Surabaya Diteror Bom

Sang Istri Tewas Akibat Bom di Gereja Surabaya, Pria Tangerang Ini Cerita Kepanikannya

Suami dari korban, Aan Teja mengatakan, istrinya satu dari korban saat berada di Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya, Surabaya.

TribunJakarta.com/Ega Alfreda
Legita Liem, salah satu korban bom di Surabaya yang merupakan warga Tangerang. 

Kejadian kedua terjadi di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro, sekitar pukul 07.15 WIB.

Dan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jalan Arjuno terjadi pukul 07.33 WIB.

"Bom bunuh diri pertama kali terjadi di Ngagel pukul 06.30 WIB,"kata Kadiv Humas Kombes Pol Frans Barung Magera.

Pelaku pengeboman di tiga gereja yang ada di Surabaya, Jawa Timur diduga kuat berasal dari satu keluarga. Mereka melakukan aksi bom bunuh diri dengan cara berpencar ke tiga titik ledakan.

"Pelaku diduga satu keluarga," ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

Dia menuturkan pelaku di Gereja Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna adalah anak dan bapak. Mereka berjumlah tiga orang dan meledakkan diri di gereja itu.

Tonton juga:

Sang ayah sebelum bom bunuh diri sempat mengantarkan istri dan dua anak perempuannya ke Gereja Pantekosta Pusat, Jalan Arjuna. Istri dan dua anak perempuannya pun meledakkan diri di sana.

Sementara di lokasi ketiga yakni di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, pelaku berjumlah tiga orang. Dua orang di antaranya masih berusia belasan tahun yang merupakan kakak beradik.

"Bernama Dipta Novianto, yang diduga keras sebelumnya pelaku mendrop istri dan dua anak perempuan," tutur Kapolri.

"Istrinya yang meninggal dunia, kemudian (anak) yang perempuan ini bernama Fadilah Sari umur 12 tahun. Dan Pamela 9 tahun," ungkapnya.

Tonton juga:

Informasi yang beredar sang kepala keluarga adalah Ketua Jemaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Timur dan pernah pergi ke Suriah.

Kemudian di lokasi Gereja Santa Maria tak bercela, dua pria yang beraksi. "Diduga keras anak laki lakinya. Dua orang laki laki yang diduga putra dari Dipta yakni Yusuf dan Firman Halim 16 tahun. Semua adalah serangan bom bunuh diri," tuturnya.

Selanjutnya, bom yang meledak di GKI Diponegoro menggunakan bom pangku. "Kemudian bom yang di Katolik (GKI Diponegoro) itu menggunakan bom yang dipangku. Kita (polisi) belum paham jenis bomnya karena korbannya pecah. Tapi ini cukup besar karena dibawa dua orang menggunakan sepeda motor. Jenis bomnya berbeda. Jenis serta bahan peledaknya apa kini sedang diidentifikasi tim labfor," kata Kapolri.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved