.Alasan Para Wanita Akhirnya Pilih Hapus Tato: Dimarahi Orang Tua, Ganggu Kerja hingga Diprotes Anak
Dia ingin menghapus dua tato yang ada di tubuhnya yakni tato bertuliskan tanggal lahirnya di lengan kiri dan tato bertuliskan nama ayahnya yang terpam
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Tak hanya pria, banyak pula wanita yang ikut dalam program hapus tato.
Alasan mereka beragam di balik keputusannya ingin menghapus tato yang ada di tubuhnya.
Satu di antara perempuan yang ikut program hapus tato yang digelar BAZNAS/BAZIS DKI Jakarta adalah Regita (22).
Kegiatan hapus tato gratis ini digelar di Balai Kota DKI Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (3/4/2023).
Dia ingin menghapus dua tato yang ada di tubuhnya yakni tato bertuliskan tanggal lahirnya di lengan kiri dan tato bertuliskan nama ayahnya yang terpampang di dada.
Adapun alasannya selain karena menyesal, dia juga kena marah orang tuanya dan dipandang negatif oleh masyarakat.
"Ini tuh baru setahun karena ikut-ikutan teman tapi baru sekarang nyeselnya. Awalnya karena dimarahin orang tua, terus kayak dipandang negatif juga sama orang, apalagi saya perempuan kan," kata Regita saat berbincang dengan TribunJakarta.com saat mengikuti program hapus tato di kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Senin (3/4/2023).
Baca juga: Perjuangan Bima Hapus Tato di Sekujur Tubuhnya Saat Ramadan: Alhamdulilah Dapat Hidayah
Baca juga: BAZIS DKI Adakan Program Hapus Tato di Ramadan, Ini Persyaratannya Bagi Pendaftar
Karena itu, Regita kemudian mencari informasi mengenai kegiatan hapus tato gratis.
Sebab, ia tahu jika hapus tato memakan biaya lebih mahal ketimbang memasang tato itu sendiri.
"Saya cari-cari di medsos, terus dapat info ada kegiatan di sini. Ya udah coba aja soalnya kan kalau bayar itu bisa Rp 500 ribu sekali datang, dan itu kan gabisa sekali langsung ilang," kata dia.

Selain Regita, ada pula Linda (34) yang mengaku hendak menghapus tato di lengannya karena alasan pekerjaan.
"Saya kerja jadi SPG, gaboleh ada tato. Jadi selama ini kerja saya harus ditutup manset tapi suka kena tegur juga sama atasan kalau bisa diilangin," ujar dia.
Baca juga: Kemenkumham Sumsel Pasarkan Produk Buatan Narapidana, Laris Manis Saat Ramadan
Sementara itu, Sari (30) yang juga hendak menghapus tatonya melalui program BAZNAS mengaku melakukan hal tersebut karena kerap diprotes oleh sang anak.
"Anak saya udah mulai gede, suka ditanya kenapa pakai tato kan tato itu gaboleh sama pak ustaz. Nah karena itu akhirnya saya mutusin untuk hapus aja demi kebaikan," ujar dia.
Didukung Kemendikdasmen, Kolaborasi Impresif Wujudkan Lingkungan Sekolah yang Bersih dan Sehat |
![]() |
---|
Soroti Kasus Terapis Wanita di Pejaten Jaksel, Gubernur Pramono Janji Ambil Langkah Konkret |
![]() |
---|
Telusuri Identitas Asli Terapis Wanita Tewas di Pejaten Jaksel, Polisi Koordinasi dengan Dukcapil |
![]() |
---|
Polisi Dalami Dugaan Perdagangan Orang di Kematian Terapis Wanita di Pejaten, Korban di Bawah Umur |
![]() |
---|
Rekan Kerja Terapis Wanita yang Ditemukan Tewas di Pejaten Diperiksa Polisi, Begini Pengakuannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.