Sisi Lain Metropolitan

Cerita Hartono Pelukis Spanduk Pecel Lele, Sudah Hasilkan 4.000-an Karya di Seluruh Indonesia

Sebagian besar spanduk pecel lele karya Hartono (51) telah menghiasi berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai ke ujung Papua

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas
Hartono (51), sosok pelukis spanduk pecel lele di rumah kontrakannya di kawasan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Bekasi pada Senin (22/2/2021). 

"Ketika kita geser tempat, itu nanti kita dari awal lagi seperti kembali ke titik nol," lanjutnya.

Ia juga memberanikan diri terjun di dunia lukis spanduk karena sudah banyak penjual pecel lele yang mengetahui keahliannya.

Bersama istrinya, Sriningsih (47), Hartono mulai merintis usaha tersebut. 

Baca juga: Marshanda Diduga Beri Kesaksian Palsu di Sidang KDRT, Karen Pooere Kesal dan Tak Terima

Spanduk dibuat dengan dua teknik, sablon dan lukis. Teknik sablon untuk mencetak huruf sedangkan gambar-gambar hewan dilukis dengan cat.

Teknik melukis Hartono belajar secara otodidak. Ia sering melakukan survey ke berbagai spanduk pecel lele. Setelah itu, ia pelajari bentuk tulisan dan gambarnya.

Hartono sedang melukis spanduk pecel lele di rumah kontrakannya Kawasan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Bekasi pada Senin (22/2/2021).
Hartono sedang melukis spanduk pecel lele di rumah kontrakannya Kawasan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Bekasi pada Senin (22/2/2021). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Rata-rata spanduk pecel lele hanya awet selama dua tahun. Lebih dari itu biasanya sudah rusak dan kusam. Menurut Hartono, yang belajar dari pengalamannya berdagang, penjual pecel lele biasanya menyimpan spanduk ala kadarnya saja. Padahal, spanduk itu penting untuk sebuah jenama usaha.

"Ketika udah malam kan capek. Jadi kadang-kadang main gulung aja. Diikatnya asal-asalan. Akhirnya besok jamuran, kalau termasuk orang yang rajin setelah kehujanan sarungnya itu direndam di bak dan dijemur," jelasnya.

Ia juga menggunakan cat berwarna 'ngejreng' untuk warna tulisan dan gambar di spanduk agar terlihat mencolok dan menyala di malam hari.

Soal warna ini, lanjut Hartono, sebagian besar pelukis pecel lele asal Lamongan memakai pakem ini.

"Kalau kita pakai warna standar saja itu tidak menyala kalau malam. Untuk mengakalinya pakai warna terang. Kena lampu warung itu jadi terang. Di pinggir spanduk dikasih kain lis dengan warna stabilo agar terlihat kontras juga," lanjutnya.

Baca juga: PHB Kali Cipinang Terdampak Longsor, 110 KK Warga Susukan Mengungsi Akibat Banjir

Baca juga: Bocah Berusia 9 Tahun Hanyut di Kali, Sudah Seharian Pencarian Namun Belum Dapatkan Hasil

Baca juga: Banjir Surut, Pemkot Tangerang Kirimkan Petugas Kebersihan ke Permukiman Warga

Sudah Lukis 4.000-an

Sejak 2008 hingga sekarang, Hartono sudah melukis sekitar 4.427 spanduk dengan beragam ukuran.

Ia selalu mencatat order yang masuk di sebuah buku panjang sejak 2008. 

Kebanyakan pelanggannya datang dari penjual pecel lele. Hanya beberapa saja yang berasal dari penjual sea food dan lainnya. 

Soal harga, ia mematok Rp 130 ribu per meter. Spanduk yang dipesan pun beragam ukuran. Spanduk terpanjang yang pernah dibuatnya mencapai 25 meter.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved