Jokowi dan PDIP Sama-Sama Mengaku Ditarget Operasi Politik, Pengamat Ungkap Strategi di Baliknya

Pada waktu yang hampir bersamaan, Presiden ke-7 RI, Jokowi, dan elite PDIP mengeluarkan pernyataan soal adanya operasi politik pelemahan.

Tribunnews.com/Irwan Rismawan
MEGA JOKOWI - Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Umum PDIP Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan) saat menghadiri pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tiga Pilar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Tangerang, Banten, Sabtu (16/12/2017). Kini, Jokowi yang sudah mantan presiden, mengaku menajadi target pelemahan politik. Di saat yang hampir bersamaan, Ketua DPP PDIP, Ribka Tjiptaning juga menyebut PDIP menjadi target pelemahan politik. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Pada waktu yang hampir bersamaan, Presiden ke-7 RI, Jokowi, dan elite PDIP mengeluarkan pernyataan soal adanya operasi politik pelemahan.

Jokowi mengaku ditarget agar integritas dan citranya hancur melalui kasus tudingan ijazah palsu hingga desakan pemakzulan Wapres Gibran Rakabuming Raka.

Sementara, PDIP mengaku sedang dilemahkan agar perolehan suaraya pada Pemilu 2029 anjlok hingga tersisa 7 persen. 

Keduanya juga kompak enggan mengungkap sosok di balik pengendali agenda politik yang dimaksud.

Menganalisis pernyataan tersebut, pengamat politik Agung Baskoro melihat ada strategi politik di baliknya.

Agung menganggap Jokowi dan PDIP sedang memainkan taktik politik yang sama untuk mengincar pemilih psikologis.

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis itu, memaparkan, pemilih psikologis adalah pemilih yang mendasari keputusannya berdasarkan emosi.

Dengan mengaku dizalimi, Jokowi dan PDIP akan mendapat empati dari kelompok pemilih psikologis.

"Ini mungkin untuk menyentuh para pemilih-pemilih yang sifatnya emosional, irasional, yang teridentifikasi sebagai pemilih psikologis."

"Karena kan ada banyak perilaku pemilih, ada yang rasional, ada yang sosiologis, ada yang psikologis."

"Yang psikologis ini yang mana, yang persaannya disentuh, yang emosinya dilibatkan oleh para elite kita, baik Pak Jokowi, Mbak Ning (Ribka Tjiptaning), ataupun elite yang lain berupaya ada semacam situasi di mana mereka itu termasuk dizalimi, dan publik kita yang semi irasional tadi mudah tersentuh, mudah kasihan," papar Agung di Program Sapa Indonesia Pagi, Kompas TV, Kamis (31/7/2025).

Pemilih psikologis yang sudah berempati akan mudah diarahkan untuk memilih sosok atau partai tertentu.

"Ketika itu berhasil diraih dalam persepsi dan imajinasi mereka, top of mind semacam itu, akan dengan mudah diarahkan ke tokoh tertentu, partai tertentu," jelasnya.

Sebagai informasi, Jokowi dan PDIP memiliki sejarah yang panjang.

Ayah Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep  itu merupakan mantan kader PDIP sejak maju menjadi Calon Wali Kota Solo pada 2005.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved