Ayah Banting Anak di Muara Baru

Awan Bocah yang Tewas Dibanting Ayahnya Disabilitas Berhati Malaikat, Tetangga: Dia Lebih dari Artis

Awan meninggal dunia setelah dianiaya oleh ayah kandungnya bernama Usman (44). Kepergian Awan ternyata benar-benar meninggalkan luka mendalam.

TribunJakarta.com
Awan meninggal dunia setelah dianiaya oleh ayah kandungnya bernama Usman (44), di depan rumah mereka di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Kepergian Awan meninggalkan luka yang mendalam. 

“Sumpah, dia baik banget sama kita-kita. Saya pun heran. Pernah, kita lagi kumpul, tiba-tiba A beli air mineral, banyak banget, terus kasih ke kita. Itu pakai uang dia sendiri,” ungkap Juanda.

Dalam satu kesempatan, Awan sempat mengaku kepada petugas PPSU Kelurahan Penjaringan bahwa dia ingin sekali menjadi petugas pemadam kebakaran.

“Dia paling senang nonton damkar di YouTube. Karena dia cita-citanya pengin jadi petugas damkar,” pungkas Juanda.

 

Pernah Tersiram Air Panas

Anak ketiga dari empat bersaudara itu sempat tersiram air panas saat usianya masih delapan bulan.

“Waktu usia delapan bulan, dia kan belajar jalan, sedang merembet, ada dispenser, nah ditariklah dan tersiram. Untungnya kemaluannya enggak kena,” ungkap Haria.

Hal ini lah yang menyebabkan Awan kesulitan berbicara sampai akhir hayatnya.

Awan mengatakan, anaknya menjalani perawatan kurang lebih satu tahun setelah tersiram air panas.

Setelahnya, Awan sempat menjalani terapi berbicara.

Namun, hasilnya tidak memuaskan sehingga A kesulitan berinteraksi secara verbal terhadap orang lain.

Proses penyerahan jenazah Kurniawan (10) ke pengurus RT yang mewakili pihak keluarga di Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (14/12/2023).
Proses penyerahan jenazah Kurniawan (10) ke pengurus RT yang mewakili pihak keluarga di Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (14/12/2023). (Bima Putra/TribunJakarta.com)

Sementara itu, Awan juga pernah mengemban pendidikan di salah satu sekolah dasar (SD).

Namun, Awan tidak melanjutkan pendidikan setelah beberapa minggu berjalan.

“Keluar (dari sekolah). Nah, dioper ke sekolah luar biasa (SLB). Cuma, karena kejauhan, faktor yang antar enggak ada, enggak selesai,” ungkap Haria.

“Dia (Awan) sarafnya juga sudah enggak bisa menyangkut pelajaran,” timpal H.

 

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved