DPO Kasus Vina Cirebon Ditangkap

Profil Dedi Mulyadi, Eks Bupati yang Wara-Wiri Gali Kasus Pembunuhan Vina Cirebon Bak Reporter

Kasus yang belum tuntas dan menyisakan kejanggalan itu turut menyita perhatian banyak pihak. Satu di antaranya ialah Dedi Mulyadi. 

Istimewa
Sosok Dedi Mulyadi, eks Bupati Purwakarta yang belusukan demi gali informasi kasus pembunuhan Vina. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kasus pembunuhan Vina Dewi Astari (16) dan Muhammad Rizky alias Eky di Cirebon pada 8 tahun silam kembali mengemuka dan menimbulkan keriuhan di publik. 

Kasus yang belum tuntas dan menyisakan kejanggalan itu turut menyita perhatian banyak pihak. Satu di antaranya ialah Dedi Mulyadi

Tak hanya mengamati dari permukaan saja, Dedi justru turun ke lapangan untuk mencari informasi demi mencari kebenaran dari kasus tersebut. 

Bukan kaleng-kaleng, bak seorang reporter, Dedi Mulyadi menemui narasumber yang tak mudah untuk ditemui. 

Misalnya, Dedi Mulyadi rela belusukan demi mencari keberadaan Linda, sosok yang disebut-sebut sebagai sahabat Vina. 

Ia pun menyajikan informasi dari berbagai saksi secara gamblang ke publik mengenai kasus tersebut tanpa ditutup-tutupi. 

Dedi pun tak berat sebelah dalam menggali informasi. 

Ia mewawancarai dari pihak keluarga Vina selaku korban dan pihak keluarga Pegi Setiawan selaku pelaku.

Lantas, siapa sosok Dedi Mulyadi?

Dedi Mulyadi lahir di Kampung Sukadaya, Desa Sukasari, Kabupaten Subang pada 11 April 1971. 

Anak bungsu dari sembilan bersaudara itu lahir dari keluarga sederhana.

Ayahnya bernama Sahlin Ahmad Suryana, pensiunan Tentara Prajurit Kader yang hanya berkarya di kemiliteran sampai usia 28 tahun karena sakit. 

Sementara sang Ibu, Karsiti tidak mengenyam bangku sekolah, tetapi sempat menjadi aktivis Palang Merah Indonesia (PMI).

Karsiti menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja menjadi kuli tandur dan nyangkul di sawah.

Dedi sejak kecil sudah terbiasa membantu ibunya menggembala domba dan berladang.

Ia juga menjual es mambo, layang-layang, kayu bakar yang dikumpulkan sepulang sekolah, juga menjadi kuli batu bata.

Semua upah yang diperolehnya diserahkan kepada sang Ibu.

Pendidikan

Dilansir dari Kompaspedia, Dedi menempuh sekolah dasar di SD Subakti, Subang hingga lulus tahun 1984.

Kemudian melanjutkan ke SMP Kalijati, Subang hingga lulus tahun 1987.

Jenjang SMA diselesaikanya di SMA Negeri 1 Purwadadi, Subang tahun 1990.

Selepas SMA, Dedi sempat mendaftar ke AKABRI dan Secapa.

Namun, gagal masuk ke keduanya. Sebab, berat badan Dedi yang 48 kilogram tidak memenuhi syarat untuk kedua pendidikan militer yang mensyaratkan berat badan minimal 55 kilogram.

Dedi kemudian mencoba masuk Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran di Bandung.

Namanya termasuk dalam daftar calon mahasiswa yang lulus seleksi masuk kampus tersebut.

Namun, karena ketiadaan dana membuat Dedi mengurungkan kesempatan kuliah di Unpad.

Lalu Dedi memutuskan ikut sang kakak ke Purwakarta.

Di kota ini Dedi mendaftar di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Purnawarman, Purwakarta dan mulai kuliah tahun 1995.

Dedi termasuk mahasiwa yang aktif selama berkuliah.

Ia aktif di Senat Mahasiswa STH Purnawaman pada 1994, juga pernah menjadi Ketua HMI Cabang Purwakarta, Wakil Ketua DPR Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) tahun 1997, dan Sekretaris Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) tahun 1998.

