Kisah Haru Perjuangan Anak Pedagang dan Tukang Las Tembus ITB, Ekonomi Pas-pasan Tak Halangi Mimpi

Dua anak yang berasal dari kalangan tak mampu berhasil membuktikan ekonomi pas-pasan tak jadi hambatan mewujudkan mimpi tinggi di pendidikan.

Editor: Wahyu Septiana
Tangkap layar laman ITB
CERITA SUKSES MAHASISWA - Risma Dewi Mulyani dan Sofi Rizqa Agustiani. Risma, putri seorang pedagang pasar dan Sofi, putri seorang tukang las rel kereta api, yang berhasil menembus gerbang ITB. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Di tengah keterbatasan ekonomi, dua orang anak yang berasal dari kalangan tak mampu berhasil membuktikan ekonomi pas-pasan tak jadi hambatan dalam mewujudkan mimpi tinggi di pendidikan.

Terbukti kisah inspiratif dari Risma Dewi Mulyani dan Sofi Rizqa Agustiani menarik perhatian.

Keduanya kompak bisa sama-sama tembus diterima masuk kampus ternama Institut Teknologi Bandung (ITB).

Bahkan, berkat perjuangan yang inspiratif dari keduanya memantik rasa penasaran Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Tatacipta Dirgantara.

Ia datang bersama Indra Wibowo (Dekan dan tim Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB) dan Imam Santoso (Kelompok Keahlian Teknik Metalurgi FTTM ITB).

Keberhasilan keduanya menggerakan hati dan langkah para pimpinan kampus bergerak menemui Risma Dewi Mulyani dan Sofi Rizqa Agustiani secara langsung.

Kebetulan keduanya sama-sama lulusan dari CT ARSA Foundation Sukoharjo.

Risma merupakan putri seorang pedagang pasar. 

Risma Dewi Mulyani dan Sofi Rizqa Agustiani. Risma, putri seorang pedagang pasar dan Sofi, putri seorang tukang las rel kereta api, yang berhasil menembus gerbang ITB.
Risma Dewi Mulyani dan Sofi Rizqa Agustiani. Risma, putri seorang pedagang pasar dan Sofi, putri seorang tukang las rel kereta api, yang berhasil menembus gerbang ITB. (Tangkap layar laman ITB)

Sedangkan Sofi putri seorang tukang las rel kereta api, yang berhasil menembus gerbang ITB.

Kisah ini bermula saat keduanya mengimpikan masuk ke kampus ITB.

Risma, anak kelima dari tujuh bersaudara, mengetahui betul kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan.

Penghasilan sang ayah sebagai pedagang pasar tak menentu.

Setiap bulannya hanya sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta per bulan.

Kondisi keterbatasan itu tak menyurutkan langkahnya, ia bertekad kuat untuk meringankan beban orangtua.

“Tidak apa-apa bermimpi. Jangan sampai menyesal karena tidak pernah mencoba,” ucap Risma dikutip dari laman resmi ITB, Senin (28/7/2025).

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved