Viral di Media Sosial

'Segera Bergerak' Dedi Mulyadi Respons Kiper Bandung Korban TPPO Mau Pulang Tapi Ada Uang Tebusan

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi merespons kiper muda asal Bandung, Rizki Nur Fadhilah yang diduga menjadi korban TPPO)di Kamboja, Rabu (19/11/2025).

TikTok Rizki Nur Fadhilah/Tribun Jabar/Nazmi Abdurrahman
RESPONS DEDI MULYADI - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi merespons kiper muda asal Bandung, Rizki Nur Fadhilah yang diduga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kamboja, Rabu (19/11/2025). 

"Kalau enggak dapat, dia disiksa. Sampai 500 kali pukulan, kadang-kadang. Terus disuruh ngangkat galon dari lantai satu sampai lantai 10. Dia tiap hari kerja dari jam 8 pagi sampai jam 12 malam. Bahkan sering belum selesai meski sudah jam 12 malam," katanya.

Dedi mengungkapkan, komunikasi dengan sang anak memang tidak pernah putus hingga saat ini. 

Namun berdasarkan pengakuan Fadhil, dia melakukannya secara sembunyi-sembunyi.

Sedangkan nenek Fadhil, Imas menceritakan bahwa cucunya itu dipaksa untuk bekerja untuk mencari orang yang bisa 'ditipu' (scammer) dengan modus melalui platform percintaan.

"Dia (Fadhil) bilang kerjaannya 'menipu orang-orang Cina' lewat komputer. Padahal dia tidak bisa komputer. Tapi klau komunikasi dengan keluarga, dia sembunyi-sembunyi di kamar mandi," ucapnya.

Melihat kondisi anak yang tidak baik-baik, Dedi mengungkapkan, sudah mencari bantuan ke berbagai pihak terkait, mulai dari penegak hukum, dinas, hingga ke Gedung Sate.

"Sudah lapor ke semua instansi. Dari polresta, DP3MI yang di Soekarno-Hatta. Hingga ke Gedung Sate untuk ketemu Dedi Mulyadi, juga sudah dilakukan. Tapi belum ada tindak lanjutnya," ucapnya.

Dia berharap, pemerintah dan pihak terkait bisa bergerak cepat untuk menyelamatkan dan memulangkan anaknya yang saat ini sedang terancam di Kamboja.

"Tolong jangan diam saja. Pemerintah bagaimana ini, saya sudah ke berbagai tempat, tapi tidak ada jawaban. Saya sampai minta bantuan teman-teman di TikTok, tapi juga belum ada hasilnya," ujarnya.

Fadhil merupakan seorang penjaga gawang yang sempat berlatih di klub lokal Kabupaten Bandung dan berlatih di Diklat Persib.

Sosok Rizki

Dalam kehidupan sehari-hari, Fadhil merupakan sosok yang periang dan sangat aktif bersosialisasi. Selain aktif bermain sepak bola, dirinya juga sering membantu keluarganya berjualan coklat.

"Dia tidak manja, tapi mungkin karena ibunya di Hongkong dan ayahnya bekerja, dia banyak menghabiskan waktu bersama pamannya. Pamannya punya usaha cokelat, jadi dia sering bantu-bantu di sana. Selain itu, dia latihan bola. Sehari-harinya seperti anak-anak lain," ucap nenek Fadhil, Imas.

Di sisi lain, Imas mengungkapakan dirinya dan keluarga sangat khawatir dengan kondisi Fadhil. 

Di mana menurut penuturannya, cucu kesayangannya itu mendapatkan perlakuan buruk di Kamboja.

Bahkan jika tidak menyelesaikan pekerjaannya sebagai orang 'menipu' (scammer) di platform percintaan dengan baik, Fadhil mendapatkan hukuman hingga kekerasan fisik.

"Dia sering disiksa. Disiksanya seperti disuruh push-up ratusan kali, disuruh membawa galon ke lantai sepuluh. Padahal anak sekecil itu jelas tidak terbiasa kerja seperti itu," ujarnya.

Oleh karena itu, dirinya berharap kepada pemerintah daerah ataupun pihak-pihak terkait bisa memberikan respon yang cepat untuk memulangkan sang cucu dari negara Kamboja.

"Kami berharap cucu kami bisa cepat dipulangkan dalam keadaan sehat. Kami minta semua pihak terkait, terutama pemerintah, membantu memulangkannya secepat mungkin," ucapnya.

Mengenai kondisi Fadhil di negara Kamboja, Imas menceritakan bahwa cucunya itu dipaksa untuk bekerja untuk mencari orang yang bisa 'ditipu' (scammer) dengan modus melalui platform percintaan.

"Dia (Fadhil) bilang kerjaannya 'menipu orang-orang Cina' lewat komputer. Padahal dia tidak bisa komputer. Tapi klau komunikasi dengan keluarga, dia sembunyi-sembunyi di kamar mandi," ucapnya.

Lebih lanjut, kata Imas, Fadhil selama kerja di Kamboja selalu saja mendapat hukuman. Dirinya sering di suruh push up, hingga mendapatkan kekerasan fisik dari pimpinan tempatnya bekerja.

"Katanya kondisinya mengkhawatirkan. Dia sering disiksa. Disiksanya seperti disuruh push-up ratusan kali, disuruh membawa galon ke lantai sepuluh. Padahal anak sekecil itu jelas tidak terbiasa kerja seperti itu," ujarnya.

Melihat kondisi cucu kesayangannya tersebut, Imas mengatakan bahwa dirinya dan keluarga sudah melakukan berbagai upaya untuk memulangkan Fadhil.

Mulai melaporkan kejadian itu kepada Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Bandung, Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI), bahkan berupaya menemui Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Berita Terkait

Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved