Polisi Tembak Polisi
Bripka Rahmad Effendy Ditembak Brigadir RT dengan Senjata Api Dinas Polairud HS-9
Senpi HS-9 yang digunakan Brigadir RT (32) untuk menembak Bripka Rahmat Effendy (41) di ruang SPKT Polsek Cimanggis merupakan senjata dinas.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Putri Bripka Rahmat Effendy (41), Grace Cenia Rahmat Effendy (18) ingin menjadi anggota Polri sebagaimana ayahnya yang gugur dihujam timah panas pistol yang diletuskan Rangga Tianto (32).
Hal ini disampaikan Kakorpolairud Baharkam Polri Irjen Zulkarnain saat melayat dan berbincang dengan keluarga Bripka Rahmat di rumah duka, Permata Tapos Residence.
"Tadi disampaikan mohon bantuan untuk mereka masuk Polisi anaknya yang wanita. Kita sih kapasitasnya turut mendukung dan mendoakan ya, siapa tahu kuasanya kan dari Allah kan ya," kata Zulkarnain di Tapos, Depok, Jumat (26/7/2019).
Zulkarnain mengaku senang mendengar cita-cita Grace dan berharap perempuan yang baru lulus SMA itu dapat menggapai cita-citanya.
Menurutnya cita-cita Grace merupakan cita-cita yang harus diperjuangkan agar dapat membanggakan almarhum ayahnya yang tercatat sebagai anggota Samsat Polda Metro Jaya.
"Iya tadi pas saya kedalem anaknya emang cita citanya bilangnya mau jadi polisi," ujarnya.
Arsyad Muhammad Zailani (70), ayah Bripka Rahmat mengaku bangga dengan impian cucunya yang ingin jadi seorang polisi wanita.
Meski Rahmat gugur akibat dihujam peluru yang diletuskan anggota Polariud Baharkam Polri, Rangga Tianto (32), dia mendukung impian cucunya.
"Mudah-mudahan bisa tercapai, bisa mengabdi ke negara," harap Arsyad.
Ucapan Terakhir Bripka RE Kepada Kerabat: Tolong Antar Anak Saya Sekolah

Masih terngiang ucapan terakhir Bripka Rahmat Efendy (41), sebelum ia meninggal dunia pada Kamis (25/7/2019) malam ditembak rekan seprofesinya Brigadir RT (31).
"Tolong antarkan anak saya masuk sekolah ya," ujar Toni kerabat dekat almarhum Bripka Rahmat di Perumahan Tapos Residences, Tapos, Cimanggis, Kota Depok, Jumat (26/7/2019).
Toni tak pernah menyangka ucapan tersebut merupakan pesan terakhir almarhum kepada dirinya.
"Dua hari yang lalu dia ngomong gitu ke saya, saya gak nyangka itu jadi pesan terakhir dia ke saya," tambah Toni.
Toni mengatakan, sosok almarhum Bripka Rahmat Effendi baginya sudah seperti kakak kandung sendiri.
Pribadi almarhum yang tegas, kepedulian sosial yang tinggi, dijadikan contoh Toni untuk menjalani hidupnya.
"Beliau itu tegas banget, jiwa sosialnya tinggi. Rutin menyantuni anak yatim juga, ya Allah saya kehilangan banget," kata Toni.
• JAAN Sebut Pengepul di Semanggi Jual Anjing Rp 30 Ribu Per Kilogram
• Ugal-ugalan hingga Tabrak Pengendara di Gambir, Mobil Taksi Dirusak Pengemudi Ojek Online
• Galaknya Nia Ramadhani Ajari Mikhayla Belajar Buat Slime, Theresa Wienathan: Dia Lagi Ribet
• Hanya di GIIAS 2019, Toyota Tawarkan Promo Kijang Innova Sampai Rp 29 Juta
• Brigadir RT Pelaku Penembakan di Cimanggis Terancam Hukuman Seumur Hidup Hingga Hukuman Mati
Toni berjanji, akan memenuhi pesan terakhir almarhum kepadanya yang meminta untuk mengantarkan putranya sekolah.
"Bakal saya lakuin, yang dimaksud antar anaknya sekolah itu yang cowok kan baru masuk SMP soalnya. Dari semalam juga dia nangis terus gak rela ayahnya pergi," ujarnya.
Untuk diketahui, Bripka Rahmat meninggal dunia udai diberondong tujuh kali tembakan didalam ruang SPK Polsek Cimanggis oleh Brigadir RT.
Ketika itu, korban sempat terlibat adu mulut dengan pelaku yang menginginkan anak temannya dibina oleh orang tuanya, usai ditangkap terkait kasus tawuran.