah Dipukul, Ditendang, hingga Ditusuk Jarum
Rohimah menceritakan kronologi detik-detik penganiayaan yang dialaminya.
Rohimah menuturkan, ia berangkat ke Bandung Barat pada Juni 2022 melalui penyalur tenaga kerja lokal yang ia kenal di kampung halamannya di Garut.
"Awal bekerja biasa aja, majikan baik tidak berbuat kasar. Saya berangkat ke Bandung bulan Juni," ujarnya kepada Tribunjabar.id, Rabu (2/11/2022).
Setelah bekerja satu bulan, kata Rohimah, ia mulai mendapat kekerasan verbal, sering dibentak dan dimarahi jika pada kerjanya terdapat kesalahan.
Kesalahan-kesalahan kecil seperti lupa mematikan air dan tidak rapi dalam menyetrika baju membuat majikannya marah.
"Karena majikan gampang marah, saya jadi tidak betah, terus nelepon ke orang tua, ingin dijemput saja ingin pulang," ucapnya.
Komunikasi dengan orang tuanya itu membuat sang majikan marah besar.
Setelah itu, ponsel dan dompet yang berisi data penting dirampas.
Setelah kejadian itu, Rohimah mendapat perlakuan kasar berupa penganiayaan di bagian tubuhnya.
"Saya ditonjok dan diinjak. Waktu itu pertama kali lupa matikan air keran," ucapnya.
Kekerasan yang dialaminya itu kemudian berjalan hingga tiga bulan kemudian.
Ia menyebut, puncak kekerasan yang dialaminya terjadi pada bulan Oktober 2022.
Pada bulan itu, ia sering mendapat perlakuan kasar mulai dari dipukul alat-alat rumah tangga, dijambak, hingga ditusuk jarum.
"Pernah juga dimandikan di luar, dihujankan malam-malam. Sudah tidak terhitung berapa kali saya dikasarin," ungkapnya.
Rohimah menyebut, ia tidak pernah diajak keluar rumah selama bekerja di majikannya itu.
Waktu ke luar rumah hanya sebatas ke warung untuk membeli kebutuhan rumah.
Saat di warung juga, menurutnya, para tetangga sering bertanya kepadanya terkait luka yang dialaminya.
Rohimah hanya menjawab luka tersebut merupakan luka bekas terjatuh dan alergi makanan.
"Tidak jujur karena takut," ungkapnya.
