Viral di Media Sosial
6 Kasus Kekerasan di STIP Jakarta yang Hebohkan Publik, Pilu Para Korban Tewas dengan Luka Serupa
Kekerasan di STIP ternyata sudah berulang kali terjadi. Berikut ini adalah 6 kasus kekerasan yang terjadi di STIP!
TRIBUNJAKARTA.COM - Menyedihkan sekaligus miris, kasus kekerasan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Marunda, Jakarta Utara ternyata sudah berulang kali terjadi.
Bukannya menuntut ilmu, para taruna senior justru bertindak sok jago melakukan penganiayaan terhadap adik kelasnya.
Penganiayaan tersebut seolah menjadi budaya yang diwariskan secara termurun.
Berdasarkan catatan Kompas.com, berikut ini adalah daftar kasus kekerasan yang terjadi di STIP:
1. Tewasnya Agung B Gultom
Pada 12 Mei 2008, taruna tingkat pertama STIP, Agung B Gultom, tewas di tangan 10 taruna senior.
Kematian Agung sempat disebut karena kelelahan mengikuti latihan pedang pora oleh pihak STIP.
Namun, polisi melihat ada kejanggalan sehingga mendesak keluarga mengizinkan jenazah Agung untuk diotopsi.
Selain itu, ada tiga taruna lain yang mengaku bahwa mereka dan Agung dianiaya oleh taruna senior.
Polisi akhirnya mendesak keluarga Agung mengizinkan makam Agung dibongkar dan jenazahnya diotopsi.
Kemudian, pihak keluarga mengizinkan makam Agung di Mabad Jerawat, Tandes, Surabaya, Jawa Timur, dibongkar polisi.
Jenazah Agung diotopsi tim dokter Rumah Sakit Dokter Soetomo, Surabaya.
Hasilnya, ada luka memar di dada dan muka.
Kepala bagian belakang mengalami pendarahan dan hatinya rusak.
Para tersangka adalah Las, Nug, Ant, Ang, Put, Ha, Ma, Kar, Rif, dan Har. Korban antara lain, P, T, D, E, dan V.
2. Penganiayaan Jegos
Masih pada 2008, tepatnya bulan November, kekerasan di STIP kembali terulang.
Jegos (19), taruna tingkat pertama, dianiaya oleh taruna senior hingga ia mengalami gegar otak.
Kekerasan ini dilatarbelakangi karena Jegos tak kunjung mencukur rambut setelah diingatkan.
3. Tewasnya Dimas Dikita Handoko
Pada 25 April 2014, taruna STIP bernama Dimas Dikita Handoko (19) tewas dianiaya oleh para seniornya di rumah kos daerah Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara.
Dimas dianiaya karena dianggap tidak menghormati para seniornya.
Para pelaku, yakni Angga Afriandi (21), Fachry Husaini Kurniawan (19), dan Adnan Fauzi Pasaribu (20) memukul perut sebelah kanan Dimas sebanyak empat kali lalu menamparnya.
Setelah itu, Dimas langsung terjatuh dan tak sadarkan diri.
Para pelaku yang panik langsung mencoba memberi pertolongan dengan memberi obat masuk angin.
Karena Dimas tidak bereaksi, mereka langsung membawanya ke Rumah Sakit Pelabuhan, Koja, Jakarta Utara.
Di rumah sakit tersebut, nyawa Dimas tak tertolong dan akhirnya ia meninggal dunia.
Kasus kekerasan ini tak hanya dialami Dimas sendiri, tetapi juga menimpa enam teman lainnya.
Namun, enam teman Dimas selamat.
4. Penganiayaan Daniel Roberto Tampubolon
Kasus kekerasan juga menimpa taruna tingkat 1 bernama Daniel Roberto Tampubolon.
Daniel mendapat sejumlah tindak penganiayaan yang dilakukan seniornya.
Orangtua Daniel, Rosannaria Simanuillang melaporkan kejadian tersebut ke Polda Metro Jaya pada 8 April 2015.
Daniel dianiaya dengan tangan kosong dan palu oleh para seniornya.
Tak hanya itu, Daniel juga dipaksa memakan cabai rawit dan mengakibatkan dirinya menderita sesak nafas, mual, sakit di ulu hati, dan pusing.
Daniel pun sempat dirawat di RS Pelabuhan, Jakarta Utara akibat hal tersebut.
Singkatnya, polisi menetapkan lima tersangka terkait penganiayaan terhadap Daniel yang bernama Magister Manurung, Roma Dani, Iwan Siregar, Filipus Siahaan, dan Heru Pakpahan.
Adapun Magister berperan dalam memukul perut dan menampar korban, sedangkan Roma Doni memukul kepala atas korban dengan palu.
Lalu, Iwan menyuruh Daniel melakukan sikap tobat saat apel malam. Sedangkan dua tersangka lainnya yaitu Filipus memukul korban dengan gagang besi dan Heru memukul perut dan muka korban.
5. Tewasnya Amirulloh Adityas
Kasus kekerasan di STIP kembali terulang pada 10 Januari 2017.
Taruna pertama, Amirulloh Adityas Putra, tewas dianiaya oleh lima taruna senior tingkat dua.
Amirulloh dianiaya bersama lima taruna lain di Dormitory Ring 4 Kamar 205 lantai II, di STIP.
Kelima korban lainnya masih selamat, tetapi mengalami luka memar.
Saat itu, para korban datang ke TKP untuk dianiaya oleh para pelaku dengan cara dipukil menggunakan tangan kosong secara bergantian ke arah perut, dada, dan ulu hati.
Amirullah yang dipukuli secara bergiliran akhirnya jatuh tak sadarkan diri ketika pelaku berinisial WH memukuli sambil meneriakinya dengan ucapan
"Sama-sama anak Priok!".
Amirullah tiba-tiba ambruk ke dada WH dan segera diangkat ke tempat tidur yang ada di kamar itu.
Para pelaku yang panik akhirnya mengadu ke seniornya yang merupakan taruna tingkat IV yang kemudian dilanjutkan ke piket medis dan pembina STIP.
Saat diperiksa dokter piket STIP, Amirullah ternyata sudah tak bernyawa.
6. Putu Satria Meninggal di Kamar Mandi
Terbaru, taruna STIP bernama Putu Satria Ananta Rastika (19) tewas usai dianiaya seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21), di kamar mandi kampus, Jumat (3/5/2024).
Putu dipukul lima kali oleh Tegar di bagian ulu hati lantaran disebut melakukan kesalahan.
Pukulan yang dilayangkan Tegar pada akhirnya membuat Putu tersungkur.
Setelah itu, Tegar mencoba menarik lidah Putu dengan maksud untuk melakukan upaya pertolongan terhadap korban.
Namun, upaya tersebut malah berakibat fatal.

Putu tewas karena saat lidahnya ditarik Tegar, saluran pernapasannya tertutup dan menghambat aliran oksigen.
Kejadian yang menimpa Putu menambah jejak kekerasan di STIP yang terungkap ke publik.
Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.