Sosok Edi Suseno Pemilik The Geong Jembatan Kaca Pecah di Banyumas, Diduga Dibuat dari Bahan Bekas

Berikut ini profil Edi Suseno, Bos The Geong pemilik jembatan kaca pecah di Banyumas yang kini jadi tersangka. Jembatan diduga dibuat dari bahan bekas

Editor: Muji Lestari
Kolase TribunJakarta.com
Berikut ini sosok pemilik wahana The Geong jembatan kaca pecah di Banyumas, Edi Suseno. 

Sementara di Guci, Tegal, pihak kepolisian sedang mengurus penutupan wahana itu.

”Saya sudah berkoordinasi dengan Kapolres Tegal (kabupaten) dan menurut kapolres, wahana itu sudah ditutup,” kata Edy.

Penampakan jembatan kaca The Geong Banyumas yang baru-baru ini menewaskan seorang wisatawan karena kaca yang diinjak pecah.
Penampakan jembatan kaca The Geong Banyumas yang baru-baru ini menewaskan seorang wisatawan karena kaca yang diinjak pecah. (Kompas.com)

Diduga Dibuat dari Bahan Bekas

Dosen Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Nor Intang Setyo mengatakan bahwa kondisi kaca dan tiang-tiang penyangga konstruksi diduga bekas.

Dugaan itu muncul dari beberapa lubang serta karat yang terdapat pada tiang tersebut. Jenis kaca yang digunakan juga berupa tempered.

Padahal, untuk wahana jembatan kaca seperti di "The Geong" harusnya menggunakan kaca jenis tempered laminated.

Terkait adanya insiden jembatan kaca di Limpakuwus, pemerintah Kabupaten Banyumas akan melakukan uji kelayakan terhadap wahana wisata jembatan kaca.

Selain itu, akan diterbitkan surat edaran bupati kepada pelaku usaha tujuan wisata untuk melengkapi perizinan dan kelayakan operasional.

Sebab, dari enam titik wahana jembatan kaca yang berlokasi di Banyumas, hanya ada satu jembatan kaca yang telah memiliki sertifikat layak fungsi, yaitu jembatan kaca di Menara Pandang Teratai Purwokerto.

Penyebab Jembatan Kaca The Geong Pecah

Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), petugas kepolisian menemukan kanal C yang digabungkan untuk menghubungkan jembatan berbentuk letter T itu disambung dengan cara dilas. Pengelasan pun dilakukan secara tidak simetris atau bergelombang.

"Ketika kaca itu ditempatkan pada tempat yang bergelombang, menurut ahli, menyebabkan lendutan atau seperti getaran yang menyebabkan kaca itu pecah,” kata Edy.

Kepolisian juga menemukan busa pada kaca sebagai peredam getaran atau tekanan kaca yang sudah tidak mengeras dan berkarat.

Selain itu, polisi tidak menemukan papan informasi atau imbuan untuk pengunjung di pintu masuk wahana jembatan kaca Limpakuwus.

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News.

 

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved