2 Sosok Kritis Bongkar Percakapan soal Whoosh dengan Jokowi di Istana, Ada yang Mau Jatuh dari Kursi

Agus Pambagio yang vokal menolak proyek kereta cepat dengan segala pertimbangan ekonominya itu dibuat kaget dengan pengakuan Jokowi.

BPMI Setpres/Kris
JOKOWI SOAL WHOOSH - Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Iriana Joko Widodo meresmikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Stasiun Halim, Jakarta, pada Senin, (2/10/2023). Kini Whoosh menjadi sorotan karena utang jumbonya. 

Budianto pun sekali lagi mempertanyakan proyek Whoosh, yang juga bernama Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) setelah diresmikan itu, kepada Jokwoi, secara empat mata di meja makan Istana.

Ia mewanti-wanti soal hitungan untung rugi terkait kepentingan masyarakatnya.

"Kalau saya boleh nambahin, izinkan Pak, apakah program kereta api cepat Jakarta Bandung ini sekali lagi Pak sudah dihitung matang-matang baik dari sisi kemampuan ekonomi dan kegunaannya untuk masyarakat yang terlintas di jalur itu, Pak. Belum lagi soal-soal  pembebasan lahan, belum lagi soal-soal urgensi itu saya bilang. Tapi kalau Bapak sudah merasa itu dari sisi visibility study itu memenuhi syarat, silakan Pak," kata Budianto.

Jokowi pun menjawab singkat. Budianto mengulangi jawaban Jokowi itu di podcast Forum Keadilan.

"Uwis Mas, itu sudah program dari saya dan kita sudah sepakat dengan teman-teman," kata Jokowi kepada Budianto.

Budianto tidak mengetahui benar siapa yang dimaksud teman-teman. Nammun menurutnya, sosok teman yang dimaksud bukanlah menteri di kabinet, sebab, Menteri Perhubungan saat itu, Ignatius Jonan, tidak setuju.

"Saya menduga Pak Jokowi mungkin waktu itu sudah komit dengan pihak investor luar," kata Budianto.

Jokowi juag menyampaikan alasan lain tetap kekeuh menjalankan proyek yang kini menjadi sorotan itu.

"Jadi, Mas ada satu lagi kata-kata Pak Joko yang saya ingat. Saya ingat betul Pak Jokowi ngomong. Tenang aja Mas. Ini tidak memberatkan APBN. Konsepnya skemanya B2B  bisnis ke bisnis tak ada pakai uang APBN," kata Jokowi seperti ditirukan Budianto.

Budianto pun harus puas dengan jawaban itu, dan tak pernah mendapat kesempatan lagi untuk mempertanyakannya.

Latar Belakang

Proyek Whoosh sendiri awalnya digagas sejak era Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2011, dengan Jepang sebagai mitra utama melalui JICA (Japan International Cooperation Agency).

Jepang telah melakukan studi kelayakan hingga menggelontorkan biaya sebesar 3,5 juta dollar AS, dan menawarkan pinjaman bunga rendah 0,1 persen dengan tenor 40 tahun, memakai skema Government-to-Government (G2G) dan biaya estimasi 5 hingga 6,2 miliar dollar AS.  

Namun, pada 2015, Jokowi mendadak memilih China sebagai mitra untuk membangun Whoosh.

Alasannya, China menawarkan skema Business-to-Business (B2B) tanpa jaminan APBN, berbagi teknologi lebih luas, dan pinjaman sebesar 5 miliar dollar AS  tanpa syarat ketat seperti Jepang, meski bunganya lebih tinggi, yakni 2 hingga 3,4 persen

Seperti diketahui, proyek ambisius Whoosh benar-benar digarap pada pemerintahan Jokowi.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved