Tower Ambruk Timpa Pekerja
Pemkot Bekasi Belum Ada Solusi Soal Protes Warga Keberadaan Tower BTS di Rooftop Rumah
Warga Perumahan Telaga Mas RT 06 RW 13, Jalan Telaga Elok, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, tak punya tempat mengadu.
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Wahyu Septiana
Laporan wartawan TribunJakarta.com Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI UTARA - Warga Perumahan Telaga Mas RT 06 RW 13, Jalan Telaga Elok, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, seolah tak punya tempat mengadu.
Pemerintah Kota Bekasi belum berikan solusi soal aduan masyarakat terkait penolakan keberadaan tower BTS yang dibangun di atas rooftop rumah.
Hal ini dikatakan ketua RT setempat bernama Rosadi, pihaknya sudah berusaha keras menolak dengan mengadu ke kelurahan, kecamatan sampai DPRD.
Terakhir kata dia, utusan Pemkot Bekasi dari Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Pengawas Bangunan datang meninjau Tower pada Selasa (18/3/2025).
Kedatangan UPTD Pengawas Banguan lanjut Rosadi tak berarti, mereka hanya sayang melihat-lihat lalu bertanya ke warga.
"Iya untuk saat ini kami menganggap belum ada solusi, karena dari beliau (UPTD yang meninjau) juga belum memutuskan apa-apa," kata Rosadi, Minggu (23/3/2025).
Sikap Pemerintah Kota Bekasi dalam merespons aduan masyarakat dinilai tidak cakap, apalagi kasus tower BTS rubuh menyebabkan korban jiwa sudah banyak terjadi.

"Kalau sudah banyak kasus, kayak di Setu atau Cikarang tower roboh itu semakin menambah kekhawatiran masyarakat, seharusnya itu (cepat) ditanggapi pemerintah," jelas dia.
Tower provider dibangun di atas rumah sepasang suami istri bernama Waluyo dan Sri Wulandari, tingginya kurang lebih 30 meter dengan material baja.
Pondasi Tower memanfaatkan bagian atap rumah, luas bangunan enam kali 11 meter dengan dua lantai.
Pada saat awal sosialisasi pembangunan tower, pemilik rumah gencar menemui warga untuk meminta izin.
Rosadi ketua RT setempat menuturkan, pada tahap ini warga benar-benar tidak tahu persis bentuk Tower apa yang akan dibangun serta spesifikasi detailnya.
"Pada saat itu beliau menyampaikan ya karena banyak bicara pemilik rumah informasinya akan dibuat penguat sinyal," ucapnya Rosadi.
Dia mengaku, pendekatan yang dilakukan pemilik rumah untuk memuluskan proyek tower memiliki andil besar sehingga warga setuju.
"Beliau mendatangkan kontraktor menjelaskan namanya dampak kemudian asuransi juga dijelaskan, tapi pada saat itu tidak jelaskan secara detail jenis yang akan dibangun," ucapnya.
Warga juga diberikan kompensasi, dalam hal ini mereka menyebutnya uang tali asih untuk warga yang rumahnya berdekatan dengan Tower.
Rosadi mengatakan, nilai uang tali asih berbeda-beda tergantung radius mulai dari Rp500 ribu hingga ada yang menerima Rp2 juta.
Uang tersebut diberikan hanya satu kali, sebagai pengganti mereka yang tinggal di dekat proyek tower provider.
Selanjutnya proyek pun berjalan pada Juli 2023, masalah muncul saat warga sadar Tower yang dibangun ternyata berukuran besar dan dinilai tak layak berada di tengah-tengah permukiman.
(TribunJakarta)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f.
Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.