Selain aktif berorganisasi, untuk menyelesaikan kuliah dan menyusun skripsi Dedi bekerja sebagai tenaga kontrak di PT Indho Bharat Rayon, lalu berhenti dan bekerja menjadi tenaga administrasi di PT Binawan Praduta.

Dedi berhasil menyelesaikan kuliahnya tahun 1999.

Tahun 1998 Dedi menikah dengan Sri Muliawati.

Mereka dikaruniai seorang anak yang diberi nama Maulana Akbar Ahmad Habibie.

Namun pada 1999 saat Maulana Akbar berusia 3 bulan sang ibunda meninggal dunia.

Empat tahun kemudian, Dedi menikah dengan Anne Ratna Mustika, mantan Mojang Purwakarta dan keponakan dari Bunyamin Dudih, Bupati Purwakarta periode 1993–2003.

Dedi dan Anne dikaruniai 2 orang anak, yaitu Yudistira Manunggaling Rahmaning Hurip dan Hyang Sukma Ayu.

Namun, setelah 20 tahun berumahtangga, pernikahan mereka berakhir dengan perceraian pada 22 Februari 2023.

Karir

Dedi Mulyadi mulai meniti karier politik melalui Partai Golkar pada 1999.

Ia mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Purwakarta dan berhasil duduk di Komisi E DPRD Purwakarta periode 1999-2004.

Namun, di tengah jalan, ia ditunjuk Tubagus Lily Hambali Hasan sebagai calon wakil bupati Purwakarta pada Pilkada 2003.

Pasangan Lili Hambali Hasan-Dedi Mulyadi berhasil memenangkan Pilkada Purwakarta 2003, dan pada 13 Maret 2003  mereka dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta periode 2003-2008.

Setahun setelah menjadi Wakil Bupati Purwakarta, Dedi dipercaya menduduki jabatan Ketua DPC Partai Golkar Purwakarta (2004-2007).

Ia juga dipercaya sebagai Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Indonesia periode 2005-2015.

Pada Pilkada Purwakarta 2008 Dedi memberanikan diri maju sebagai calon Bupati berpasangan dengan Dudung B Supardi.

Mereka berhasil menang dan menjadi bupati dan wakil bupati pertama yang dipilih langsung oleh rakyat.

Pada 13 Maret 2008 Dedi Mulyadi-Dudung B Supardi resmi dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta periode 2008-2013.

Pada Pilkada Purwakarta 2013, Dedi sebagai petahana kembali maju.

Ia berpasangan dengan Dada Koswara dan menang.

Dedi kembali menjadi Bupati Purwakarta untuk masa jabatan 2013-2018.

Ia berhasil mempertahankan jabatan Bupati Purwakarta selama dua periode.

Karier politik Dedi terus melaju, pada 23 April 2016 Dedi terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat periode 2016-2020 menggantikan Irianto MS Syafiuddin.

Usai menjalankan tugasnya sebagai Bupati Purwakarta, selanjutnya Dedi turut dalam kontestasi Pilkada Jabar 2018.

Ia mencalonkan diri sebagai wakil gubernur Jawa Barat berpasangan dengan Deddy Mizwar sebagai calon gubernur.

Namun pasangan ini dikalahkan oleh Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum.

Gagal di Pilkada Jabar 2018 tidak menghentikan kiprah politik Dedi.

Pada Pilpres 2019, Dedi dipercaya sebagai Ketua Tim Kampanye Regional Jawa Barat Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.

Ia juga maju sebagai caleg dalam Pileg 2019 dan berhasil duduk sebagai Anggota DPR periode 2019-2024 mewakili daerah pemilihan Jawa Barat VII dari Fraksi Partai Golkar.

Di Senayan, Dedi berhasil duduk sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI pada 2019 sampai 2023.

Dedi kemudian memutuskan keluar dari Partai Golkar.

Ia juga mengundurkan diri sebagai anggota dewan.

Selanjutnya pada 2023 Dedi bergabung dengan Partai Gerindra dan menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.

Pada Pemilu 2024 Dedi kembali mencalonkan diri sebagai caleg dari Partai Gerindra mewakili daerah pemilihan Jabar VII, meliputi wilayah Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang dan Kota Bekasi.

Penulis buku “Mengayuh Negeri dengan Cinta” ini  berhasil meraih suara tertinggi di dapil Jabar VII dan melenggang ke Senayan sebagai Anggota DPR RI periode 2024-2029.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved